epilog

31 4 2
                                    

Sampai detik ini aku masih belajar untuk melupakanmu. Nyatanya, medan magnetmu masih kuat menarik hatiku, walau ragamu sudah tidak tampak lagi di netraku. Namun, aku akan belajar dan terus belajar  ... sampai aku  ... berhasil melupakanmu seutuhnya.
~ Raka Araya Bimana

***

5 tahun sudah kejadian itu berlalu.

  "Papi, Ara mau itu." Gadis kecil berumur 4 tahun menunjukkan gulali di ujung sana.

   Raka mengusap puncak pala anak kecil itu. Dibawa anak kecil itu kedalam gendongnya.

   "Kalo mau itu cium dulu dong," ujar Raka seraya mengembangkan pipinya.

   Ara Bimana, itu dengan cepat menghujani ciuman di pipi ayahnya. Raka tertawa geli akibat perlakuan putri kecilnya.

   "Bang, mau satu ya."

***
   Audrey menatap sebal Ara yang sedang asik memakan gulalinya. "Astaga, Mami udah bilang jangan jajan sembarang."

   "Udalah, biarin. Kamu mau gulali juga?" Raka sengaja memonyongkan bibirnya. "Ini gulali asli, lebih manis."

   Audrey memukul lengan suaminya. Dia memasang mimik wajah sebal walau sebetulnya dia sangat senang.

   Audrey pernah bilang jika nama Aasma sudah tertulis oleh spidol permanen, itu memang benar. Yang salah adalah ketika ia berkata spidol permanen tak akan hilang. Audrey lupa, spidol permanen pun akan hilang jika ditimpa oleh spidol lainnya, memang agar spidol itu terhapus sangat butuh kesabaran, tetapi perlahan-lahan tulisan spidol permanen itu pasti akan memudar.

***

   "Sayang, makanan sudah jadi!" teriak Audrey dari arah dapur.

   "Tunggu."

   Raka memilih menyudahi tulisannya itu. Ia bangkit bediri untuk menghampiri istrinya.

   Hai, Aasma apa kabarmu?
Aku yakin kau pasti baik-baik saja.
Kali ini aku tulus menyapamu.
Aku tak berharap akan kembali padamu.
 
   Benar katamu aku harus belajar mencintai Audrey.
Sulit, sangat sulit. Bahkan, tak jarang aku masih termenung ketika mengingatmu.

   Namun, Audrey tak marah. Dia hanya memeluku.
Katanya, melupakan memang membutuhkan proses.

  Kau di sana bagaimana? Sudah mendapatkan pendamping baru yang istimewa sama seperti julukan kotamu?

  Aku rindu padamu, bukan rindu yang bagaimana. Namun, aku hanya rindu menyapa dirimu. Bon Bon juga.

   Hari ini ulang tahumu bukan? Aku hanya berharap di mana pun kamu berada kamu baik-baik saja.

  Selamat ulang tahun Aasma.

  Aku tunggu di Jakarta bersama keluarga kecilmu.

  Dari Raka.

Jumlah kata : 339

Dan tararararara. Yey, akhirnya berhasil juga selesai cerita ini. Nggak mudah untuk selesai cerita ini penuh dengan perjuangan (cieeelah gayamu Maemunah) apalagi dengan waktu yang hanya diberikan satu minggu. Aku sampai rela bangun jam 04.00 WIB untuk menulis cerita ini lalu malamnya sekitar jam 19.00 WIB aku kembali menulis cerita ini. Ambyar. Namun, senang rasanya bisa menyelesaikan cerita ini.

Nggak nyangka banget, sih, bisa nyelesain ini karena aku kan anaknya kaum moodyan banget, ya. Jadi, kalo lagi mau nulis cerita, ya, nulis kalo nggak, ya, nggak. Namun, karena ini dikasih waktunya cuma seminggu otomatis aku harus mengesampingkan moodnya aku. Memang untuk melakukan sesuatu dari yang "nggak bisa" jadi "bisa" harus ada penekanan dan niat yang tinggi. Udah, ah. Nggak akan kelar, bisa-bisa curhatan aku ini kayak novel kalo nggak ditutup. Seperti biasa jangan lupa untukkkk.

Vote
Komen
And share
Aku terima, loh, saran dan kritikan kalian. Selagi membangun, sok atuh.

See you! Ditunggu karyaku yang lainnya.

Mengapa Kita? (Usai√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang