Pagi ini Jisoo mengayuh sepedanya dengan riang, rasanya benar-benar ringan.Sudah lama sejak 2 bulan lalu Jisoo dilarang keras oleh Buna nya untuk tidak naik sepeda, alasannya demi keselamatan Jisoo sendiri.
Jisoo tipe gadis yang ceroboh, mungkin karena itu Buna-nya sedikit khawatir.
Buktinya sekarang, gadis itu terlalu senang naik sepeda sampai tidak memperhatikan kondisi jalanan.TIIIN...
Tepat di perempatan jalan saat Jisoo berbelok, sebuah mobil menyerempet ban depan sepedanya. Jisoo yang tak siap dengan kejadian mendadak tersebut terpental sejauh satu meter.
*:..。o○ ○o。..:*
"Aduh pak, Gak usah repot. Saya bisa jalan sendiri." Ujar Jisoo tidak enak.
Ia dibantu oleh seorang laki-laki paruh baya yang diketahui pemilik mobil yang menyerempet nya.
"Tanggungjawab saya dek, kan saya yang bikin kaki adek luka gini." Ujarnya."Lah, kaki saya cuma lecet pak. Lagipula, ini juga gak sakit." Saut Jisoo.
Laki-laki itu menggeleng,
"Walau luka ringan, tapi tetep aja luka. Saya harus tanggungjawab juga, kan?"Oke, Jisoo bungkam. Memilih mengalah bukan berarti kamu kalah.
Baru kali ini Jisoo kalah debat dengan seseorang, laki-laki didepannya pintar sekali bermain kata. Jisoo takjub.
"Saya antar pulang."Jisoo berhenti, membuat laki-laki disebelah nya berhenti juga.
"Saya mau sekolah pak. Kalo bapak anter saya pulang nanti ribet urusannya sama Buna saya, diinterogasi dulu sebelum bapak pergi." Cerocosnya.Laki-laki itu diam,
"Ya sudah, saya antar ke sekolah kamu.""Sepeda saya gimana? Gak mungkin ditinggal disini kan? Aneh juga kalo disuruh jalan sendiri ke sekolah, yang ada nanti orang-orang pada lari soalnya ngeri liat sepeda gelinding sendiri."
Laki-laki didepannya terkekeh,
"Ya terus kamu maunya gimana?" Tanya nya."Saya minta jemput kakak saya aja, biar dia ada kerjaan." Ujarnya.
"Loh, kenapa gak sekalian saya anterin aja? Hemat uang."
"Saya suka ngrepotin kakak saya, pak." Ujar Jisoo sambil menyengir.
"Yakin gak mau saya anter?" Tanya laki-laki itu memastikan.
Jisoo mengangguk berkali-kali membuatnya sedikit oleng.
"Ya sudah saya permisi, dan maaf atas kejadian barusan.""Iya, pak. Gapapa namanya juga musibah, gak ada yang tau." Ucap Jisoo yang diangguki laki-laki itu.
*:..。o○ ○o。..:*
Suho melirik kearah luar jendela mobilnya.
"Den, lain kali biar saya aja yang nyetir. Untuk sementara waktu Den Suho gak usah maksain diri nyetir sendiri." Tutur supir Suho.Suho melengos,
"Kenapa dia gak mau dianter?" Tanya Suho."Katanya, lebih suka ngrepotin kakaknya daripada saya anterin, Den." Jelas supir Suho.
"Dia ngeyel?" Supir Suho mengangguk pelan.
Dilihat dari jendela, Jisoo tidak sedang menghubungi seseorang. Gadis itu malah menuntun sepedanya keluar dari area parkir sendiri.
Keras kepala."Pinter bohong ternyata." Cicit Suho yang tak bisa didengar supir nya.
"Kita berangkat sekarang, Den?" Tanya supir Suho.
"Ya."
*:..。o○ ○o。..:*
"Kalo lutut perih gini, naik sepeda terasa berat cui. Udah kayak rindu aja." Gerutu Jisoo sambil terus mengayuh pedal sepedanya.
Jisoo mengayuh sepedanya ke sekolah sebisa mungkin, ia bohong soal meminta jemput kepada kakaknya. Nyatanya, ia saja anak tunggal. Mana mungkin punya kakak, sepupu saja tinggal jauh dari keluarganya.
Masa bodo kata Jisoo, lagipula tidak enak juga dengan laki-laki tadi. Sudah mau tanggungjawab bawa ke klinik terdekat saja, Jisoo rasa sudah cukup.
"Ini sekolah masih jauh ya?" Monolognya.
"Mana tiba-tiba anginnya kenceng banget lagi, berlawanan arah pula."
"Sabar Ji, itung-itung diet." Hiburnya pada diri sendiri.
Gak tau mau percaya yang mana,
Tapi rumor Irene itu semoga bisa jadi pelajaran aja.
Be patient GrapeWAn_
![](https://img.wattpad.com/cover/243100392-288-k127774.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
To Love You
Fanfic"Anggap saja ini balas budi, ku buat hidupmu lebih berwarna lagi." Kim Jisoo dan Suho mempunyai 'first impression' yang benar-benar tak terduga. Saat garis takdir sudah tertulis, disitulah manusia akan berperan sesuai scenarionya.