Showy

57 16 18
                                    

Buna Jisoo memanggil putrinya itu untuk mengantar pesanan ke meja pengunjung.
"Ini tolong ya!"

"Siap bun." Saut Jisoo antusias.

"Eh, emang udah tau pesenan meja berapa?" Tanya Buna Jisoo.

Gadis itu menyengir sebelum menggeleng, buna-nya mendengus melihat kelakukan putrinya itu.
"Ini pesenan meja pojok, tuh!" Tunjuk Buna-nya.

Jisoo mengikuti arah pandang Buna-nya, oh segerombolan cowok ganteng yang digosipin pengunjung lain toh.
Sambil membawa nampan pesanan, Jisoo menghampiri meja tersebut.
"Permisi, ini pesanannya."

Tatapan kelima laki-laki itu tertuju pada Jisoo, sejenak membuat Jisoo gugup, namun gadis itu menutupi rasa gugupnya dengan senyum.
"Wah, bidadari nyasar. Kita ketemu lagi ya, inget aku gak?" Celetuk laki-laki bertelinga lebar.

Jisoo mengernyit bingung, ia menggeleng membuat laki-laki yang bertanya kepadanya mendesah kecewa.
"Yah, jodoh sendiri dilupain. Gimana sih cantik?"

Jisoo meringis. Geli sekaligus jijik juga digombali oleh laki-laki tak dikenalnya. Ia mengedarkan pandangan diantara kelima laki-laki itu, matanya membulat saat menemukan sosok laki-laki yang familiar baginya.
"Suho!" Pekik Jisoo.

Sontak keempat laki-laki lain dimeja itu menatap bergantian Suho dan Jisoo, heran.
"Jisoo, ngobrol dimeja lain aja yuk!"

Melihat kepergian keduanya, Chanyeol membuka sesi gosip dadakan.
"Weh, bang! Gebetan gue itu jangan diembat." Celetuknya yang mendapat pukulan ringan dari Sehun.

"Apasih?!"

"Gak tau, pengen aja." Balas laki-laki itu sibuk menyesap bubble tea nya.

"Mereka udah saling kenal? Sejak kapan?" Tanya Kai yang dibalas gelengan oleh ketiga laki-laki lain disitu.

Sementara itu dimeja lain, Jisoo dan Suho hanya duduk diam tanpa berniat memecah keheningan.
Sebenarnya ada yang ingin keduanya saling tanyakan, tapi kenapa tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut keduanya?

"Eum.. Maaf tadi asal nyeplos manggil nama kamu didepan yang lain." Jisoo memulai obrolan.

"Gapapa." Balas Suho.

Hening kembali.

Dalam hati Jisoo memaki dirinya sendiri karena tidak bisa mengontrol mulutnya untuk menyebut nama laki-laki di depan nya sekarang, sementara itu Suho merutuki dirinya yang malah mengajak Jisoo duduk berdua di meja lain.
Keduanya sama-sama diam, bingung juga akan membahas apa.

"Jadi, kamu kerja paruh waktu disini?" Kini Suho memulai obrolan. Basa-basi memang, tapi setidaknya ia berusaha mencairkan suasana.

Jisoo seperti menahan tawanya, seperkian detik kemudian tawanya meledak membuat orang disekitar meja mereka menoleh.
"Ngeliat bajuku yang compang-camping gini bikin kamu mikir aku semiskin itu ya?" Ujar Jisoo diselingi tawanya yang masih belum reda.

Suho menggaruk pelipisnya,
"Bukan, maksudnya—"

"Kedai ini punya buna ku, aku disini cuma bantu-bantu. Kalopun aku kerja disini uangnya juga bakal balik lagi ke buna." Jelas Jisoo.

"Jadi kamu anak pemilik kedai ini?"

"Iya kali." Balas Jisoo.

"Eh iya, kamu kuliah dimana?" Tanya Jisoo lagi.

"Kuliah? Muka aku setua itu ya, sampe kamu pikir aku ini anak kuliahan."Kali ini Suho terkekeh.

Jisoo tercekat,
" Loh, bukan anak kuliahan to?"

To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang