12

37 3 0
                                    

DATANG ke kantor sepulang sekolah. Jangan terlambat.

  Begitu membaca pesan KakaoTalk itu, adegan demi adegan tentang bagaimana aku akan memberi pelajaran kepada Woozi terus bermain di kepalaku. Haruskah aku berteriak dulu? Atau meninju perutnya? Atau menarik rambutnya? Woozi 10cm lebih tinggi dariku. Tidak mungkin aku bisa meraih puncak kepalanya. Ugh! Apapun itu, aku harus melakukan sesuatu untuk membalas  woozi yang sudah meninggalkanku begitu saja waktu malam gala premier.

  Bang Jongin menyambutku dengan wajah gusar. Ia sepertinya pusing dengan kasus yang menimpa Woozi. Bang Jongin bilang gara gara kasus kemarin, Woozi akan vakum dari semua kegiatan shooting, termasuk kegiatan Back to School di sekolahku. Meski tidak mengerti mengapa Woozi memintaku datang, Bang Jongin mengantarku ke ruangan khusus yang diperuntukkan untuk Woozi seorang. Si artis yang membuat gempar dunia infotaiment duduk menghadap meja rias besar saat aku masuk ke ruangan bernuansa putih itu. Setelah Bang Jongin menutup pintu, tidak ada siapa siapa lagi di ruangan, kecuali aku dan Woozi.

  Menyadari kehadiranku, Woozi memutar kursi yang ia duduki hingga menghadap ke arahku. Ia tampak santai dengan celana jeans dan hoodie abu-abu yang dikenakan nya. Rambutnya juga tidak ditata sedemikian rupa seperti biasanya. Meski dalam tampilan seadanya, Woozi tetap tampak memukau. Bahkan terlihat…. normal? Pandangan kami sempat bertemu sesaat sebelum Woozi melihat jam tangan di pergelangannya.

  "Cepet juga lo nyampe ke sini."

   Napasku masih memburu. Bukan hanya karena kegiatan mengayuh sepeda seperti orang kerasukan tadi, tapi juga karena melihat makhluk yang berlagak seakan tidak ada masalah di antara kami.

  "Ngapain Io manggil gue ke sini?!" pekikku sambil tanpa segansegan melayangkan tatapan kesal ke arah Woozi.

   Seharusnya aku langsung menyerang Woozi saja. Dengan posisi duduk seperti sekarang, aku mudah menyerang bagian tubuh Woozi yang mana pun.

  "Wow! Kenapa Io jadi marah-marah gini sih?"

   Cowok ini sudah lupa bahwa ia meninggalkanku begitu saja malam itu? Atau dia memang sengaja berlagak lupa? Oke, kalau begitu cara mainnya.

  "ajadi kenapa?" tanyaku lagi dengan meletakkan tangan di pinggang dan melemparkan tatapan malas ke arah Woozi.

  Akan kulayani dengan senang hati jika ia memang menginginkan perang dingin.

   "Lo… udah liat berita soal... gue sama... Kyulkyung?" tanya Woozi terlihat enggan.

  Seharusnya Woozi tahu aku justru saksi langsung saat hal itu terjadi.

  "Urusannya sama gue apa?"

   Woozi membelalak saat pertanyaan itu terlontar dari mulutku. Ia memandangku tidak percaya kemudian perlahan tatapannya berubah redup.

  "Damn! Stupid that I though you would be worried."

   Ugh! Harus ya dia berbicara bahasa Inggris pada saat seperti sekarang?!

  "Ya udah kalau gitu. Lo boleh balik." ucap Woozi ringan.

  Apa?! Woozi memintaku datang hanya untuk ini? Untuk mendengarnya menanyakan beberapa kalimat yang aku tidak mengerti tujuannya?

  Sialan! lni sih namanya dia mengerjaiku! Aku mendekat ke arah Woozi. Dengan seluruh tenaga yang kumiliki, aku mencengkeram dan menarik bagian depan hoodie-nya.

  "Heh! Jangan pikir Io bisa seenaknya sama gue ya!"

  Sialnya dari jarak sedekat ini aroma mint dari tubuh Woozi menyeruak memenuhi paru paruku hingga aku terbuai. Woozi mengernyit, terkejut dengan aksi yang kulakukan. Perlahan ia berdiri dari tempat duduknya hingga menjulang tinggi di depanku. Meski harus berjinjit, aku tidak akan melepaskan cengkeramanku dari hoodienya sebelum aku selesai berbicara.

I'm Not CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang