Ada satu teori tentang dunia parallel, yaitu setiap detik, setiap pilihan yang kita ambil, dan setiap pergerakan kita, hal itu akan membuka gerbang dunia baru di alam semesta ini. Jadilah sebenarnya selama ini ada ratusan ribu dan bahkan milyaran dunia baru yang berjalan beriringan dengan kita, hanya saja kita tak dapat melihatnya.
Apa yang terjadi jika saat itu aku menolak ajakan Kia untuk berkunjung ke rumahnya?
Apa yang terjadi jika saat di minimarket aku tidak mengambil oreo dan malah memilih cemilan lain?
Apa yang terjadi jika Kia saat itu tidak salah belajar?
Apa yang terjadi jika aku membalas pesan kak Hyun dengan tepat waktu saat di perpustakaan?
Apa yang terjadi jika ayah tidak sibuk dan aku liburan bersama ayah dan ibu?
Dan,,,
Apa yang terjadi jika saat itu kak Yonghoon mengalah dan membiarkan Dongmyeong saja yang menyetir?
Itu semua bisa membuka gerbang dunia baru di dimensi lain yang jauh, namun ternyata berjalan beriringan dengan kita persis.
Jika pilihan terakhir itu terjadi, mungkin kelanjutannya sama seperti bagaimana aku mendapatkan kalung ini. Saat aku berada di dunia lain itu. Salah satu gerbang dunia yang terbuka karena pilihan kak Yonghoon. Tapi aku pun tak bisa menyalahkan dia saat ini, karena dia telah membuktikan kalimat terakhirnya.
Bahwa di dunia lain, kita akan bahagia bersama.
_
[4 tahun kemudian]
Akhirnya aku lulus kuliah dengan gelar dokter, seperti yang aku cita-citakan yaitu menjadi seorang dokter hewan.
Saat ini aku sudah ada di depan aula kampus yang baru saja diadakan acara kelulusan tadi. Aku sedang berfoto bersama ibuku dengan ayahku yang menjadi fotografernya, begitupun sebaliknya secara bergantian, tak lupa kita juga berfoto selfie bersama.
"(Y/N), mama sama papa ada hadiah buat kamu." Ucap ibuku. Jadi aku langsung menatapnya dengan mata berbinar, menantikan kira-kira hadiah apa yang akan orangtuaku berikan.
Lalu ayahku mengeluarkan kotak kecil dari saku jasnya, dan menyodorkannya padaku.
"Apa ini?" Tanyaku sembari menerima kotak tadi. Seketika aku membukanya, kedua mataku langsung membulat. Sebuah kunci mobil yang dihiasi dengan ikatan pita berwarna biru, warna kesukaanku.
Aku menatap kedua orangtuaku dengan mata yang masih membulat, "mobil?!!"
Ibuku tersenyum dan ayahku langsung merangkul pundak ibu.
"Makasih!!!" Aku langsung menghambur ke pelukan kedua orangtuaku itu dengan lumayan terharu. Tentu saja, mengingat ibu yang trauma mengendarai mobil, ditambah kecelakaan empat tahun silam yang terjadi padaku, ibu semakin tidak memperbolehkanku menyetir mobil. Jadi sedari dulu aku berangkas kuliah selalu dengan taksi atau diantar oleh ayah. Jadi bisa dibayangkan betapa senangnya aku saat sudah dipercaya memiliki mobil sendiri seperti ini.
Setelah aku mengurai pelulan kita bertiga, aku masih menangis dan ibuku membantu menghapus air mataku dengan tisu.
"Jangan nangis ih, ntar make up mu luntur!" Ucap ibu. Aku hanya tertawa ringan kepadanya."(Y/N)!!!"
Aku mendengar ada beberapa orang yang meneriakkan namaku dari kejauhan. Ya, beberapa orang, lebih tepatnya tiga orang.
Kia, Dongmyeong, dan Dongju. Mereka berlari ke arahku bersamaan.
"Gue kira kalian ga dateng!!" Seruku dengan mata yang berkaca-kaca menatap mereka. Tentu saja karena mereka hanya kuliah selama tiga tahun saja dan sudah lulus tahun lalu sementara aku selama empat tahun. Setelah kecelakaan kala itu, ketiganya tak mendapat luka serius, hanya retak beberapa dan tergores serta sedikit shock, jadi mereka hanya dirawat beberapa hari saja di rumah sakit, sementara untuk shock terapinya dilakukan sembari kegiatan mereka bersekolah biasa. Setelah lulus SMA, Kia kuliah di universitas musik, dan diterima bekerja sebagai produser dan komposer musik di salah satu label rekaman yang terkenal seperti yang ia cita-citakan. Dongmyeong baru saja diterima kerja tiga bulan lalu sebagai crew di sebuah perusahaan perfilm-an, sementara Dongju yang paling populer diantara kami, dia sudah ditawari menjadi model sedari SMA oleh beberapa agensi model, tapi selalu beralasan akan memikirkannya lagi dan menerima kartu nama perusahaannya saja, dan baru mengikuti pelatihan saat lulus SMA dibarengi dengan kuliahnya, dan dia sudah debut menjadi model majalah dan iklan sejak tahun kedua kuliahnya, bahkan dia pun sudah sering muncul diberbagai drama dan film meskipun tidak sebagai pemeran utama. Jadi sedari tadi mereka sampai disini, Dongju sangat menarik perhatian orang sekitar yang mengenalnya sebagai model serta akror muda yang berparas tampan.
"Ya masa sahabat kita wisuda, tapi ga dateng?!" Ucap Kia. Tumben dia tak mengejekku seperti dulu.
"Iya nih. Congrats ya!" Seketika Dongju langsung memelukku begitu saja dan aku membulatkan mataku karena saking terkejutnya.
"Eh apaan peluk-peluk!! Ga boleh!! Ntar yang ada (y/n) diserbu sama fans lu!" Dongmyeong memisahkan saudara kembarnya itu dariku.
Akhirnya Dongju menatap Dongmyeong kesal, "pelit amat lu!"
"Yaudah gue aja yang peluuukkk!!" Kia langsung secepat kilat memelukku dengan erat. Aku hanya tertawa-tawa dan membalas pelukannya, serta melihat tingkah si kembar yang menatap Kia dengan menyebalkan.
"Apa nih peluk-peluk?" Sebuah suara lain datang dari arah belakang.
"Ups. Pawangnya dateng, awas loh Ki." Ucap Dongju.
Lalu aku mengurai pelukan Kia dan memutar tubuhku.
"Kak Hyun!!"Orang itu berjalan bersama kak Harin di sampingnya, aku langsung tersenyum melihatnya.
"Congrats ya." Ucap kak Hyun sembari memberikan sebuket besar bunga berwarna-warni padaku.
Aku menerimanya dan menghirup aroma bunga itu, wangi. "Makasih kak." Ucapku dengan masih menyunggingkan senyum padanya.
"Liat dulu dong itu di bunganya ada apa?" Sela kak Harin dari belakang kak Hyun.
Aku menaikkan alisku dan melihat ke buker bunganya, ditengah-tengahnya ada satu kotak kecil. Aku mengambilnya dan membuka kotak itu.
Cincin dengan sebuah permata biru ditengahnya.
Aku membulatkan mataku dan menatap kak Hyun.
"Can I be your prince, my princess?" Ucap kak Hyun dengan menatap dalam ke arah mataku. Aku masih terkejut, begitu pun dengan tiga lelaki lain disana, Dongmyeong menutup mulutnya sendiri, sementara Kia malah menutup mata Dongju.
Aku menengokkan kepalaku ke arah ayah dan ibuku lalu menatap mereka bergantian. Kedua orangtuaku itu hanya tersenyum padaku dengan ibu yang menitikkan air mata sementara ayah yang masih mengelus-elus pundak ibu yang dirangkulnya sedari tadi. Mungkin tak bisa dibayangkan bagi mereka, siapa yang dulu meminta izin mereka untuk melamarku sejak SMA, dan siapa sekarang kenyataannya. Dan memang aku sudah bisa membuka hatiku untuk kak Hyun sejak dua tahun lalu, dan memutuskan untuk berpacaran mulai saat itu. Memang hidup tak bisa diprediksi.
Lalu aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, lalu menatap kak Hyun kembali.
"Yes, you can be my prince."Setelah aku menjawab itu, kak Hyun mengambil alih cincin di tempat kotak itu dan menggenggam tangan kiriku, lalu memasukkan cincin tadi ke jari manisku. Lalu kak Hyun malah menyodorkan kelingking kanannya padaku.
"Janji dulu, kalo kamu mau jadi tuan putriku. Hanya aku ya." Ucapnya. Aku terkekeh dan menautkan jari kelingkingku padanya, lalu setelah itu kak Hyun menarikku ke dalam dekapannya, dan dapat kucium bau parfumnya yang berasal dari jas yang dia pakai. Manis.
"Ah... ga asik. Berarti sekarang yang boleh manggil (y/n) tuan putri cuma kak Kanghyun aja nih?" Dan siapa lagi jika bukan Kia yang memang hobinya merusak suasana.
Dan reflek ucapannya di hadiahi oleh pukulan ringan dari belakang kepalanya oleh kak Harin. Lalu kita semua tertawa melihatnya. Dan baru kali ini aku tersadar, ternyata senyum dan tawa kak Hyun tidak semenyebalkan itu, dia memang hanya seperti itu. Dan aku menyukainya.
Lalu aku menggenggam liontin bintang yang selalu kupakai setiap hari itu sampai sekarang. Cahaya dari kerlip berliannya tak pernah hilang, dan aku harap, dia disana menepati kalimatnya untuk berusaha bahagia.
"Kak Yonghoon, terimakasih sudah mau menungguku dan mencintaiku. Meski sampai sekarang aku masih tak mengerti dirimu, tapi terimakasih telah menjadi bagian dari kisahku yang tak bisa kau selesaikan.
Dan karena itu pula, terimakasih kau telah mempercayakan kak Hyun untuk menyelesaikannya."
-fin🌠
KAMU SEDANG MEMBACA
In [Another] World || ONEWE 🌠 (✔)
FanfictionKatanya, setiap pilihan di dunia ini bisa membuka gerbang dunia baru di alam semesta. Awalnya aku tak mau percaya, sampai akhirnya aku berada di dunia lain itu. Katanya, pantai adalah batas antara dua alam. Kehidupan dan kematian. Dan senja adalah...