3

82 17 4
                                    

Sekolah akhirnya selesai. Bel pulang terdengar nyaring dan membuat gaduh seisi kelas, karena tidak sabar untuk kembali ke rumah masing-masing setelah berpikir seharian di tempat ini. Aku pun ikut memasukkan semua buku dan tempat pensilku ke dalam tas. Kia sudah menunggu di depan kelas bersama Dongmyeong Dongju.

Pulang sekolah pun aku bersama Kia. Entah hubungan apa yang kita miliki, entah sedekat apa kita, hingga kedua orang tuaku pun terlihat sangat santai dan akrab saat kulihat tadi pagi mengobrol dengan Kia.

"Lu udah nyiapin soal buat ditanyain ke kak Yonghoon?" Kia melontarkan pertanyaan di tengah perjalanan pulang kita.

Aku menengokkan kepala ke sisi kiri, melihat Kia, "soal apa? Kan kita gaada PR?"

Entah kenapa Kia malah tertawa alih-alih menjawab pertanyaanku. "Kan lu biasanya nyiapin soal palsu. Ooo... apa jangan-jangan sekarang lu udah mau terang-terangan pdkt ke kak Yonghoon?"

Aku mengedipkan kedua mataku beberapa kali. Hah? Pdkt? Memang siapa kak Yonghoon itu? Aku tak mau terlalu percaya diri, tapi mengingat diriku yang tak mengerti keadaan saat ini dan enggan untuk bertanya juga, aku malah mengira jika Kia itu adalah pacarku. Sungguh. Tapi dia sendiri sekarang malah mengatakan tentang aku yang pdkt ke kakaknya? Situasi macam apa ini?

Karena aku tak tahu harus menjawab apa, aku memilih untuk diam saja dan memperhatikan jalanan di luar jendela  mobil. Dapat kudengar jika Kia malah terkekeh dan setelah itu dia mengusak-usak  atas kepalaku yang membuat rambutku sedikit berantakan, lalu kembali fokus ke jalanan di depan.

Sepuluh menit kemudian kita sudah sampai di depan rumahku. Aku langsung turun dari mobil dan mengatakan terimakasih ke Kia.

"Jangan lupa nanti malem si kembar bakal jemput lu. Jangan pergi kemana-mana."

"Iya..." aku menjawabnya dengan malas, lalu melihat mobil Kia menjauh dari rumahku, barulah aku masuk ke dalam.

Kulemparkan tasku ke atas kasur dan aku pun ikut merebahkan tubuhku, menatap langit-langit kamarku, berpikir. Aku ini kenapa? Semua orang menganggapku aneh dan tidak seperti biasanya. Bahkan aku tak kenal ketiga orang yang aku temui hari ini, bahkan mereka menganggapku seperti sahabat mereka. Tentu saja aku tak bisa bertanya, yang ada mereka malah menertawakanku, berpikir aku berpura-pura amnesia atau sejenisnya. Tak lucu, bahkan april mop sudah lewat sangat lama.

Kuputuskan untuk melupakan semuanya sejenak, dan aku memilih memejamkan mataku, mungkin saja saat bangun nanti aku akan ingat semuanya dan ternyata ini hanya mimpi.







Bukan. Salah. Semuanya tak benar.



Ini bukan mimpi. Bahkan saat aku terbangun kali ini, aku masih memakai seragam sekolahku dan masih tak ada petunjuk apapun tentang semua itu. Kulihat jam dinding kamarku, pukul enam sore. Entah kapan si kembar itu akan menjemputku, entah kapan 'malam' yang dimaksud oleh mereka. Tapi aku memutuskan untuk pergi membersihkan diri dan turun mencari ibuku.

Tak butuh waktu lama, hanya lima belas menit aku sudah selesai mandi dan berganti pakaian. Tapi saat aku keluar dari kamar mandi, hampir saja aku melempar handuk yang ku pegang ini. Bagaimana tidak, disana sudah ada Dongju yang sedang memainkan ponselnya sembari duduk meluruskan kakinya diatas kasurku. Untung saja aku selalu membawa serta pakaian ganti sekalian saat mandi walaupun kamar mandiku memang di dalam kamarku sendiri.

"Dongju?" Tanyaku sembari berjalan mendekat.

Anak itu mengangkat kepalanya dan memandangku, lalu tersenyum sedetik dan kembali menatap ponselnya. Seperti dia sedang bermain game jadi harus fokus ke permainan tersebut.

"Sendiri? Dongmyeong mana?" Tanyaku lagi.

Masih tanpa memandangku, dia menjawab, "lagi ambil mobil. Eh sebentar ya, tanggung ini game nya. Hampir menang gua."

Aku menghembuskan nafas dan menatapnya malas. "Lah, terus kalian kesini naik apa?"

"Jalan kaki lah. Orang tinggal nyebrang jalan doang apa susahnya. Kita sengaja kesini dulu biar lu ga kelamaan make up nya, eh si tante bilangnya paling lu lagi mandi yaudah gue masuk aja."

"Ga sopan main masuk-masuk kamar cewe aja." Aku berjalan ke depan kaca dan mulai menyisir rambutku.

Dongju berdecak, "kaya gak biasanya aja."

Maksudnya apa? Kenapa aku seperti wanita murahan?:v

"Eh ini Dongmyeong chat, katanya udah di depan. Ayok. Gue udah bilang juga ke nyokap lu, kita mau main ke tempat Kia." Dongju berdiri keluar kamarku, dan aku pun mengikutinya dari belakang.

Dan sampai di depan mobil Dongmyeong, aku langsung masuk ke kursi belakang diikuti oleh Dongju.

"Heh! Kok gue jadi supir sih? Sini satu depan!!" Protes Dongmyeong.

Aku dan Dongju saling bertatapan sejenak, serasa bertelepati.

"Lu pindah depan dah." Ucap Dongju pada akhirnya. Aku menghela nafas dan menurut saja. Ternyata setelah aku pindah ke kursi depan, Dongju malah mengambil posisi dengan meluruskan kakinya sepanjang kursi mobil dan mulai memiringkan ponselnya, bermain game.

Dua puluh menit kemudian kita sudah sampai di rumah Kia. Ketiga anak lelaki itu langsung berbaur dan berjalan beriringan. Seenak hatinya mereka meninggalkanku sendiri yang tak tahu menahu akan semua keadaan ini.

"Eh, kak Yonghoon!! Itu dicariin ama tuan putrinya!" Kia berteriak ke arah dapur sebelum pergi bersama si kembar menuju kemarnya, tentu saja untuk bermain game.

Setelah itu barulah muncul seorang pria bertubuh tinggi dari arah dapur, saat Kia berteriak tadi. Dia membawa segelas jus jambu bersamanya.

"Eh? Ada apa? Udah lama ga kesini, sibuk belajar ya pasti?" Tanya pria itu sembari berjalan mendekat ke arahku dan jangan lupakan senyum manis yang menyertainya. Aku sempat tak berkedip saat melihatnya. Sekarang aku tau kenapa Kia terlihat tampan, kakaknya pun begitu, bahkan kalau boleh jujur aku akan memilih kakaknya daripada anak itu. Hehehehe....

"Mmmm.... itu...."  aku gugup. Sungguh. Sekarang pria itu sudah ada di depanku persis.

"Eh, ayo duduk disana dulu." Tanpa aba-aba, kak Yonghoon itu menarik pergelangan tanganku begitu saja ke arah sofa ruang tengah.

Aku mendudukkan diriku disana, masih dengan tatapan yang bingung dan gugup.

"Ini minumnya, kamu suka jus jambu kan? Bentar, kaka ke dapur dulu ambil cemilan."
Lagi, kak Yonghoon tersenyum manis ke arahku. Aduh... mana manggilnya pake kamu-kamuanㅠㅠ

Mungkin karena gugup, aku memutuskan untuk meminum jus jambu tadi saja.

Tak lama kak Yonghoon kembali, namun bukan berjalan ke arahku, melainkan ke arah kamar Kia yang lumayan berisik karena ketiga lelaki itu paling sedang bermain game.

"Kia!!! Lu makan semua jajanan di kulkas kan?!!!"

Aku lumayan terkejut, ternyata kak Yonghoon yang sedari tadi bersikap manis padaku itu, bisa berteriak seperti ini ke adiknya.

"Ya maap kak!!! Beli lagi aja gih!!!" Teriak adiknya tak mau kalah.

Dapat kulihat dari raut mukanya jika kak Yonghoon lumayan kesal pada Kia, tapi akhirnya dia membalikkan badannya dan menatapku sembari tersenyum dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Maafin Kia ya, dia anaknya emang gitu. Mmm... mau beli cemilan dulu ga? Di minimarket depan komplek aja."

"Iya gapapa kak. Boleh aja, ayok." Aku berusaha memberikan senyuman termanisku pada orang ini. Ciiieee.... modus. G.

Akhirnya kita berdua jalan beriringan menuju minimarket. Tak ada obrolan yang berarti, bahkan tak ada sama sekali. Hanya ada suara angin malam yang berembus dan memainkan rambutku yang sengaja aku gerai malam ini.







-🌠

In [Another] World || ONEWE 🌠 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang