So How?

75 17 6
                                    

"Jisoo pulang!"

Gadis itu melepas sepatunya dan meletakkan dirak sepatu.
"Wah, Buna masak apa nih baunya harum?"

Buna Jisoo menoleh, ia menyiapkan wadah untuk lauk dan menatanya di meja makan.
"Jangan pegang, cuci tangan terus ganti baju dulu sana!" Perintah Buna Jisoo.

"Hehe.. Lupa bun."

"Kim Jisoo."

Jisoo menegang, tiba-tiba sekujur tubuhnya kaku dan sulit digerakkan. Buna-nya memanggilnya dengan nama lengkap, kenapa?

"Tumben kaos kaki kamu panjang, terus juga itu tumben banget poni disisir rapi sampe nutupin dahi, kenapa?"

Feeling ibu selalu lebih kuat,
"Rok Jisoo udah pendek bun, makanya kaos kakinya dipanjangin biar serasi. Nah, kalo poni rata ini karena ikut style aja biar keren." Kilah Jisoo.

"Ya udah, besok pesen ke koperasi minta rok yang agak panjangan." Ujar Buna Jisoo sambil kembali sibuk menata makanan ke meja.

"Siap bun!"

Jisoo pergi ke kamarnya untuk ganti baju dan mencuci tangan.
"Kalo pake celana pendek nanti plester nya kelihatan, pake training aja kali ya?"

"Poninya masa acak-acakan gini sih?" Jisoo menyisir poninya dengan jari, "bodo amat, yang penting bisa nutupin lebamnya."

"Ji, Tadi ayah liat sepeda kamu kok sedikit ringsek ya, kamu abis ngapain?" Tanya ayah Jisoo yang baru saja tiba.

"Anu yah, tadi Jisoo naiknya sambil jumping biar keren." Kilah Jisoo lagi.

"Kalopun jatuh gak mungkin kan sampe setirnya agak bengkok gitu?"

"Tadi jatuhnya nabrak pohon, makanya agak parah."

Ayah Jisoo memicing curiga,
"Jujur sama ayah, Kim Jisoo."

Jisoo menghela nafasnya lemah, ayahnya bukan orang yang akan mudah percaya dengan seribu alasan yang sudah ia rangkai begitu apik sekalipun. Ayah Jisoo begitu hafal tabiat Jisoo saat bohong, dia akan banyak bicara untuk berkilah.

"Iya deh aku jujur, tapi ayah jangan ngadu ke Buna ya? Janji,oke." Tanya Jisoo yang langsung ia jawab sendiri.

"Loh ayah kan belum bilang setuju."

"Pokoknya jangan bilang buna!"

"Kenapa?"
"Nanti buna marah, terus Jisoo gak boleh naik sepeda sendiri lagi. Kan gak seru, Yah."rengeknya.

Ayahnya masih setia menunggu penjelasan Jisoo,
" Tadi kan aku keserempet mobil—"
"Tuh kan, ayah udah duga kalo kamu kenapa-napa!"

Jisoo membungkam mulut ayahnya,
"Syuut, nanti buna denger ayah!"ayah Jisoo mengangguk, Jisoo pun melepas bungkaman tangannya dimulut sang ayah.

"Terus pemilik mobilnya udah tanggungjawab, malah tadi Jisoo ditawari tumpangan. Jisoo tolak karena gak enak aja, lagipula lukanya juga gak seberapa."
"Coba ayah liat!"

Jisoo mengangkat poni di dahinya, dan menaikkan celana training nya sebatas lutut.
"Syukur kalo kamu gapapa, lain kali hati-hati ya." Tutur ayah Jisoo sambil mengusap kepala putrinya.

"Wah, ada angin apa nih tiba-tiba romantis gitu?" Celetuk buna Jisoo yang baru saja muncul dari dapur.

Jisoo buru-buru menurunkan celana training agar menutupi luka gores dilututnya.
Ayah Jisoo yang melihat itu langsung terkekeh membuat buna Jisoo memicing curiga.
"Kalian nyembunyiin sesuatu dari buna ya?" Tukas buna Jisoo.

Kedua ayah dan anak itu kompak menggeleng.
"Jangan gitu dong bun, su'udzon namanya."

"Iya bun, inget dosa." Imbuh Jisoo yang bersiap menyomot sate ayam di piring, namun tangannya ditepis sendok sayur oleh buna-nya.

To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang