"AKU melakukan ini karena aku mencintaimu, Jane! Tetapi responmu malah terkesan meremehkanku. Atau jangan-jangan kau memang main belakang dengan si keparat itu?!"
Intonasi Jackson meninggi seiring dengan sorot tajamnya yang sejak tadi menghujamku. Membuatku tersudutkan dan takut untuk berkutik. Tetapi bagaimanapun apa yang dia tuduhkan jelas salah. Hubunganku dan Jiwon tidak sedalam dan sejauh itu untuk mengundang curiganya.
Memberanikan diri, aku menengadah. Membalas tatapannya dengan setenang mungkin. Kata Kim Jisoo, menghadapi kemarahan seseorang harus dengan sikap tenang. Kita perlu menurunkan ego serendah mungkin demi menghindari konflik yang lebih dalam.
"Tapi aku tidak mempunyai hubungan istimewa yang patut kau curigai, Jackson. Kau tahu, kami berteman sejak kecil——"
"ALAH! MEMAKAI ALASAN ITU LAGI?! KAU PIKIR AKU AKAN PERCAYA SETELAH KAU KETAHUAN BERBOHONG DAN MENDATANGINYA DIAM-DIAM!"
Kelopak mataku memejam erat sebagai respon dari suaranya yang meninggi. Terkejut. Tidak sampai menyangka pertemuanku dengan Jiwon akan membuahkan ledakan emosi dari Jackson seperti ini.
Dia mengusap wajahnya kasar. "Aku harus bagaimana lagi Jane supaya kau bisa diatur hah? Kenapa susah sekali sih sekadar untuk menurut padaku?!" Suaranya kali ini malah terdengar frustasi. Menekanku. Membuatku merunduk sama sekali tidak berani memandangnya lagi.
"Aku sudah memberikan semuanya untukmu. Perhatian, cinta, waktu... Apalagi yang kurang sampai kau tidak bisa menurut padaku? Apa perlu aku menjadi penjahat untuk melenyapkan apa saja yang membuatmu berontak?!"
"Tidak. Bukan begitu..." Aku menggigit bibir bawahku keras. "... Aku minta maaf." Tidak kuasa mengeluarkan pembelaan yang nantinya akan sia-sia.
"Sebelum ini kau juga sudah minta maaf. Tapi lihat kelakuanmu? Sudah seperti wanita kurang belaian dan kasih sayang."
"Aku akan memperbaiki sikapku, Jackson."
Baiklah.
Tidak masalah selagi kami tetap bersama. Aku sudah terbiasa mengalah. Menjadi air di saat hubungan kami nyaris hangus terlalap emosinya.
Mata Jackson memicing. Memandangku dengan tatapannya yang masih bercampur antara amarah dan curiga segunung. Terdiam beberapa saat, Jackson mengembuskan napas kasar.
"Ini kesempatan terakhirmu, Jane. Stok kesabaranku menghadapimu sudah benar-benar habis," tandasnya tegas. Beralih meninggalkanku yang mematung di dapur unitnya.
Aku meringis tipis. Kalau sudah begini aku bisa apa? Daripada membuat hubungan kami semakin memburuk. Tidak apa-apa kan lebih menjaga jarak dengan Jiwon? Lagipula dia tidak akan menyadarinya. Dari yang kami bicarakan semalam, Jiwon sedang dikejar target, setelah dipercayai oleh label ternama untuk mengisi beberapa track di album salah satu penyanyi solo terkenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Eccedentesiast
Romance[ part of snowflakes ] Sebuah kisah klise tentang Jennie yang terjebak dalam sebuah hubungan beracun. Sepanjang perjalanan kisah mereka, Jennie sadar betapa perasaannya bisa menghancurkan sewaktu-waktu. Diterpa dua pilihan memberatkan; haruskah Jenn...