Sebenarnya

3 1 0
                                    

Aku membuka kulkas dan melihat apa saja bahan-bahan yang bisa kumasak.

"Ehmm, anu" eh?

"Emang Tanaka bisa masak ya?" ini cewek gatau ya, hahaha...

"Kamu tenang aja, liat aja"

Mungkin hari ini bisa dibilang beruntung, bahwa tidak sia-sia aku pernah masuk klub masak. Baiklah, bahan seadanya akan menjadi santapan mewah.

Makanan instan!

Sayur mayor!

Aneka daging!

Rempah-rempah segar impor!

Mula-mula aku akan memasak makanan instan nya dulu, sambil menunggu matang aku memotong sayur-sayur. Ada kangkung dan tomat, bisa jadi Cah Kangkung! Ada nasi, dan nori, bisa jadi Nasi Kepal! Roti dan daging, Burger dan Sandwich! Dan bahan-bahan lainnya, bisa jadi sesuatu yang belum pernah ada.

"Ayaka!" tunggu itu suara Sakura. Dia sudah sampai!

"Ah Sakura dan kawan-kawan sudah sampai" ANJIR! Kukira Cuma Sakura yang datang.

"Makan malamnya udah siap?"

"Kamu ini Sento! Baru sampai juga!" terdengar suara mereka samar-samar karena suara memasak.

Baik, menu yang sudah jadi adalah Mie Ramen, Nasi kepal, Club Sandwich, Barbeque, Cah Kangkung, dan Sayap ayam goring. Sisa beberapa menu lagi yang harus siap.

(15 menit kemudian)

Mantap semua sudah jadi. Selagi mereka menunggu masakan sudah kusuruh Ayaka untuk menyuguhkan Es The kepada mereka. Aku agak susah membawa makanan makanan ini jadi aku meminta bantuan Ayaka untuk membawanya. Setelah aku sampai di ruang makan...

"HAH?! KOKI NYA SI TANAKA?!" semua orang terkejut.

Semoga masakan ku enak, ku mohon.

"Aduhai enaknya!"

"HMMM, mamamia lezatos!"

"Oishi (lezat dalam bahasa Jepang)"

"Gak kalah sama masakan Resto"

"Sumpah beneran ini Tanaka yang masak"

Kurang lebih seperti itu tanggapan mereka.

"Tanaka" Ayaka?

"Masakanmu mengingatkan ku pada sesuatu"

Sesuatu? Oh iya aku jadi teringat jika Ayaka ingin memberitahukan alasan orang tua nya menyuruhnya untuk tinggal bersama neneknya.

"Ayaka"

"Hmm"

"Soal tadi yang ingin kau bicarakan"

Dia menceritakan yang sebenarnya bahwa dia dipindahkan karena masalah rumah tangga nya di Kyoto. Orang tua nya selalu bertengkar karena beberapa hal yang kurang jelas. Orang tuanya tidak ingin Ayaka melihat kejadian itu setiap hari. Jadi Ayah nya menyuruh untuk tinggal di rumah Nenek dari Ayahnya yang berada di Tokyo. Sebenarnya Ayaka datang dari keluarga yang kaya. Sebanyak-banyaknya kekayaan seseorang, tetap tak bisa menyembuhkan hati yang sedih dan gelisah, seperti Ayaka.

"Walaupum aku datang dari keluarga yang kaya, aku tak bisa merasakan arti keluarga"

Ini mengingatkan ku pada sebuah kata-kata bahwa, Harta yang paling berharga buka emas ataupun perhiasan, namun keluarga. Dari luar pagar Kakek itu melihatku.

"Tunggu sebetar Ayaka"

(diluar rumah Nenek Ayaka)

"Jadi kejadian itu sebentar lagi?"

"Aku bisa merasakannya, namun aku tak ingat apa penyebabnya" bagaimana ini? Kalau sebentar lagi, aku gak bawa gitar ku.

"Aku membawakanmu gitarmu" cahaya Aura Takdir itu datang seolah membawakan gitarku. Syukurlah.

"Aku akan pergi lagi, tetap waspada Tanaka" kakek itu ditutupi oleh aura takdir dan mengilang.

Aku melihat Ayaka masih termenung sedih. Akan kuhibur dia dengan gitarku.

(bermain lagu Karena Takdir)


Aku tak mengerti ucapan, ataupun sebuah lukisan

Namun yang kumengerti adalah jalan takdir

Kucoba untuk selamatkan, dirimu dari jalan yang salah

Namun yang kaumengerti adalah hanya lagu

Kini kutahu, kenapa indah, sebuah lukisan permata

Karena itu, secantik kamu, bahkan lebih dari cahaya bintang diatas langit sana

Karena Takdir.... Yang menentukan jalan

Waktu tetap akan berubah

Karna kutahu, waktu tak dapat, diputar balik

Maka kuakui cintaku pada mu bagaikan

Nada... dari petikan gitarku

Ku kan berjanji pada dirimu

Kuberitahu, bahwa takdirmu, dapat kuubah

Dengan cara hanya bermain melodi...

Petikan Takdir (運命の選択)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang