Berpisah jarak denganmu adalah mimpi terburukku, maka dari itu, pergi adalah keputusan terbaik. Melupakanmu adalah jalan aman yang kuambil---kuharap seperti itu.
~
Aasma Nahason Abimanyu.
***Langit sudah menghitam tapi, kehadiran Aasma tak kunjung datang. Canda tawa dari bocah yang bermain ayunan dan sebagainya kini sudah tidak terdengar lagi. Jelas siapa yang ingin ketaman pukul 08.00 malam, kecuali pria berbalut jas yang tengah duduk seraya menatap langit.
Hembusan angin bergerak nakal mengacak tatanan rambut Raka yang sudah disisir dengan rapih. Mata hitam pekat miliknya berkelana di area taman. Raka tidak akan pulang jika ia tidak bertemu gadis berambut coklat itu di sini.
Diliriknya kembali jam yang melingkari pergelangan kirinya. Dia mengeluarkan ponsel dari saku jasnya. Jarinya kini mulai bermain-main di atas layar ponsel. Mengetik demi satu pesan kepada seseorang yang ia tunggu.
Aku masih di taman biasa.
***
Disisi lain Aasma masih menatap layar ponselnya, menampilkan pesan dari Raka. Aasma membalikan tubuhnya menatap langit-langit kamarnya. Hatinya bilang untuk menyusul, tetapi lain dengan egonya yang menyuruhnya untuk kembali dan merebahkan dirinya di kasur.
Aasma bangkit dari tidurnya lalu berjalan ke arah gorden kamarnya. Langit sebentar lagi akan menumpahkan isinya. Aasma tidak tega jika membiarkan Raka terguryur air hujan. Namun, egonya juga masih terlalu tinggi.
"Ayu, Aasma, ambil keputusan," guam Aasma.
Dugaan Aasma benar, langit akan menumpahkan isinya. Jalanan kini mulai basah akibat rintikan air hujan. Aasma menarik napas, ia akan menyusul.
***
Aasma menatap Raka yang masih setia duduk di bangku besi. Raka tidak memperdulikan hujan lebat atau kemungkinan dia akan sakit. Dia menoleh kebelakang lalu tersenyum menatap Aasma yang terdiam dengan tangan kanannya memegang payung berwarna biru."Aku benar, hujan memang membawa keberuntungan untukku," ucapnya setengah berteriak agar suaranya tak tenggelam oleh hujan.
Sesampainya dihadapan Aasma Raka tak berbicara. Mata hitamnya menyelusuri setiap inci wajah Aasma. Mulai dari mata lalu berseluncur di hidung mancungnya. Hingga dibagian bibir mungil milik Aasma, Raka cukup menatap lama bibir berwarna merah marun.
"Aku mencintaimu," celetuknya setelah lama terdiam
Aasma bungkam ditatap lembut seperti itu. Ada gelayar aneh yang hinggap di perutnya. Rasa itu masih sama seperti bertemu Raka saat MOS SMA-nya dulu.
"Dan tidak ada yang boleh membuatmu pergi dariku, sekalipun itu istriku." Raka membingkai wajah orientalnya yang tampak pas di lengan besarnya. "Tentang test pack itu, aku sama sekali tidak tau jika dia hamil."
Aasma membuang muka dia tidak mau menatap bola mata Raka. Dia tidak ingin lagi terbuai oleh perasaan dan masuk ke hubungan terlarang kembali.
"Aku mau putus ...," lirih Aasma tanpa menatap Raka.
"Aasma," panggil Raka halus, tangannya membimbing Aasma agar melihat matanya. "Ulangi kata-katamu dan tatap mataku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Kita? (Usai√)
RomanceKetika takdir selalu mempertemukan dua insan yang tidak akan pernah menjadi satu. Cinta memang membuat orang bodoh. Cinta memang membuat orang menjadi jahat. Dan cinta juga yang membuat mereka memilih melakukan hal terbodoh. "Hanya aku yang bisa men...