19. Terungkap

300 88 27
                                    

Jam olahraga sedang berlangsung di lapangan utama. Murid-murid 10 IPS-Geografilah yang sedang memenuhi tempat tersebut. Hari ini mereka akan bermain basket.

Di saat murid-murid sedang sibuk latihan di lapangan sana, ada seorang murid kelas 10 IPS-Geografi yang tetap di kelas. Ia tadi beralasan pada Pak Arjun jika sedang tak enak badan. Semalam ia begadang karena menonton film.

Suasana kelas sangat hening. Bahkan bunyi jarum jam terdengar dengan jelas saking sunyinya. Murid itu bosan sekali dengan situasi seperti ini. Jika saja ia tidak mengantuk, mungkin ia akan dengan semangat mengikuti pelajaran olahraga.

Namun, tinggal di kelas juga sepertinya matanya tak bisa tertutup. Ia tak bisa tidur, padahal ia mengantuk berat.

"Argh! Gue harus ngapain?!" erangnya kesal. Ia memilih melihat sekeliling kelasnya yang tampak tak beraturan. Banyak seragam putih dan bawahan abu-abu yang digeletakkan begitu saja di atas meja. Belum lagi buku-buku dan alat tulis juga ikutan berserakan di meja-meja. Mungkin para siswa siswi tadi tidak sempat membereskannya.

Murid tersebut tersenyum ketika melihat beberapa alat tulis tergeletak begitu saja. Dengan gesit, ia mulai mengumpulkan pulpen itu. Setelah dua menit berkeliling, akhirnya pulpen berjumlah tujuh itu terkumpul juga.

Baru saja ia ingin menyimpan benda itu di tasnya, sebuah pulpen menarik lagi perhatiannya. Pulpen itu terletak di meja sampingnya. Berulang kali ia tahan untuk tak mengambilnya, namun tetap saja selalu gagal.

Dengan gerakan cepat ia merampas pulpen hitam itu.

"Sori, lagi-lagi gue nggak bisa tahan."

Apa mau dikata, dia memang tak bisa menahannya. Tangannya seolah sudah disetel untuk meraup semua benda-benda itu.

"Kayaknya gak aman kalau gue taruh nih pulpen-pulpen di tas gue," ujarnya, keningnya berkerut, menandakan ia sedang berpikir.

Akhirnya, setelah menimbang-nimbang cukup lama, seseorang itu segera meraup kembali pulpen-pulpen itu dan keluar dari kelas. Dengan mengendap-endap, ia mulai menyusuri koridor.

Ada dua jalan menuju parkiran siswa. Yang pertama, menyusuri pinggir lapangan. Akan sangat berisiko jika ia lewat sana, itu sama saja bunuh diri.

Maka, murid itu memilih jalan yang kedua. Yaitu lewat belakang beberapa kelas 10 jurusan IPA. Meskipun harus memutar, setidaknya jalan itu aman dilewati.

Sekitar lima menit, sampailah ia di parkiran. Terlebih dahulu ia mencari-cari letak motornya, dan ...

Dapat.

Murid itu segera berjalan menuju motornya dan membuka bagasinya. Dengan gerakan cepat ia memasukkan semua pulpen itu ke sana.

"Beres! Tinggal ke UKS, dan bersikap seolah-olah nggak terjadi apa-apa," ujarnya. Senyum terpatri di bibir murid itu. Sama sekali tak merasa bersalah atas apa yang sudah dilakukannya.

Setelah mengamankan pulpen-pulpen curian itu, ia segera pergi dari sana. Kembali melewati belakang kelas IPA meski harus memutar. Saat ia hendak menginjakkan kaki di koridor kelas 11, seseorang dari arah lapangan melihatnya.

***

"Hari ini gue pulang sore."

Lily yang sedang membereskan buku-bukunya sontak terhenti. Perkataan Zara barusan sedikit mengejutkannya.

"Karena?"

"Mau pertemuan dulu. Sabtu nanti, kan, gue udah kemah," jawab Zara, ada nada lemas di sana. Seolah-olah perempuan itu enggan mengikuti kegiatannya.

Zara's Mission [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang