14. Depan Minimarket

255 82 16
                                    

Zara menghela napas keras-keras ketika ia membanting tubuhnya di kasur. Sudah dua hari sejak kejadian di belakang lab komputer itu, Zara jadi canggung berhadapan dengan Ahmad.

Gadis itu hanya merasa tidak tahu harus bersikap seperti apa di depan Ahmad. Jadilah, dua hari ini sebisa mungkin Zara tidak berurusan dengan Ketua Kelasnya itu.

Selain Ahmad, ada juga yang membebani pikiran Zara belakangan ini. Apalagi kalau bukan tentang misinya yang masih jalan di tempat. Padahal kalau dipikir-pikir masalah ini sebenarnya sepele.

Tinggal diikhlaskan, dilupakan, dan diabaikan.

Tapi Zara tidak bisa. Sebelum ia mengetahui pelaku pencuri barang-barangnya itu, ia tidak bisa berhenti.

"Zara!"

Teriakan dari luar kamar menyentak gadis itu dari lamunan sesaat. Dengan malas-malasan, Zara bangkit dari kasurnya dan berjalan menuju pintu.

"Kenapa, Ma?" tanya Zara setelah ia membuka pintu dan mendapati Seli sudah berdiri di depan kamarnya.

"Ganti baju dulu, gih. Abis itu tolong beli sabun cuci piring sama kopi di minimarket depan."

Zara merengek lantas menggeleng. "Capek, Ma. Kenapa bukan Mama aja, sih?"

Seli melotot kesal lantas meraih tangan Zara dan meletakkan beberapa lembar uang di sana. "Mama juga capek abis bersihin gudang. Udah sana, sekalian beli sirup sama camilan."

Sepeninggalnya Seli, Zara lantas menghela napas kasar. Kepergian mamanya itu menandakan ia tidak punya pilihan. Maka dengan gerakan super lamban, Zara segera berganti pakaian.

***

"Kopi, sabun cuci piring, sirup ..., apa lagi, ya, yang kurang?" Zara bermonolog seraya menatap keranjang di pegangannya. Gadis berkaos putih itu lantas menjentikkan jari ketika matanya tak sengaja menatap sederetan kripik di salah satu rak.

"Ah, iya, camilan," ujarnya dengan nada riang. Dengan telaten, Zara memindahkan beberapa bungkus kripik dari rak ke keranjang belanjaan. Tak lupa ia juga meraih dua kotak susu kesukaannya.

Setelah dirasa cukup, Zara segera bergabung bersama dua orang lainnya yang sedang antri di kasir. Suasana minimarket di sore hari ini cukup sepi. Hanya ada beberapa pelanggan di sana.

Sekitar lima menit, Zara sudah keluar dari sana lengkap dengan kantung kresek di tangannya. Sebelum melangkah ke jalan raya, terlebih dahulu ia mengambil sekotak susu stroberi di kantung kresek tadi dan meminumnya.

"Kak Zara!"

Nyaris saja Zara menginjakkan kakinya yang dibungkus sandal jepit di jalan raya ketika panggilan bernada cempreng itu memenuhi indra pendengarannya. Dengan gesit ia menoleh ke sumber suara dan cukup terkejut ketika melihat sesosok gadis kecil bergelang unicorn berdiri di parkiran depan minimarket tadi.

"Arina?" Zara memilih mendekat dan memastikan. Gadis kecil berambut hitam legam itu memang Arina.

"Iya, ini Arina," ucap gadis kecil itu seraya memamerkan giginya.

"Kamu ngapain di sini? Dan kenapa masih pake baju sekolah?" tanya Zara beruntun. Dengan hati-hati ia membawa Arina untuk duduk di kursi depan minimarket.

"Tadi abis belajar kelompok di rumah temen deket sini, Kak. Dan aku di sini lagi nungguin Kak Azka buat jemput."

Zara menghela napas pelan, ia sudah mengira tadi Arina sedang tersesat.

Zara's Mission [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang