Shock

72 14 23
                                    

"Besok, gue nebeng lagi ya? Lumayan juga hemat uang jajan."

Doyoung yang sibuk melepas helm dikepala Jisoo hanya mencibir kelakuan gadis itu.
"Suka gak tau diri emang."

"Maaf, ngomong-ngomong makasih loh tumpangan nya." Ucap Jisoo tulus.

Doyoung mengangguk,
"Ya udah gue duluan."Kali ini Jisoo yang mengangguk membalas ucapan Doyoung.

Jisoo berjalan pelan, menyamai langkahnya dengan gerombolan semut menuju entah kemana.
" Itu semut jalan sambil bopong remahan roti dari gerbang depan sampe sini gak capek apa? Jaraknya kan lumayan jauh kalo diliat dari sisi semut."

"Eh, kok ngawur?"

Jisoo menggelengkan kepalanya dan kembali berpikir rasional, ia berjalan dengan langkah normal kali ini.
"Itu Suho kan?" Matanya menyipit untuk mempertajam penglihatannya.

"Hai!"

Suho terlonjak kaget begitu Jisoo muncul disebelahnya.
"Astaga! Kamu ngapain?"

"Hehe... Gapapa sih." Jawabnya.

Pandangan Jisoo teralih kepada sosok laki-laki paruh baya yang sedang berdiri didepan Suho.
"Eh bapak kan yang—"

"Saya permisi."

Belum sempat Jisoo menyelesaikan kalimat nya, laki-laki itu sudah pamit pergi.
"Dia siapa mu?" Tanya Jisoo.

"Mau kenalan?"

"Jawab dulu!" Tuntut Jisoo.

"Apa?"

"Argh serah deh!" Jisoo menghentakkan kakinya, lalu berbalik dan pergi.

Belum jauh gadis itu melangkah, tiba-tiba ia tersandung kakinya sendiri. Inikah yang dinamakan kualat instan?
"Hahahaha... "

Suho tertawa kencang melihat Jisoo yang ambruk bersimpuh di tanah sambil mengaduh sakit.
Laki-laki itu menghampiri Jisoo sambil menahan tawanya, Jisoo menunduk.

"Gak papa?" Tanya Suho.

"Logis dikit kek kalo nanya! Udah tau jatuh masih ditanya gak papa?pastinya enggak lah."Sungut Jisoo.

"Dahi kamu lebam, kamu ciuman sama paving?"tanya Suho sambil memegang kening Jisoo.

Jisoo menepis tangan Suho,
" Sok tau. Udah deh aku mau ke kelas dulu." Ujar Jisoo.

Jisoo meringis saat merasakan perih luar biasa di lututnya, jangan bilang luka kemarin tergores lagi?
"Berdarah tuh. Abis nabok nyamuk dilutut ya?"

"Sembarangan!"

"Naik!"
Suho berjongkok didepan Jisoo, gadis itu menatap heran laki-laki didepan nya.

"Mau buang gas ya? Ish jauh-jauh sana!" Tukas Jisoo.

"Bisa jalan?"

"Yuk kapan? Halah udah basi." Cibir Jisoo.

Suho berdecak kesal, Jisoo terlalu bertele-tele.
Laki-laki itu mengangkat tubuh Jisoo dipunggung nya dan spontan membuat Jisoo menjerit.
"Mau ngapain weh?! "

"Jadiin sandera, abis itu dijual organ tubuhnya di pasar gelap." Jawab Suho asal.

"Turunin woi, atau—"

"Mau dilepas?kalo jatuh nanti sakitnya double loh."

"Ya-ya jangan."

Suho menarik sudut bibirnya, senyum miring.
"Makanya nurut."

Jisoo diam ia menyembunyikan wajahnya diceruk leher Suho tak lupa juga rambut panjangnya ia manfaatkan sebagai masker dadakan.
Digendong menyusuri koridor oleh murid baru yang jadi pembicaraan hangat karena ganteng dan ditatap oleh pasang mata yang kau lewati pasti rasanya sangat asdfghjkl.

Jisoo ingin menyusut saja.

"Aku bukan anak PMR, tapi seenggaknya buat pertolongan pertama bisa lah dikit-dikit." Ujarnya sambil sibuk membersihkan luka Jisoo.

"Udah."

"Eh, makasih. "

Suho tersenyum.
Bagus, jantung Jisoo jadi tidak normal setelah melihat senyum Suho sedikit melebar dari biasanya.

*:..。o○ ○o。..:*

"Mereka kenapa?"

Jennie mencebik, Lisa dan Rosé memilih diam sambil melahap makan siangnya.

"Jujur deh sama gue, lo suka Suho?" Tuntut Jennie.

Alis Jisoo mengkerut, gadis itu menatap tidak suka kepada Jennie.
"Ngapain nanya gitu?"

"Ji, gue gak larang lo akrab sama Suho, tapi lo harus sadar karena Suho udah punya pacar. Jangan jadi cabe deh!"

Jisoo menunjuk Jennie tepat didepan wajahnya.
"Gue gak akan naik pitam cuma karena mulut sampah lo itu, tapi camkan satu hal Jen. Lo sadar gak sih omongan lo barusan itu mendeskripsikan diri lo sendiri."

Tiba-tiba Lisa menarik Jisoo pergi dari meja dan pergi dari area kantin.

"Dia keterlaluan? Emang."Lisa mengunyah cimol nya, " Tapi kak Jisoo juga sama keterlaluan. Harusnya aib dari pertemanan kita gak perlu diungkap cuma karena emosi sama hal sepele kayak tadi."

Jisoo menoleh tak terima,
"Sepele lo bilang?"

"Masalahnya cowok? Itu cuma hal se-pe-le jangan berlebihan deh."

"Lo sama aja, gak nyelesain masalah banget."

"Emang berharap apa? aku bakal nyerocos nenangis kak Jisoo pake kata-kata manis gitu? Mimpi." Lisa meremas bungkus cimol nya lalu melempar masuk ke tempat sampah.

Jisoo diam, ia malas debat dengan Lisa. Gak akan ada akhirnya.
"Jennie khawatir dan kak Jisoo terlalu bodo amat. Ya udah gitu tadi hasilnya."

"Abis ini cepet-cepet baikan gih! Harusnya semakin tua otak kakak juga berkembang dan bisa berpikir dari sudut pandang yang lebih luas. Jangan childish!"

Jisoo masih diam, netranya menangkap seseorang sedang menatapnya dari koridor seberang sambil menenteng paperbag ditangannya.

*:..。o○ ○o。..:*

"Jisoo!"

Gadis itu masih melangkah menjauh, ia menghindari Suho agar tidak terjadi kesalahan pahaman yang lebih jauh.

"Berhenti gak!"

"Kenapa sih?"

"Kalo orang ngomong itu tatap wajahnya dong!"

"Males."

"Gak sopan."

Jisoo berdecak, gadis itu berbalik untuk menatap lawan bicaranya.
"Mau apa?"

"Kenapa ngehindar tadi?"

"Sok tau."

"Ada yang salah."

"Iya, pertemuan kita yang salah."

Suho membisu, sementara Jisoo sudah pergi meninggalkan Suho dengan kalut nya.

"Dia cuma emosi, jangan diambil hati."











Karena kepanjangan, jadi kubagi jadi dua chapter.
Next nya?

To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang