"
SEMALAM Jackson sempat mengobrol dengan ibu." Aku segera menghentikkan aktivitasku untuk menyuap japchae buatan Bibi Jung ketika ibu tiba-tiba membuka suara.
Mendengar nama Jackson disebut, aku mendongak untuk mendapati ibu yang juga sedang memperhatikanku, dibumbui dengan tatapan gelinya. "Jackson bilang kalian akan segera menikah, saying?." Aku menghembuskan napas tanpa mengundang curiga yang lain.
Ayah yang semula tampak tidak tertarik, karena kenyataannya sejak awal hubunganku dengan Jackson sampai saat ini, dia lah satu-satunya yang masih belum sepenuhnya merestui, sekarang turut meletakkan sumpitnya. Bergabung bersama ibu yang masih memperhatikanku, menunggu jawaban seperti apa yang akan aku keluarkan.
"Kau akan menikah, Jane? Kau serius? Di usiamu yang bahkan belum cukup umur untuk menjadi seorang dokter spesialis seperti yang kau idam-idamkan?." Nada suara ayah masih terdengar santai. Tangannya sudah berpangku di dagunya. Memusatkan atensi padaku, seolah aku adalah si Jennie kecil yang sedang dinanti-nantikan untuk menceritakan bagaimana luar biasanya hari pertamaku di sekolah dasar.
Mataku bergerak membalas tatapan ayah dan ibu bergantian, sesaat melirik pada Sungjae yang tampak acuh tak acuh. Asik dengan scrumble egg kesukaannya.
"Jackson memang sempat membicarakan masalah pernikahan semalam."
Ibu menjadi yang pertama memberi respon bertepuk tangan heboh dengan matanya yang berbinar. Berbanding dengan ayah yang tampak diam, mengangkat sebelah alis sembari memindaiku. Mati-matian aku mengubur dalam-dalam perasaan apapun yang bisa memicu kesalahpahaman ayah. Apalagi kalau sampai ayah mengira ada keraguan dalam mataku.
"Jadi kalian benar akan menikah setelah penyerahan jabatan untuk Jackson, Jane?."
Sebenarnya kalau aku boleh memberikan pendapat pribadi, aku mungkin dengan tegas akan menolak. Maksudku, meskipun menikah dengan Jackson adalah salah satu dari sekian banyak impianku, tetapi, bahkan mimpiku untuk bisa menjadi seorang ahli bedah di Kim's Medical Center masih setengah jalan. Tidak yakin Jackson akan membiarkanku meneruskan studi sementara dia berkali-kali menegaskan agar aku menjadi istri yang siap sedia di istana kami kelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Eccedentesiast
Romance[ part of snowflakes ] Sebuah kisah klise tentang Jennie yang terjebak dalam sebuah hubungan beracun. Sepanjang perjalanan kisah mereka, Jennie sadar betapa perasaannya bisa menghancurkan sewaktu-waktu. Diterpa dua pilihan memberatkan; haruskah Jenn...