Kesalahan terbesarku, membiarkanku mencintai dirimu
~
Aasma Nahason Abimanyu
****Wanita berambut panjang kecoklatan berjalan tergesa-gesa. Rahangnya mengeras akibat menahan emosi yang bergejolak di dalam sana, meminta untuk dikeluarkan. Dengan kasar wanita itu membuka pintu ruangan.
Wanita itu membanting benda kecil yang sedari tadi ia kepal. Pria kemeja putih berbalut jas hitam itu terjengit kaget.
"Aasma, kenapa?" Raka bangkit berdiri.
Raka mendekati Aasma yang kini sedang menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Perlahan, tapi pasti tangan Raka sudah mendarat di pipi Aasma. Dia benci melihat wanitanya menangis.
"Kamu brengsek!" maki Aasma.
Raka terdiam sebentar mengingat-ingat kesalahan apa yang ia lakukan. Pria itu memutar tubuhnya, mengambil benda kecil yang tadi Aasma banting. Dahinya semakin mengerut.
"Test pack?"
Dada Aasma semakin turun naik, saat mendengar suara Raka yang seperti kebingungan. Raka kembali melihat benda kecil berbentuk pipih. Terdapat dua garis merah di test pack itu.
"Siapa yang hamil?"
Aasma menggeleng tak percaya. Disaat seperti ini bisa-bisanya dia bertanya bak orang bodoh. Tangannya terkepal dan suhu tangannya berubah dingin. Kebiasaan Aasma, ketika menahan emosi.
"Aku mau kita putus."
Hening. Hanya suara detak jam dinding yang tertangkap oleh kedua gendang telinga. Suhu ruangan semakin dingin akibat ketegangan yang terjadi.
"Enggak! aku nggak mau kita putus!" kukuh Raka seraya menahan pergelangan tangan Aasma.
"Buat apa, buat mempertahankan hubungan kita?"
"Karena aku cinta sama kamu dan aku sama sekali nggak ngerti prihal ini. Aku---"
Aasma sama sekali tak ingin mendengar ucapan pria itu. Dia langsung keluar dari ruangan itu. Semua orang sontak menghadap ke arahnya saat dia membanting pintu secara keras.
"Bisa pelan, kan, tutupnya?" tegur wanita berkaca mata kotak itu yang tak jauh dari ruangan baru ia masuki tadi.
"Maaf," ucapnya sambil menunduk.
Langkah kakinya sangat tergesah-gesah menuju toilet. Dia benar-benar muak dengan pria itu. Ditatap wajahnya melalui cermin. Aasma mengigit bibir agar tangisnya tidak pecah.
Maaf ... maaf aku kembali menyakiti diriku dan dirimu. Maaf, aku kembali berbohong padamu. Aku minta maaf. Maaf, kerena kembali mengucapkan kata putus.
***
Aasma menatap datar Bon Bon pria bertumbuh gembul yang sedang mengerakan tubuhnya ke sana kemari. Dengan lihai tubuh itu meleok-leok bak jalanan di puncak.Bon Bon mengakhiri tarian dengan tangan yang dibuat seperti pistol lalu menembakannya ke depan.
"Aduh, capek. Ternyata koreografinya lumayan susah," keluhnya seraya mengambil botol minum yang sengaja disediakan di nakas kamarnya.
"Tumben datang ke sini, memangnya nggak sibuk sama pacar lu itu?" tanya Bon Bon sinis dengan menekan kata "pacar"
Aasma bercicit, "Udah putus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Kita? (Usai√)
RomanceKetika takdir selalu mempertemukan dua insan yang tidak akan pernah menjadi satu. Cinta memang membuat orang bodoh. Cinta memang membuat orang menjadi jahat. Dan cinta juga yang membuat mereka memilih melakukan hal terbodoh. "Hanya aku yang bisa men...