2k+words!!!
Mohon cari tempat yang nyaman untuk membaca, dan siapkan ingatan kalian.Happy Reading
______________________________Aku membuka kedua mataku perlahan, namun seketika sebuah cahaya putih muncul yang membuatku reflek menyipitkan mata kembali, menyesuaikan cahaya di ruangan ini yang terpantul terang nya warna putih dimana-mana.
Ya, aku di dalam ruangan.
Lagi, kedua runguku mendengar suara kebisingan di sekitarku, namun kepalaku masih sangat berat dan pening sehingga tak mau untuk diajak bekerjasama dengan seluruh bagian tubuhku. Otakku masih memproses apa yang sedang terjadi dan berusaha menghidupkan kembali seluruh organ tubuhku.
Masih sangat lemas, namun dapat kurasakan ada seorang berjas putih panjangnya yang menempelkan alat yang kutahu bernama stetoskop itu ke dadaku, lalu dia menyorot mataku dengan sebuah senter mini yang selalu ada di saku jas putihnya itu. Aku masih enggan untuk mengerti percakapan diantara dokter dan orangtuaku juga, jadi aku tak mendengarkan mereka, aku hanya menatap ke kanan dan ke kiri menelusuri setiap sudut ruangan ini dengan tatapan yang masih sedikit kabur.
Tak berselang lama setelah si dokter itu keluar dari ruangan ini, kesadaranku sudah pulih seratus persen kurasa karena pandanganku sudah jelas dan seluruh tubuhku sudah mulai terasa milikku lagi. Lalu dapat kulihat kedua orangtuaku kembali berlari menghampiriku dengan tatapan yang sulit diartikan, ibuku menangis dipelukan ayah, sementara ayah tersenyum ke arahku dan mengelus rambutku perlahan.
"Pa, ma, aku kenapa? Mama kok nangis?" Tanyaku dengan suara yang serak. Dan itu langsung membuat ibuku menghentikan tangisnya dan mengusap kedua pipinya cepat.
"Engga sayang, mama cuma bahagia. Banget." Ucap ibuku lalu dia langsung mengecup keningku lama. Sangat lama, sampai kurasakan air matanya kembali menetes ke atas keningku.
Setelah itu ibu langsung mengusap pipinya kembali dan mengusap keningku perlahan. Lalu aku sedikit menggerakkan tubuhku untuk mengambil posisi duduk, dan dengan sigap ibuku membantu dengan memegangi punggungku sementara ayahku mengatur posisi ranjang rumah sakit itu agar aku bisa bersandar dengan nyaman.
"Ma, pa, kok pertanyaanku belum dijawab sih? Aku kenapa?" Tanyaku lagi setelah bisa duduk.
"Kamu ga inget?" Tanya ibuku balik. Aku menggelengkan kepala, lalu ibu dan ayah langsung bertatapan sejenak.
"Kamu koma, sayang." Ucap ibuku dengan suara bergetar sembari mengelus rambutku yang sudah sedikit lebih panjang.
"Koma? Berapa lama?" Tanyaku lagi, kali ini dengan nada yang terkejut.
"Tiga bulan."
Aku merenung dan mataku bergetar menatap bawah. Tiga bulan bukanlah waktu yang sebentar, tapi kenapa aku bisa sampai seperti ini? Pantas saja mimpiku aneh dan sangat panjang, ternyata aku tertidur selama itu?
Lalu lamunanku buyar saat ibu kembali mengelus kepalaku lembut,
"Kamu pasti laper kan? Mau makan apa?"
Benar juga, jika selama tiga bulan ini aku koma, tentu saja aku hanya makan dan minum dengan mengandalkan cairan infus, dan jika bukan ibu bertanya demikian aku mungkin lupa tentang rasa makanan. Tapi ibu menanyakannya dan aku merasa lapar."Aku mau jjamppong ma, yang pedes..." ucapku antusias.
"Hush... gabole makan yang pedes-pedes dulu, perut kamu masih kosong." Ucap ibu, lalu pandangannya beralih ke ayahku, "papa tolong beliin jjamppong tapi yang biasa aja, jangan pedes banget ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
In [Another] World || ONEWE 🌠 (✔)
FanfictionKatanya, setiap pilihan di dunia ini bisa membuka gerbang dunia baru di alam semesta. Awalnya aku tak mau percaya, sampai akhirnya aku berada di dunia lain itu. Katanya, pantai adalah batas antara dua alam. Kehidupan dan kematian. Dan senja adalah...