Slushy

67 12 22
                                    

"Den!" Panggil supir Suho.

Suho berjalan menghampiri supirnya dan mulai pergi menjauh dari sekolah.

"Ke makam lagi?" Tanya supirnya.

Suho yang semula sibuk memandang luar jendela pun melirik kearah kursi depan.
"Gak."

Supirnya mengernyit, tumben sekali tuan mudanya itu tidak menemui kekasihnya. Ada apa?
"Saya capek, makanya gak ke makam dulu." Jelas Suho tanpa menoleh.

Supirnya yang sibuk menyetir dibuat kaget lantaran Suho yang seperti bisa membaca pikirannya.
"Iya, den." Hanya itu yang bisa ia katakan lantaran tiba-tiba terkena serangan panik.

Suho diam, kegiatannya masih sama. Menatap luar jendela mobil dan menikmati pemandangan luar yang biasa saja.

"Stop!"

Suho berteriak keras membuat supirnya kaget dan spontan menginjak rem. Supirnya akan bertanya apa yang terjadi, namun Suho sudah lebih dulu menghilang.

Laki-laki paruh baya itu celingukan mencari tuannya yang ternyata sedang menghampiri seorang gadis yang sedang duduk jongkok memainkan sarang semut didekat halte. Gadis aneh.

"Belum pulang?"

Jisoo mendongak, ia menatap laki-laki didepannya dengan kepala yang sedikit dimiringkan. Heran.
"Belum. Kamu ngapain disini?" Tanyanya.

"Mulung kamu."

"Aku sampah gitu?" Tanya Jisoo sambil mengerucutkan bibirnya.

"Bukan, tapi mirip gembel."

"Jahat."

Suho sedikit terkekeh melihat reaksi Jisoo yang menurutnya lucu, eh.
"Serius, kamu ngapain disini? Bukannya kamu dianter jemput supir ya, kok malah berhenti didepan halte bus?" Tanya Jisoo beruntun.

"Dibilangin mulung kamu dulu, baru aku angkut terus di kiloin ke pasar loak. "

"Timpuk nih?"

Jisoo ancang-ancang melepas sepatunya bersiap melempar ke muka laki-laki didepannya jika tidak ditahan oleh hati nuraninya. Ya iyalah, mana tega ia melempar wajah tampan itu dengan sepatu buluk yang sudah sebulan tidak dicucinya itu.

"Jangan! Mau bareng gak?" Tawar Suho.

"Masih ada sisa uang buat naik bus. Makasih." Tolak Jisoo.

"Disimpen aja uangnya buat nabung beli album EXO, sekarang aku anterin kamu pulang." Tawarnya lagi.

"Gak deh makasih."

"Masih sungkan sama temen sendiri?"

"H-hah?"

Oalah temen.

*:..。o○ ○o。..:*

"Argh, gue bisa gila tau gak!"

"Tau, dari dulu awal kita kenal. Lo kan emang udah gila." Balas Lisa.

Jennie melempar tatapan tajam kepada gadis termuda itu.
"Gue dicuekin sama doi, eh ini malah dipepetin mulu sama si buluknya SM High School." Keluh Jennie sambil terduduk lemas disamping Jisoo.

"Sok laku lo!" Cibir Rosé.

"Ya emang laku, gue kan cantik." Balas Jennie.

"Cerewet, berisik pula." Kini Lisa ikut menimpali.

"Mulut lo di filter dulu bisa gak sih? Kalo nyeplos suka nyelekit banget."

Lisa mengedikkan bahunya cuek,
"I'm a pretty savage." Sahutnya.

"Sok inggris lo."

Atensi Jennie teralih kearah Jisoo yang sedang cekikikan sendiri memandangi ponsel ditangannya. Apakah Jisoo stress?
Matanya mencuri pandang kearah ponsel Jisoo dan berakhir sia-sia karena sudah ketahuan oleh pemilik nya.

Jennie haha-hehe saja,
"Asik banget kayaknya, lagi chat sama siapa sih?"

Jisoo mengangkat bahunya,
"Kepo lo dasar!"

"Paling juga cowok muka bantal yang tadi sore pulang bareng sama kak Jisoo." Lisa ber celetuk.

Sontak  dan jiwa ke-kepoannya Rosé  bergejolak, "Cowok muka bantal?"Tanya Rosé.

Lisa melirik malas, "Siapa lagi kalau bukan cowok manja yang baru pindah sekelas sama kak Jennie." Jelas Lisa.

Rosé bereaksi berlebihan.
"Serius kak Ji? Lo deket sama cowok selain kak Jinyoung? Kenapa lo mengkhianati Jinji shipper?"

"Ish, berisik!"

"Harusnya kak Bobby yang ada disana, dampingi mu dan bukan dia."Lisa menoleh malas sambil berseru.

"Apa sih ni makhluk satu!"

Jisoo melempar gumpalan tisu kearah Lisa yang berakhir sia-sia karena tisu tersebut malah jatuh ke lantai.
"Demi apa woi! Ini kan anak baru di kelas gue." Jennie berseru keras membuat Jisoo yang awalnya sibuk dengan Lisa mengalihkan pandangannya kepada Jennie dan Rosé yang memegang ponselnya.

"Sejak kapan lo deket sama dia?" Tanya Jennie mengintimidasi.

"Perlu ya lo tau?"Jisoo melengos.

" Tapi kasihan ih, chatnya dibaca doang. Balesnya lama pula, fiks sih ini cintanya kak Jisoo bertepuk sebelah tangan." Celetuk Rosé julid.

"Nyerah aja deh kak, sama kak Bobby lebih terjamin." Lisa menimpali.

"Apa-apaan? Sama kak Jinyoung lah, udah paling the best pokok nya." Protes Rosé tidak mau kalah.

Jennie menepuk bahu Jisoo,
"Saran gue—"

"Gausah ikut nyomblangin gue sama Jin lo!" Potong Jisoo begitu Jennie belum menyelesaikan kalimatnya.

"Dih, pede amat. Saran gue lo jangan terlalu berharap lah sama si Suho ini. Dia udah punya pacar."

*:..。o○ ○o。..:*

Suho memeriksa ponselnya beberapa kali, niatnya fokus mengerjakan tugas jadi buyar karena terus kepikiran dengan gadis yang mengiriminya pesan beberapa saat yang lalu.

"Aish, kenapa malah main HP sih?" Gerutunya.

Suho melempar ponselnya keatas kasur dan memilih membuka bukunya dengan kasar.
Hampir saja ada halaman bukunya yang sobek karena dibuka kasar, tapi dibaca berulang kalipun Suho tidak bisa memahami maksud materi di buku tersebut.

Ia uring-uringan sendiri, tidak paham dengan materi otomatis akan sulit mengerjakan tugasnya, sementara itu pikirannya terus melayang untuk terus memegang ponsel diatas kasur padahal tidak tau akan digunakan untuk apa.
Jujur, ia sedang menunggu balasan dari chat yang ia kirim kepada Jisoo.

Sedikit kecewa karena tak kunjung mendapat balasan, tapi Suho bingung kenapa ia harus kecewa hanya untuk balasan chat yang tidak penting? Daritadi ia kan hanya basa-basi dengan Jisoo, harusnya jika sudah tidak ada topik pembahasan berarti percakapan tersebut memang perlu diakhiri kan?
Kenapa harus kecewa?

Sekali lagi Jisoo berhasil membuat Suho merasa aneh.

To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang