Lebih dari tiga jam berlalu sejak Velica memberitahu lokasi acara pembukaan hotel pada Bonita. Dia sudah mencoba menelepon sahabatnya itu berkali-kali, tapi tidak ada jawaban. Saat ini, dia sedang berdiri di tepi jalan raya seraya memicingkan mata untuk melihat mobil Bonita yang mungkin akan muncul kapan saja. Namun, hari semakin larut. Cahaya lampu mobil yang hilir-mudik mungkin saja membuatnya salah melihat.
''Ayolah, Boo. Percuma saja kamu datang." Gumam Velica seraya berjalan menghampiri gedung hotel. Dia menyandarkan punggung ke dinding. Matanya melirik ke arah kotak peralatan rias yang tergeletak di sebelahnya.
Entah sudah berapa puluh orang yang melewatinya dan menatap aneh ke arahnya sejak tadi. Dia bahkan sempat menatap tajam pada beberapa pria hidung belang yang terlihat berniat mengganggu hingga mereka pergi dengan sendirinya.
Velica menghela napas berat. Dia menyesal karena baru menyadari lebih baik memberitahu Bonita tentang perselingkuhan Benjamin besok saja. Dia terlalu terkejut saat melihat Benjamin dipeluk oleh Zayna hingga tidak berpikir panjang.
Menit demi menit berlalu setelah Velica menyandarkan tubuh pada dinding hotel. Orang-orang yang lalu-lalang mulai berkurang. Jika bukan karena tiba-tiba melihat keberadaan mobil Bonita, mungkin detik itu juga Velica akan pergi ke salah satu restoran di sekitar sana.
"Boo!" Teriak Velica seraya berlari menghampiri mobil Bonita yang melambat.
Bonita menghentikan mobil dan menurunkan jendela, "Kamu menungguku?"
"Maafkan aku. Sepertinya kamu tidak akan bisa masuk. Hotel itu ditutup khusus malam ini untuk menjamu tamu yang memiliki undangan." Sesal Velica dengan raut wajah sangat bersalah melalui sela jendela mobil yang terbuka.
Bonita tertegun dengan kekecewaan yang jelas terpeta. Hampir empat jam dia membelah jarak dan menahan kegelisahan hanya untuk bertemu dengan Benjamin. Namun, usahanya sia-sia.
"Tunggulah besok. Kamu sudah mencoba menelepon Benjamin?"
"Teleponku tidak diterima."
"Tunggu sebentar." Ujar Velica seraya menjauh untuk mengambil kotak peralatan rias miliknya yang masih tergeletak dekat dinding, lalu memasuki mobil Bonita. "Ayo, kita ke restoran dan bicara. Kita bisa melihat siapa saja yang keluar dan masuk hotel dari sana."
Mereka beranjak ke restoran yang berada tepat di seberang hotel. Velica yang memesan makanan untuk mereka berdua karena Bonita terus diam. Dia sengaja mengajak Bonita duduk di dekat jendela agar leluasa memperhatikan siapa saja yang hilir-mudik di seberang sana.
"Apakah ponselmu mati?" tanya Velica.
Bonita mengambil ponsel dari saku celana dan bergumam seorang diri, "Aku baru menyadarinya."
"Aku meneleponmu agar kamu tidak perlu datang, tapi tidak apa. Pakailah dan coba telepon Benjamin." Ujar Velica seraya meminjamkan pengisi daya yang diambil dari dalam tas.
Bonita menerimanya tanpa mengatakan apapun. Baterai ponselnya akan membutuhkan waktu untuk terisi kembali, maka dia membiarkannya tergeletak di atas meja setelah menyambungkannya pada kabel pengisi daya.
"Aku minta maaf, Boo. Jika Isabell tidak pulang lebih dulu, mungkin kamu bisa menemui Benjamin sekarang."
"Kamu tidak perlu meminta maaf untuk itu."
"Tapi kamu pasti lelah setelah perjalanan panjang." Ujar Velica dengan tatapan sangat bersalah. Velica merasa salah tingkah karena Bonita hanya menatapnya tanpa mengatakan apapun hingga memutuskan untuk mendekatkan bibir pada telinga Bonita dan berbisik. "Dan lagi ..., sepertinya mereka sekamar."
Bonita terkesiap, "Maksudmu ...?"
Velica mengangguk ragu, "Aku sempat bertanya pada Isabell sebelum dia pulang. Hanya ada satu kamar untuk satu kartu undangan. Isabell cukup yakin bahwa yang diundang untuk acara pembukaan hotel adalah Zayna. Benjamin mungkin hanya diajak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Somebody That You Loved
RomantizmSaat Bonita mulai mengharapkan hubungan agar bisa melangkah lebih serius ke jenjang pernikahan, Benjamin tertangkap basah berselingkuh dengan seorang model anggun dan seksi. Merelakan pria yang dicintai, sangat berat bagi Bonita. Empat tahun yang di...