1

149 10 3
                                    

SATU detik. Dua detik. Tiga detik. Tetap gelap. Berusaha mengendalikan rasa panik yang melanda, aku cepat - cepat mengeluarkan ponsel dari dalam saku. Di mana letak aplikasi flash light yang sering menyala tanpa disengaja itu? Aku berdoa dalam hati untuk meminta maaf karena dengan seenaknya menggunakan lift khusus staf demi menuju toko buku di lantai 7 mal tempat aku berada.

  Tanganku yang gemetar karena tegang membuat ponsel dalam genggamanku tergelincir dan tergeletak begitu saja di sisi cowok di hadapanku. Satu lagi yang hampir ku lupakan : aku tidak sendirian di dalam lift ini. Seorang cowok terbungkus masuk ke lift yang ku tumpangi.

  Ku sebut terbungkus, karena dari atas sampai bawah seluruh tubuh cowok itu tertutup sempurna. Jaket hitam, celana hitam, dan sepatu yang juga hitam mengilat. Juga di bagian wajah. Masker, topi, dan kacamata yang di ke akan nya tidak menyisakan sejengkal kulit pun untuk di lihat. Jika di pikir - pikir, cowok ini sama sekali tidak terlihat seperti staf mal ini.

  Ini bukan pertanda baik. Seharusnya aku langsung pulang bersama Jihyo dan Mina setelah acara mengobrol tidak jelas  di cafe tadi. Bukannya menolak ajakan pulang bersama mereka, hanya karena aku tidak mau mendengar ocehan lebih lanjut mengenai mencari pasangan untuk prom night Korea International School empat bulan mendatang. Ini semua memang terjadi karena pembahasan bodoh itu. Lagi pula, memang dunia akan kiamat jika sampai aku datang ke prom night sendirian? Tidak kan?

   Layar kecil di atas tombol lift tetap menunjukkan angka 4. Lift ini tidak bergerak sejak aku masuk. Bunyi kresek - kresek terdengar di speaker kecil dekat tombol.

   "Selamat sore. Lift sedang mengalami kerusakan karena peralihan listrik yang tidak akan berlangsung lama. kami sudah memanggil teknisi. Mohon bersabar menunggu. Terima kasih."

   Setidaknya seseorang telah menyadari keberadaan kami di dalam lift. Cowok di hadapanku mengambil posisi untuk duduk di salah satu pojok lift.

  Entah di sengaja atau tidak, ponselku yang sebelumnya berada di sisi sepatu cowok itu terempas ke arahku saat si cowok bergerak. Ku harap ia tidak benar - benar sengaja melakukannya. Maksudku,untuk apa ia menendang ponselku?

   Sebaiknya aku mengabari Jihyo dan Mina tentang keadaanku sekarang. Aku membuka grup KakaoTalk yang anggota nya aku, Jihyo, dan Mina. Ada notifikasi pesan masuk. Pertama dari Jihyo, sementara mina menimpali di bawahnya.

   Jihyo: sumpaaahhh! aku baru tau hari ini ada Meet and Greet Lee Jihoon di mal tempat kita tadi! Tau gitu aku nggak pulang....😣😣 Kamu masih di sana gak, y/n?

  Mina: Serius kamu? Apa kita balik aja ke sana? Masih sempat nggak?

   Jihyo: Seriusss... y/n mana nih?

   Mina: Tadi pas jalan balik, macet banget.

   Jihyo: Iya. Kata mama ada isu bom di mal jadi pada panik. Jalanan juga ada yang di tutup jadi macet di mana - mana.

   Mina: Cuma isu kan?

   Jihyo: Kalau berita di televisi, masih macet di mana - mana.

   Mina: Mauuu lihat Jihoon banget ihh!

   Jihyo: Aku juga! Cuma sekarang gak di bolehin keluar sama orang tua gara - gara berita itu.

   Mina: Gagal dong kencan mu?

   Jihyo: Gagal total. Y/n udah sampe rumah belum sih? Kalau belum,hati- hati. Kalau liat Jihoon,fotoin please... Aku traktir makanan besok.

   Mina: Apa aku ke sana aja ya?

   Jihyo: Kencan mu?

   Mina: Date sama si Jeno bisa kapan - kapan. Ini Jihoon,hyo! Lee Jihoon yang cum seabad sekali bikin Meet and Greet!!!

I'm Not CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang