Beberapa waktu setelah pertemuan itu Seokjin sudah kembali seperti biasa sebenarnya banyak hal yang ingin ia ungkapkan pada Jungkook saat mereka bertemu, tapi apa daya gelap itu kembali menguasainya.
Pagi itu ia memang berniat pergi ke psikiaternya sekadar berkonsultasi karena kejadian kemarin yang sempat ia alami. Ia hanya ingin memastikan bahwa kondisinya tidak akan menyakiti Eunwoo lagi.
"hei" bisik Taehyung di belakang telinganya dan Seokjin berjenggit kecil mendengar suara itu.
Taehyung perlahan menyisipkan tangannya melingkari perut Seokjin yang kini sedang menggoreng telur untuk sarapan.
"kau mengagetkanku Tae"
"hahaha morning Jinnie, kau wangi. Bagaimana tidurmu semalam?" ujar Taehyung kemudian bermanja-manja pada Seokjin.
"Taehyung geli, aku semalam tidur dengan nyeyak Taehyung aku bahkan tak mimpi apa-apa. Sekarang minggirlah aku harus melanjutkan memasak" ujar Seokjin dengan nada bercanda.
"wah aku sarankan kalian memang lebih baik menikah" ujar Hoseok yang memasuki dapur setelah memandikan Eunwoo.
Keduanya langsung melepaskan diri begitu sadar ada Hoseok di sana dan saran itu disambut tawa oleh Taehyung, sedangkan Seokjin hanya diam saja. Skinship itu sudah dianggap biasa bagi Seokjin. Dulu saat ia menangis Taehyunglah yang selalu memeluknya erat, entah berapa liter air mata yang sudah Seokjin tumpahkan di baju Taehyung. Ia sudah seperti saudara Seokjin sendiri.
"mungkin kau memang harus memikirkan saran itu Seokjin" bisik Taehyung.
Setelah makan pagi Taehyung dan Seokjin pergi ke psikiater yang sudah merawat Seokjin hingga ia dinyatakan sembuh walau belum sepenuhnya. Secara teknsi Seokjin memang Seokjin sudah sembuh walaupun mimpi buruk kadang masih menghampirinya.
"Seokjin kau sudah dipanggil, aku akan menunggu di luar" ucapan itu dibalas anggukan oleh Seokjin. Dirinya pun akhirnya masuk ke dalam ruangan yang terasa familiar dengan jendela besar menghadap taman serta sofa hijau yang nampak nyaman. Ruang itu semacam ruang pengakuan dosa bagi Seokjin dimana ia bisa mengakui semua sisi hitam di dalam hidupnya.
"Seokjin-san, aku kira kau tidak akan ke sini lagi" sapa Psikiater cantik itu ramah, ia bernama Myoi Mina.
"hahaha iya hampir tiga bulan aku tidak mampir" balas Seokjin.
"Terakhir kau berkonsultasi masalah gangguan tidur dan mimpi buruk, apakah hal itu sudah membaik?"
"aku masih bermimpi buruk, tapi tidak sesering dulu dok aku bahkan mulai melepas obat yang kau berikan padaku"
"itu kemajuan yang baik Seokjin-san. Jadi hal apa yang kembali membawamu kesini?"
"kali ini bukan mimpi buruk lagi Dok, tapi lebih parah dari itu aku bertemu kembali dengannya Dok, ia yang membuatku seperti ini"
"Jeon Jungkook?" Seokjin mengangguk, ia kembali menceritakan kejadian itu dan bagaimana trauma bisa mengambil dirinya secepat jentikan jari, sedangkan ia sudah mati-matian menjaga sisi itu agar tetap tenang dan stabil agar ia bisa pergi dengan sendirinya dari tubuh Seokjin.
"sebenarnya kau sudah mengatasi itu dengan cukup baik Seokjin-san, kau bertemu dengan sumber traumamu dan kau masih bisa mengendalikan diri dengan baik, itu hebat"
"tapi aku membuat Eunwoo ketakutan"
"memang perlu proses Seokjin-san, semuanya butuh waktu dan dari ceritamu aku sama sekali tak menangkap pesan bahwa kau akan menyakiti dirimu atau Eunwoo lagi"
"begitukah?" ujar Seokjin lega.
"Seokjin-san, aku kira memiliki kawan berjuang sangat baik untuk perkembangan emosimu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kak, I Love You (Discontinue)
FanfictionTentang semesta yang bersepakat untuk mengantar Seokjin dan Jungkook pulang.