Karena memang aku sudah memasuki tahun akhir masa SMA, yang artinya sebentar lagi lulus, aku mulai tambah giat dalam hal belajar. Terlebih lusa, lebih tepatnya Senin, adalah hari pertama Ujian. Dan seperti sekarang ini, meskipun malam Minggu yang notabene besok masih libur, tapi aku menyempatkan diri untuk membaca materi pelajaran sekolah. Sebenarnya tidak semua, aku juga manusia biasa yang membenci beberapa mata pelajaran tertentu, terutama matematika. Sebenarnya segala hal tentang perhitungan aku membencinya, seperti fisika dan kimia.
Kurasa semua orang begitu:)
Tapi tidak.
Malam ini aku menemukan fakta baru yang mengejutkanku lagi. Aku tak tahu untuk apa kak Hyun bertamu kesini, tapi ternyata ibuku malah menyambutnya dan tiba-tiba saja dia sudah ada di ambang pintu kamarku sembari tersenyum.
Tak lama setelah itu, ibuku mengikutinya dari belakang sembari membawa nampan berisi dua gelas jus jambu biji dan sepiring kue kering yang kuingat itu adalah buatan aku dan ibuku dua hari lalu yang memang sengaja membuat banyak.
"Loh? Kok diem-diem aja? Apa anak tante udah pinter nih?" celetuk ibuku ke arah kak Hyun. Yang diajak bicara malah tersenyum canggung saja.
"Tuan putrinya tadi lagi serius tan, aku gamau ganggu." Begitu ucap kak Hyun.
"Ish... kamu harusnya biarin Kanghyun masuk dulu... baca buku terus ampe ga liat sekitar." Ibuku menghampiriku sembari menaruh nampan tadi di meja kecil dalam kamarku.
"Yaudah, tante tinggal ya. Titip anak tante, buat dia pinter dikit." Lanjut ibuku."Ih... mam... aku emang udah pinter kali..." ucapku tak mau kalah. Kak Hyun malah terkekeh sembari masuk ke dalam kamarku dan menutup pintunya lagi sepeninggal ibuku.
"Nah, jadi... udah pinter atau mau tanya sesuatu?" Ucap kak Hyun sembari duduk di karpet dan mulai mengambil satu kue kering yang di piring. Aku akhirnya menghela nafas dan mulai mengemasi buku-buku milikku lalu pindah posisi dari meja belajarku ke arah meja bundar kecil diatas karpet biru mudaku, berhadapan dengan kak Hyun yang hanya dipisahkan oleh meja tadi, lalu membuka bukuku tadi dan kuhadapkan ke arah kak Hyun.
Yap. Kak Hyun ternyata berwenang sebagai guru privat matematikaku, entah dari mana ide ini muncul, tapi tiba-tiba saja aku mendapat ingatan seperti itu di kepalaku. Kak Hyun adalah mahasiswa jurusan matematika, dan ibuku yang mengetahui hal itu, langsung memaksa kak Hyun untuk mengajariku matematika setiap malam Minggu. Dan sebenarnya ibuku sudah menawari untuk menggaji kak Hyun, tapi dia menolak karena katanya dia biasa dihadapkan dengan pelajaran itu, jadi dia tak begitu merasa sedang bekerja, dan sebagai gantinya dia meminta untuk kapan saja ikut bergabung makan malam di rumahku karena katanya dia sering pulang sore sekali dan tak ada waktu untuk memasak. Disamping itu pula katanya dia rindu masakan rumah, terutama masakan seorang ibu karena kampung halamannya bukan disini dan jauh dari ibunya.
Dan memang benar, sepanjang yang dijelaskan kak Hyun, materinya jadi lebih gampang dimengerti, sederhana tapi rinci.
Namun tak berapa lama kemudian, ada yang mengetuk pintu kamarku, lalu terbuka, ibuku.
"Kanghyun, ayok makan dulu. Tante udah selesai masak makan malemnya."
"Ma? Aku ga ditawarin?" Ucapku menunjuk diriku sendiri.
"Kamu mah udah otomatis kalo masalah makanan. Ayok Kanghyun, belajarnya ntar lagi."
Akhirnya kita berdua berdiri dan mulai berjalan mengikuti ibuku, aku dengan wajah cemberut, dan kak Hyun yang tersenyum-senyum terus.
"Sebenernya anak mama tuh gue atau kak Hyun sih?_-"
Masih belum sampai ke arah ruang makan, tiba-tiba saja bel rumah berbunyi. Saat aku hendak membukanya, ibuku menahanku. Katanya aku dan kak Hyun ke meja makan saja, jadi ibuku saja yang membuka pintu.
Begitu tiba di ruang makan, disana sudah ada ayahku, lalu aku mengambil posisi duduk di sebrang beliau, lalu kak Hyun duduk di sebelah kananku.
"Eh loh? Kia ngga ikut?"
"Sebenernya tadi mau ikut, biar malmingan ke rumah si kembar sekalian buat main game katanya, tapi aku suruh belajar aja dirumah tante, kan lusa udah ujian."
"Hahaha... iya juga sih."
Terdengar beberapa percakapan singkat dari arah ruang tengah yang semakin terdengar kemari, dan aku mengenal suara itu. Ibuku dan kak Yonghoon.
Aku dan kak Hyun langsung menolehkan kepala saat kedua suara itu merasa sudah ada dibelakang kami.
"Loh? Bang Yonghoon? Ngapain lu kesini?" Begitulah kalimat yang terlontar dari kak Hyun.
"Ya harusnya gue yang nanya, ngapain lu ada disini? Mau jahilin tuan putriku lagi?"
"Hahah... ga lah. Udah tobat."
Setelah itu kak Hyun berdiri dari kursinya dan memberi salam berupa pelukan ala antar lelaki, "lama ga ketemu bang. Gimana kabar lu?"
"Ya gini lah..."
Setelah itu ibuku akhirnya bergabung ke ruang makan setelah menaruh sesuatu ke dapur yang ternyata pemberian kak Yonghoon karena pamannya tadi berkunjung setelah pulang dari liburan ke Jeju dan membawa banyak sekali oleh-oleh berupa jeruk. Karna kak Yonghoon memang sangat ingin liburan ke Jeju, tapi belum sempat ada waktu kesana.
"Yonghoon ayok sekalian ikut makan."
"Hehe... iya tante."
Akhirnya kak Yonghoon ikut bergabung dan duduk disamping kiriku. Jadi posisiku ada di tengah-tengah kedua lelaki ini, ayahku berhadapan denganku, dan ibuku berhadapan dengan kak Yonghoon. Kak Hyun? Berhadapan dengan kursi kosong:v
Jadi sekali lagi aku mengingat cerita dari kak Yonghoon, bahwa katanya kak Hyun adalah adik tingkatnya di kampus. Saat kak Yonghoon ada di tahun terakhirnya, kak Hyun baru ada di tahun pertamanya. Sudah dua tahun sejak kak Yonghoon lulus dan sekarang sudah bekerja, tapi mereka masih tampak akrab saat bertemu setelah sekian lama. Membuatku iri saja dengan persahabatan mereka:'
Disela-sela makan malam yang sedikit tenang, karena memang yang terdengar hanya bunyi sendok serta sumpit yang beradu dengan piring, tak ada yang lain. Tapi karena meja makanku memang lumayan lebar, jadi aku kesulitan mengambil lauk yang jauh dari jangkauanku.
"Kak, bisa tolong ambilkan udang itu?" Ucapku lirih. Lalu tanpa menunggu lama dan secara sigap, mereka langsung mengambilkannya dengan sumpit masing-masing dan menaruhnya diatas piringku.
Ya. Mereka.
Kak Yonghoon dan kak Hyun secara bersamaan mengambilkanku udang yang ada di piring sebrang meja. Lalu setelah itu, dapat kulihat jika mereka berdua saling bertatapan satu sama lain, bahkan kedua orangtuaku pun terlihat berhenti mengunyah makanan mereka sementara. Canggung. Lalu aku merasakan hawa aneh dikedua sisiku. Apa ini?
Salahkan aku yang tak jelas saat meminta tolong. Seharusnya aku menyertakan namanya juga, bukan hanya sebutan 'kak' sajaㅠㅠ
-🌠
KAMU SEDANG MEMBACA
In [Another] World || ONEWE 🌠 (✔)
FanfictionKatanya, setiap pilihan di dunia ini bisa membuka gerbang dunia baru di alam semesta. Awalnya aku tak mau percaya, sampai akhirnya aku berada di dunia lain itu. Katanya, pantai adalah batas antara dua alam. Kehidupan dan kematian. Dan senja adalah...