LISA menjadi heboh dan bersemangat begitu Jiwon keluar. Menenteng empat bungkus besar daging dan menaruhnya di atas meja. Sementara di belakangnya Kim Hanbin menyusul membawa beberapa kaleng soda dan beer dengan sedikit tergopoh. Reflek, aku berdiri dan mengekori untuk ikut membantu Hanbin yang sudah kembali masuk ke dapur."Biar aku bantu bawa." Tawarku saat Hanbin baru membuka pintu kulkas. Dia sepertinya tidak menyadari ketika aku membuntutinya tadi hingga rautnya jelas menunjukkan keterkejutan.
"Oh-hai, J."
"Hai."
Aku tersenyum simpul. Mengabaikan, memilih untuk melebarkan pintu kulkas dan mengambil beberapa kaleng soda. Tentu saja tidak lupa menyempilkan sekaleng beer yang nanti akan aku simpan baik-baik. Karena aku yakin Kim Jiwon tidak akan membiarkanku menikmati beer. Dia sama seperti si Sungjae yang super konservatif. Padahal usiaku sudah lebih dari legal sekalipun untuk menenggak berbotol-botol soju.
"Kata Jiwon beernya cuma untuk empat orang kan? Tadi aku sudah membawa pas."
"Sssttt."
Hanbin mengangkat sebelah alis. Memandangku keheranan.
"Kau mungkin belum tahu seberapa menyebalkannya Jiwon sampai melarangku minum beer."
"Untuk kebaikanmu, kan?."
"Memang apa salahnya minum beer, apalagi cuma satu-dua kaleng?."
"Kalau aku jadi Jiwon aku juga akan melakukan hal yang sama. Melarangmu minum beer."
"Mau bilang demi kebaikanku?."
Aku mengerutkan kening ketika Hanbin tidak langsung menjawab melainkan memperhatikanku lamat. Memindaiku dengan gerut wajah yang sulit aku baca maksudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Eccedentesiast
Romance[ part of snowflakes ] Sebuah kisah klise tentang Jennie yang terjebak dalam sebuah hubungan beracun. Sepanjang perjalanan kisah mereka, Jennie sadar betapa perasaannya bisa menghancurkan sewaktu-waktu. Diterpa dua pilihan memberatkan; haruskah Jenn...