1

873 57 26
                                    

Kota Seoul tidak pernah sepi. Dari pagi hingga malam hari tetap saja banyak kendaraan lalu lalang, pejalan kaki berjalan cepat memburu waktu untuk pulang berkumpul dengan keluarga. Namun ada seorang pria yang berjalan lambat, bahkan menurunkan bahunya seperti tidak ada semangat sama sekali.

"Aaiishhhh"

"Bisa-bisanya dia melempar laporan yang kubuat sampai subuh...dasar gendut sialan"

Itulah yang keluar dimulutnya beberapa kali. Kadang ia mengacak rambutnya kasar sambil menendang aspal jalanan yang tidak salah apa-apa.

Lama mengumpati jalanan,matanya berbinar melihat kedai ramyun didepannya.

"Huaaa..... Saat kesal begini, ramyun bibi choi adalah obat penenang terampuh..BIBI CHOI....I AM COMING!!!!"

Seolah lupa dengan kekesalannya, pria itu berlari bersemangat setelah berteriak tak jelas menyebut nama bibi Choi.

Ia bergegas memasuki kedai tersebut dengan semangat 45.

"SELAMAT MALAMMMM BIBI" sapanya semangat. Membuat pelanggan lain meliriknya kaget. Pria ini memang tidak tahu malu...😂

"AIGOOO.....SEUNGWAN-AH.... SUDAH LAMA KAU TAK MAMPIR KEMARI...YAAA...LIHAT..LIHAT BADANMU...KENAPA KURUS BEGINI??"

Seolah tal peduli dengan pengunjung kedainya, bibi Choi juga tak kalah beersemangat menyapa pria bernama Seungwan itu. Sepertinya sudah cukup lama keduanya tidak bertemu sampai menciptakan suasana reuni yang penuh suara teriakan begitu.

"Ayoooo duduk!!chaaaa... Duduklah disini.. kau ini.. tidak diberi makan istrimu hah?? Aigoo.. kemana pipi menggemaskan yang biasa ku cubit?? Astaga... Padalah 2 bulan yang lalu masih ada...tunggulah disini..bibi akan siapkan sup ayam dan ramyeon kesukaanmu"

Seungwan, lelaki itu hanya tertawa mendengarkan celotehan bibi Choi. Bibi pemilik kedai ramyeon terenak baginya yang ia kenal sejak ia masuk university hingga sampai saat ini, hmmm... Sudah 9 tahun kalo Seungwan tidak salah hitung.

Tak beberapa lama bibi Choi kembali dengan sup ayam,nasi,kimchi dan ramyeon dihadapan Seungwan.

"Wooaaahh.....Bibi Choiiii yang terbaik!!!!"

"Ck....makanlah yang banyak... Jangan bekerja terus.." bibi Choi menyodorkan sumpit kepada Seungwan. Tanpa basa basi Seungwan langsung menyantap makanan didepannnya.

"Hhukkk..hukkk.."

"Aishh..anak ini..pelan-pelan"

Bibi Choi menyerahkan segelas air kepada Seungwan. Laki-laki itu makan seperti tidak ada hari esok. Bibi Choi yang memperhatikannya sedari tadi jadi khawatir, biasannya jika Seungwan makan seperti orang rakus begitu tanda ia sedang mengalami kesulitan. Memang lelaki itu tidak pernah mengeluh padanya, tapi Bibi Choi sudah khatam dengan berbagai macam sifat Seungwan.

"Hehehe... Perutku sepertinya merindukan makanan disini.. jadi aku tidak bisa mengontrol tubuhku untuk tidak menghabiskan makanan ini.." cengir Seungwan.

Seungwan menyelesaikan makanannya dengan tubuh yang disandarkan kekursi tanda ia benar-benar kenyang. Sudah seperti kebiasaan Bibi Choi akan menemani Seungwan sampai lelaki itu pulang. Lagian kedainya memiliki pelayan jaadi ia tak perlu khawatir masalah pelayanan pembeli. Lelaki bernama lengkap Son Seungwan itu sendiri sudah dianggap anak oleh Bibi Choi.

"Apa sekarang?" Tanya Bibi Choi menatap Seungwan lekat.

"Katanya kerjaku tidak bagus...aku dipecat" ucap Seungwan ringan, sambil menyesap rokok ditangannya.

"Pasti bukan itu alasanmu" ucap  Bibi Choi tak percaya. Seungwan mengangguk santai. Ia menikmati pemandangan jalanan dari kaca kedai ramyeon itu menghilangkan lelah yang sebenarnya ia rasakan. Bibi Choi memijat kepalanya.

Two Sides: Love Me RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang