Bab 8

745 88 24
                                    

Seokjin tiba di lokasi pembangunan sedari pagi, setidaknya ia harus memantau pembangunan perdana proyek rumah kaca ini. Belum begitu banyak orang dan ia juga belum melihat Jungkook ada di sana.

Seokjin tidak peduli kok, ia hanya penasaran saja. 

Penasaran apa yang akan Jungkook lakukan selepas penolakannya tempo hari yang lalu. Ia perlahan sadar ia benar-benar telah menginjak harga diri Jungkook sebagai seorang ayah tapi iapun memang tak pernah hadir sedari awal. Kedatangannya hanya akan mengoyak zona nyaman yang sudah Seokjin ciptakan dengan susah payah beberapa tahun terakhir.

"kak" 

Seokjin langsung menoleh, ia sudah tau jelas suara siapa itu. Sedikit getaran  itu muncul namun ia lekas menguasai dirinya sendiri.  

"ada apa" 

"ini kopi hazelnut untukmu" ujar Jungkook yang menyodorkannya gelas kertas yang katanya berisi kopi kesukaan Seokjin. Ia pun mendecih kecil, ternyata anak ini masih kekanak-kanakan mendekatinya dengan gaya seperti ini. Setelah pertengkaran dan penolakannya beberapa hari yang lalu ternyata Jungkook masih berani mendekatinya dengan secangkir kopi. 

"oy Jugkook-san terima kasih ya kopinya" ujar Yuta sambil lalu. 

tanpa berpikir kembali Seokjin mengambil kopinya, yang juga kopi semua orang. 

Seokjin kembai mengawasi berjalannya dan mendampingi atasannya yang juga ada di sini. Jungkook hari itu terlihat mengenakan kemeja putih dan celana jeans yang pas di tubuhnya. Penampilan yang sering Seokjin liat kala Jungkook mendatanginya dalam mimpi, Seokjin sendiri tak begitu ingat namun kebanyakan dalam mimpinya Jungkook hadir dengan kemeja putih. 

Seokjin sebenarnya sering menggambarkan Jungkook adalah warna putih, ia melihat Jungkook sedari bayi. Bayi yang murni dengan pipi tembam. Namun sekarang Seokjin memang tak bisa memungkiri bayi itu sekarang sudah bisa dikatakan sebagai seorang pria. 

Dan entah sejak kapan jaket lapangan dan helm proyek terlihat sangat menarik di matanya.

Seokjin jadi teringat mimpi-mimpinya yang belakangan membayangi. Jungkook gagah yang menyetubuhinya dimana-mana mulai dari ladang bunga hingga di dalam kamar. 

"Kak, kau memerah ada yang sakit?" ujar Jungkook tiba-tiba sudah ada di samping Seokjin. 

"tak apa" ujarnya singkat setelah terbangun dari lamunan nakalnya. 

Ia berusaha konsentrasi hari ini mengecek banyak hal yang ada di sana walaupun tidak sekali dua kali ia mencuri pandang pada Jungkook. Hingga Seokjin hampir pulang Jungkook masih terlihat sangat fokus dan profesional, berbeda dirinya tempo hari lalu yang terus-terusan memandang Seokjin seolah ingin memangsanya. 

Setelah berpamitan dengan beberapa orang ia melangkahkan kakinya keluar dan berusaha menyetop taksi. 

Setelah rumah kaca ini selesai, kantornya akan dipindahkan ke sini. Hidupnya mungkin akan sedikit berubah dengan berdirinya rumah kaca dan kehadiran Jungkook kembali. Sejujurnya Seokjin tak memiliki proyeksi apa-apa kedepan, apabila berkaitan dengan Jungkook semuanya terasa kontras. Hatinya sering bergelut dengan pikiran rasionalnya, hanya Jungkook yang bisa membuatnya seperti itu.   

"Kim Seokjin" Seokjin langsung terbangun dari lamunannya. Ia tersentak mendengar suara berat yang tidak asing itu. Suara yang sudah tidak ia dengar kurang lebih lima tahun ini. 

"Kim Namjoon?" 

..

"ayolah Pak izinkan aku ikut rombongan audit ke Jepang, aku bisa mewakili divisi kita" 

Kak, I Love You (Discontinue) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang