"Jangan kelihatan ngenes gitu dong didepan pacar, dia pasti gak suka liat lo kayak gini."Suho tak bergeming, tatapannya tertuju pada foto seorang gadis yang tersenyum manis dibingkai persegi tersebut.
"Orang-orang udah pada pulang, mendingan lo juga ikut pulang deh bang."
.
Suho memijit pangkal hidungnya, ia melihat lurus kearah jalan.
Ramai kendaraan yang berlalu lalang kesana-kemari, ia teringat saat kejadian 'itu' menimpa kekasihnya.Dering ponselnya menyita sejenak perhatian Suho, dengan malas ia memeriksa apa yang tertera disana.
Itu pesan dari orang-orang yang dikenalnya.Suho berdecih, isinya hanya basa-basi yang membuatnya muak saja.
Mereka hanya peduli setelah sesuatu sudah benar-benar fatal.Setelah memasukkan ponselnya ke saku tuxedo nya, Suho memilih melajukan mobilnya pergi dari tempat kekasihnya beristirahat untuk selamanya itu.
Tak jauh dari tempat tadi, Suho melihat sebuah caffe sederhana yang sepertinya menarik untuk dikunjungi.
Alhasil ia meminggirkan mobilnya dan masuk ke caffe tersebut, sekedar untuk minum dan merehatkan pikirannya yang kalut.Hari ini benar-benar berat untuknya.
*:..。o○ ○o。..:*
Mendengar lonceng pintu berbunyi, sejenak atensi gadis Kim itu teralih kepada pengunjung yang baru saja tiba itu.
Ia mengamati 'si pria' yang berpakaian sangat rapi seperti baru saja menghadiri peresmian saja.
Sadar dengan pikirannya yang nyeleneh, Jisoo- gadis itu kembali fokus ke tugas awalnya.Jisoo mengetik sesuatu di notebook nya, ia menghela nafas sejenak dan menatap kearah luar caffe yang sedang senggang.
Pikirannya melayang, entah kenapa tiba-tiba pandangannya mengabur lantaran air mata yang menggenang di pelupuknya.Masalah yang ia hadapi, sangat rumit.
Dengan kasar Jisoo menyeka sisa air mata yang mengalir di pipinya, sebelum mengemasi barangnya dan bersiap untuk pulang. Sebelum itu, ia menegak habis sisa minuman yang ia pesan. Sayang jika tidak dihabiskan mubazir, buang-buang uang pula.
Jisoo memeriksa apakah minumannya benar-benar tandas atau belum, sebelum berjalan menuju kasir.
*:..。o○ ○o。..:*
Suho memperhatikan seorang gadis yang sepertinya kesulitan membayar pesanannya di depan kasir.
Entah ada dorongan darimana, kakinya melangkah sendiri menghampiri gadis itu."Aduh, dompet gue dimana sih?" Monolog gadis itu.
Suho memperhatikan gadis itu yang sibuk mengobrak-abrik isi ranselnya. Oh, anak sekolahan.
"Maaf nih kak, sebenernya kakaknya punya uang gak sih?" Tanya penjaga kasirnya dengan sopan.
Gadis itu mendongak sejenak,
"Ada kok, tadi saya simpen di ransel saya. Bentar saya cari lagi mungkin nyelip."Ucapnya."Eum.. Kakaknya yang dibelakang, ada yang bisa dibantu?" Tanya penjaga kasir itu.
Suho yang merasa ditanyai pun maju didepan Jisoo, tanpa sengaja ia menyenggol bahu gadis itu.
Sejenak Jisoo melirik kearah laki-laki itu, sebelum kembali bergelut dengan ranselnya.Ia melihat laki-laki itu berjalan keluar dari caffe, Jisoo melirik Redvalvet cake diatas meja laki-laki tadi masih utuh. Dalam hati Jisoo mencibir 'Dasar buang-buang uang.'
"Anu.. Kak, pesanannya udah dibayarin sama kakak yang tadi."
Jisoo menoleh kilat kearah penjaga kasir tersebut.
"Hah? Serius?" Tanyanya dengan nada tak percaya.Pastinya kaget, kenal dengan laki-laki tadi saja tidak. Bagaimana bisa orang asing itu malah membayarkan pesanannya?
Si penjaga kasir itu mengangguk."Dia ada ninggalin tanda pengenal gak?" Tanya Jisoo.
"Enggak kak."
Bahu Jisoo merosot, ia melihat kearah luar caffe.
Mobilnya masih disana.
Jisoo mengucapkan terima kasih kepada penjaga kasir itu, sebelum berlari keluar caffe.Sepertinya hari ini Jisoo kurang beruntung, mobil si laki-laki asing itu melaju tepat saat Jisoo membuka pintu.
Dia menghindar atau bagaimana?
Padahal Jisoo ingin mengucapkan terimakasih.Apa ini tanda, jika Jisoo harus mengembalikan uang yang dibayarkan untuknya itu?
"Serius nih? Gue musti ganti rugi duitnya gitu?"Jisoo mendengus,
"Kenapa tadi gak bilang aja sih kalo suruh ngutang?!" Gerutunya sambil menatap mobil itu menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Love You
Fanfiction"Anggap saja ini balas budi, ku buat hidupmu lebih berwarna lagi." Kim Jisoo dan Suho mempunyai 'first impression' yang benar-benar tak terduga. Saat garis takdir sudah tertulis, disitulah manusia akan berperan sesuai scenarionya.