7

47 10 1
                                    

Mari kita skip kegiatanku di hari Minggu. Membosankan. Aku hanya di rumah sepanjang hari tanpa melakukan kegiatan yang berarti.

Dan hari Senin pun tiba. Saatnya hari ujian. Entah kenapa hari ini aku tak perlu dibangunkan oleh ibuku seperti biasanya, aku bangun pagi dan langsung menuju ke kamar mandi lalu bersiap-siap dengan rapi dan dapat kutebak jika dibawah Kia sudah menunggu di ruang makan untuk sarapan bersama karena memang biasanya entah kak Yonghoon atau Kia, tak ada yang memasak sarapan. Mereka bisa, tapi kadang-kadang, dan kadang juga aku mendapati Kia sarapan di kantin sekolah jika kebetulan aku tak berangkat karena sakit atau memang tak berangkat bersamaku karna satu alasan. Seperti sekarang.

Tapi bukan Kia yang kudapati duduk di ruang makanku, tapi kakaknya. Kak Yonghoon. Lelaki itu sudah rapi dengan setelan jas kerjanya berwarna biru tua dan kacamata yang bertengger di jembatan hidung mancungnya itu. Bahkan aku sempat tidak mengenali dia tadi.

"Tuan putri hari ini berangkat sama pangeran Yonghoon ya." Ucap kak Yonghoon yang diikuti dengan tawa renyahnya yang membuat matanya berubah menjadi garis lengkung yang lucu.

Aku sempat sebentar, hanya sebentar saja, terpesona karenanya. Namun setelah itu aku langsung melanjutkan jalanku mendekat ke meja makan dan duduk di salah satu kursi disana.
"Emang Kia kemana kak?" Tanyaku sembari mengambil selembar roti panggang dan selai kacang.

"Dia udah berangkat pagi banget. Jam enam. Katanya semalem salah belajarnya, harusnya hari ini kan matematika eh dari kemaren dia belajarnya malah bahasa jepang, jadi dia berangkat pagi buat belajar matematika dulu."

Aku sedikit terkekeh mendengarnya. Konyol sekali. Dan jika ada yang bertanya kenapa aku tak berangkat bareng saja dengan si kembar? Jawabannya tidak, tidak akan pernah. Mereka seringnya baru  akan berangkat sepuluh menit sebelum bel sekolah berbunyi. Aku masih ingin bersekolah dengan tenang tanpa di cap sebagai murid malas meskipun memang sebentar lagi lulus. Sementara ayahku lebih sering berangkat kerja antara jam delapan dan sembilan, jadi aku tak bisa diantar oleh beliau. Ibuku? Tak ingin menyetir mobil lagi karena trauma pernah menabrak pohon, jadilah sekarang rumahku hanya memiliki satu mobil milik ayah. Aku belum diperbolehkan menyetir oleh ibu.

Setelah aku dan kak Yonghoon menyelesaikan sarapan, kita berdua pamit berangkat.

Di sepanjang perjalanan, aku memilih membuka buku dan menghapal kembali rumus-rumus yang memang sudah kuhapal dari kemarin malam, hanya berjaga-jaga jika saja aku lupa. Dan saat dirasa sudah cukup, aku menutup bukuku dan kumasukkan kembali ke dalam tas. Barulah saat itu kak Yonghoon angkat bicara.

"Wah... apa harusnya Kia juga ikut kamu privat ke Kanghyun aja ya?"

"Coba tanya langsung ke kak Hyun aja, takutnya susah kalo ngajarin dua anak."

"Haha... iya deh, tapi kalopun gabisa ya aku paksa aja lah si Kanghyun."

"Ih pemaksaan." Ucapku sembari memicingkan mata.

"Yang penting kalian ga cuma berdua."

"Lah emang kenapa?"

"Kaka cemburu."

"A- apaan sih kak!" Setelah itu aku diam dan memilih mengalihkan pandanganku ke luar jendela, sementara kak Yonghoon malah terkekeh dan mengacak-acak pucuk kepalaku dengan gemas. Dan hal itu sukses membuat kedua pipiku memerah. Untung aku tak menghadap kak Yonghoon.

Tak berapa lama kak Yonghoon bicara kembali.
"Habis ujian ada liburan kan?"

"Ya iyalah kak. Kaya ga pernah sekolah aja."

"Hahah.... rencana mau liburan kemana?"

Aku termenung sebentar. Aku memang belum kepikiran hal itu, dan entah kenapa juga aku enggan untuk pergi.
"Gatau kak. Kayaknya ayah sibuk banget akhir-akhir ini."

"Kalo gitu mau ikut liburan ga sama kakak?"

Mataku berbinar, "kemana kak?"

"Kebetulan departemen kantor kaka dikasih cuti seminggu karna udh melampaui target, dan pas banget itu libur semester sekolah. Rencananya mau ke Jeju, gimana?"

"Waaaah.... boleh kak. Udah lama ga ke pantai juga."

"Oke. Kalo gitu kita berlima kesana."

"Berlima? Dua lagi siapa kak?" Karna jelas sekali Kia ikut, kan.

"Dongmyeong Dongju."

"Mereka ikut? Kok bisa?"

"Ya kaya gatau aja. Dimana ada Kia disitu ada si kembar."

Lalu kita berdua tertawa renyah bersama, dan tanpa aku sadari entah karena angin apa, tapi aku tak bisa melepas pupil mataku dari sosok lelaki disampingku yang sedang fokus menyetir mobilnya ini. Kak Yonghoon, orang yang asik, dapat menyesuaikan diri, kau bisa menganggapnya sebagai teman namun disisi lain dia pun dapat diandalkan selayaknya seorang kakak.

Sepanjang dia tersenyum, aku menyukai hal itu, dan kurasa jantungku berasa seperti akan loncat pada tempatnya. Tidak, aku tak tahu rasa apa itu. Mungkin aku hanya kagum padanya dan karena aku anak tunggal jadi terasa sangat nyaman disisinya dan menganggapnya sebagai kakakku juga.

Iya, kan?




-🌠

In [Another] World || ONEWE 🌠 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang