Sameness

84 21 9
                                    

Matahari yang terlihat sedikit jingga mulai menyembul dari ufuk timur, Suho sudah bangun dan menyiapkan sepatunya.

Akhir pekan ini ia gunakan untuk sedikit refresh diri. Terlalu banyak yang membebani pikirannya, entah itu tentang kepergian kekasihnya, maupun dunia pendidikannya.
"Mau kemana, den?" Tanya supir Suho yang sudah sibuk mencuci mobil tuan mudanya.

"Muter,"

"Saya temenin ya?" Tawarnya.

"Gak perlu. Urus aja mobilnya sampe bersih, saya gak lama kok." Ujarnya sebelum mulai melangkah pergi.

Selama berlari Suho memasang earphones agar tidak terlalu terganggu dengan bisingnya kendaraan yang lewat. Langkahnya semakin lebar begitu melihat tujuannya sudah dekat.
Berkunjung di tempat kekasihnya.

"Pagi!" Sapa Suho pada nisan didepannya.

Laki-laki berjongkok agar bisa sejajar dengan nisan didepannya.
"Maaf gak bawa apa-apa, aku kesini buru-buru." Ujarnya sambil mengelus nisan didepannya.

"Aku pengennya ngajak kamu jalan, tapi.. " Suho tersenyum pahit, "Buat kamu bangun aja kayaknya gak mungkin."

Suho bangkit dari posisinya, ia tidak mau menangis—lagi.
Dengan langkah berat ia meninggalkan area pemakaman dan melanjutkan lari paginya.

Setelah beberapa meter Suho berlari seekor anak anjing berbulu putih berlari menghampiri nya.
Anak anjing itu memutari kakinya, mau tak mau Suho jadi berhenti dan mengangkat anak anjing itu.
"Ada talinya, berarti dia anjing peliharaan dong?" Gumamnya sambil memperhatikan tali dileher anak anjing tersebut.

*:..。o○ ○o。..:*

Jisoo turun dari bus, gadis itu menguap lebar saat kantuk menyerang nya.
Udara pagi ini cocok untuk tidur terus-terusan, tapi karena buna Jisoo tidak akan membiarkan putri semata wayang nya malas-malasan alhasil Jisoo sudah bangun lebih dulu.

"Ih Dalgom diem dulu dong!" Tuntut Jisoo sambil menggendong seekor anak anjing di dekapannya.

Anak anjing itu terus menggonggong ingin dilepas, Jisoo merengut kesal menghadapi anjing kecilnya itu.
"Diem sebentar!"

"Kita sarapan dulu, kamu tau gak sih? kabur dari buna itu susah tau,"ujarnya kepada Dalgom.

Jisoo melangkahkan kakinya menuju caffe sederhana yang pernah ia kunjungi saat ia kelupaan membawa dompet.
"Eh, Dalgom-ie!" Pekiknya begitu Dalgom berhasil lepas dari dekapannya.

Anak anjing itu terus berlari membuat Jisoo kewalahan mengejarnya.
Merasa tak kuat, Jisoo memilih berhenti sejenak sambil mengatur deru nafasnya yang tersengal. Serius, mengejar anak anjing yang lincah nya minta ampun benar-benar melelahkan.

Jisoo menumpu tangannya diatas lutut, masih dengan nafasnya yang memburu.
Ia mendongak untuk melihat kemana perginya anjing kecilnya itu?
Alis Jisoo menukik kala netranya menangkap Dalgom sedang digendong seperti bayi oleh laki-laki asing didepan sana.
"Heol, dasar cari perhatian!" Cibir nya sambil melotot kesal pada Dalgom.

Anjing itu terlihat sangat nurut di dekapan laki-laki asing itu.
Merasa dongkol karena dibuat olahraga berat oleh si anjing, Jisoo menghampiri anak anjing itu dengan raut wajah merengut.

"Dalgom-ie!" Jisoo berseru.

Suho mendongak, ia memperhatikan seorang gadis yang tadi berteriak kearahnya.
"Dalgom-ie?" Tanya Suho.

Jisoo yang sadar dengan kehadiran laki-laki itu langsung menjelaskan bahwa Dalgom adalah anjing nya yang tadi kabur, tak lupa juga Jisoo mengucapkan terima kasih karena sudah menjaga Dalgom.

"Makasih sekali lagi."

"Ketiga kali." Cicit Suho.

"Hah? Kamu ngomong apa?"

"Caffe, kelas, dan trotoar."

"Apanya? Kamu ngapain sih?" Tanya Jisoo bingung.
Suho menggeleng, "saya permisi."

Baru beberapa langkah laki-laki itu beranjak dari tempatnya, Jisoo kembali berseru.
"Eh tunggu, nama kamu siapa?"

Suho berhenti ditempat, tanpa menoleh ia menjawab.
"Suho."

Jisoo manggut-manggut, dirasa tak ada yang penting lagi Suho melanjutkan langkahnya.
"Nama ku Kim Jisoo," gadis itu menggigit ujung lidahnya lalu menoleh kearah laki-laki itu "kalo kamu pengen tau." Cicitnya.

"Ngomong apa sih gue barusan, percaya diri banget teriak gitu ish." Gerutu Jisoo yang masih bisa didengar orang disekitarnya.

Suho menarik sudut bibirnya, gadis aneh.















Note:

Cerita ini ditulis untuk berbagi hiburan, bukan obsesi  untuk mendapat  banyak  peminat. I know, my story is a dregs, but apa salahnya kalian yang mampir membaca cerita saya memberi sedikit dukungan? whatever , it's just a vote or a comment. Hal sederhana itu akan sangat membahagiakan untuk amatir seperti saya. Sekian, terima kasih.

To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang