Awal dari segala awal

32 4 2
                                    

Alam, memang selalu sulit untuk ditebak, dulu dia memisahkan kita dan sekarang mereka mempertemukan kita kembali
~ Aasma Nahason Abimanyu
***

  5 bulan yang lalu

   Sinar matahari pada hari ini sangat terik. Aasma menyekat keringatnya. Tubuh sangat membutuhkan kehangatan kasur. Kakinya sudah teramat lelah.

   "Nyari kerja susah banget," keluhnya sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan muka.

   Matanya menatap kesal pada map yang sedari tadi ia gengam. Jika saja, mantan bosnya tidak bermata keranjang dan selalu mencuri-curi kesempatan untuk menyetuh Aasma. Dia pasti tidak akan sibuk mencari kerja lagi.

   Tring! Tring!

   Jari-jari lentiknya langsung menggeser layar ponselnya itu.

   "Hallo?" suara pria yang sedikit gemulai itu terdengar di seberang sana.

   "Hallo? Kenapa?"

   "Gimana? Udah dapat kerjaannya?"

    Aasma menghela napas berat. Dia menggeleng seraya berucap, "Enggak, kalo aja nggak gara-gara bos sialan itu, gue pasti lagi di kantor, bukan sibuk cari kerja begini."

   "Ya, ini keputusan yang tepat, memang lu mau dampingin pria tua bangka yang kurang ajar begitu?" Bon Bon yang bernama asli Rama Abdula tersenyum pada rekan kerjanya yang kebetulan berpapasan dengannya.

   "Ya, iya sih." Aasma menganguk seraya tersenyum pada pelayan yang baru saja mengantarkan pesanannya. Dia memang sengaja berbelok di warung bakso. Perutnya keroncongan.

   "Oh iya, gue punya info bahagia buat elu," ucap Bon Bon tanganya membolak-balik daftar menu kantin.

   "Apa?"

    "Ada Lowker(lowongan kerja) jauh sih, tapi kebetulan banget mereka butuhin seketaris pribadi. Nah, gue yakin lu pasti keterima secara pengalaman lu udah banyak."

   "Lokasinya di mana?"

   "Makasih ya Mbak," ujar Bon Bon pada pelayan yang baru saja mengatar pesanannya.

    "Lu lagi di kantin ya?"

   "Hooh, Di Jalan Kilam Bakti, gue nggak tau pasti sih letaknya di mana, tapi gue tau nama perusahaannya PT. Terbit Jaya. Dan rumor yang beredar sih, pemimpinnya yang butuhin seketaris, wajahnya ganteng, tapi sayang ...." Bon Bon tak lagi melanjutkan ucapannya. Kini ia sibuk mencicipi kuah bakso yang masih mengeluarkan kepulan asap.

   "Tapi sayang?"

   "Tapi sayang dia udah punya istri."

***

   "Di sini ya Pak?" Aasma menatap gedung yang menjulang tinggi dari kaca taksi.

   "Iya Mbak, Mbaknya mau lamar kerja atau bagaimana?"

   Aasma tersenyum seraya memberikan seratus ribu pada supir taksi. "Iya Pak, mau ngelamar kerja."

   "Saya doakan berhasl ya," ujar supir taksi itu.

   "Amin, makasih ya Pak." Setalah mengucapkan itu Aasma keluar dari taksi.

   Wajahnya menatap kagum bangunan yang di desain sangat moderen. Maklum, kantor yang lamanya tidak seluas dan sebagus ini. Kakinya mulai memasuki lobby utama bangunan ini.

   Suhu ruangan yang sangat berbeda 180° membuat Aasma memejamkan mata menikmati sejuknya angin yang tercipta oleh pendingin ruangan.

   Interior ruangan ini hampir semuanya terbuat dari bahan kaca.  Semuanya sangat tertata dengan baik. Banyak orang berpakain kantoran berlalu lalang.

Mengapa Kita? (Usai√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang