18

37 3 0
                                    

  HAMPIR satu minggu telah berlalu sejak kejadian haru biru antara aku dan Bang Jongin. Tidak banyak yang berlangsung di sekolah karena kakak kelas tiga sibuk dengan persiapan ujian, sementara panitia acara prom juga sibuk dengan persiapan acara ulang tahun sekolah. Ini hari keempat aku di bebas tugaskan oleh Woozi. Dia memang tidak mengatakannya langsung, namun dengan tidak hadirnya ia di sekolah, aku otomatis harus memutar otak mencari kegiatan untuk mengisi waktuku yang mendadak jadi kosong.

  Saat melintasi halaman belakang, aku melihat Kak Doyoung. Begitu menyadari kehadiranku. Kak Doyoung memperlambat langkahnya dan melambai padaku. Sejak kunjungan Kak Doyoung ke rumah yang hanya ketemu Tante, aku tidak pernah lagi bertemu cowok itu. Oh, sebenarnya kami sempat berpapasan sekali, namun karena aku terlalu sibuk berlari ke sana kemari untuk Woozi, kami tak sempat ngobrol.

  "Sendirian aja?" tanya Kak Doyoung saat kami sudah berdekatan.

  Aku mengangguk sambil memandang Kak Doyoung.

  "Kemarin Tante Suzy bilang kamu udah ngambil sepedamu?"

  Oh. aku lupa. Jika begini caranya. aku seperti orang yang tidak tahu terima kasih.

  "Sorry banget, aku lupa ngabarin Kakak soal itu. Makasih juga udah benerin sepedaku, Kak," ucapku terburu-buru.

  "Ah, bukan gitu. Nggak apa apa kok. Cuma kata Tante Suzy, kamu ngambil sepedanya sama... Woozi?"

  Aku terdiam. Tentu saja si bibi yang mencubit dan memeluk gemas Woozi waktu itu akan heboh bercerita pada majikannya.

  "Mmm..."

  "Setelah kupikir pikir, jangan jangan yang kamu maksud kucing kampung itu... Woozi?"

  Skakmat. Kak Doyoung tahu juga. Aku membalas tatapan Kak Doyoung dengan rasa bersalah. Tidak seharusnya aku membuat kebohongan demi kebohongan mengenai Woozi. Aku terpaksa melakukannya karena telanjur terikat perjanjian dengan Woozi. Saat punya kesempatan, seharusnya aku menceritakan saja semuanya kepada Kak Doyoung. Menanggapi diamnya diriku, embusan napas Kak Doyoung terdengar dalam.

  "Maaf, Kak." Hanya itu yang bisa kukatakan. Kak Doyoung tampak berpikir sejenak.

  "Jadi kamu bakalan pergi ke prom sama Woozi?"

  Aku terdiam. Tadinya kukira begitu, namun mengingat catatan di agenda Woozi kemarin, rasanya hal itu tidak mungkin terjadi. Aku mengangkat bahu sebagai tanggapan.

  "Masih ada kemungkinan kamu pergi sama aku?"

  Aku semakin lemas mendengar pertanyaan Kak Doyoung. Jika pertanyaan ini datang sebelum aku tersangkut hubungan rumit dengan Woozi, bisa dipastikan aku akan melompat kegirangan. Aku bisa menjawab iya dan membuat kekecewaan di wajah Kak Doyoung menghilang. Toh, aku tidak akan pergi bersama Woozi.

  Sayangnya,soal prom sudah tidak sama lagi. Sesuatu dalam hati kecilku seolah memberitahuku untuk bersikap jujur. Aku harus berhenti menjadi cewek PHP pada Kak Doyoung. Oleh karena itu, aku menggeleng lembut sebagai tanggapan.

  Embusan napas Kak Doyoung terdengar lagi. Ia menunduk sesaat, sebelum memandangku dengan senyum yang dipaksakan.

  "Aku telat,ya?"

  Sedikit.Namun hal itu memang mengubah segalanya.

  "Take care, kalau gitu." Kak Doyoung berucap sambil menepuk pelan lenganku.

  Kenapa jadi terasa seperti ucapan perpisahan ya? Ingin rasanya aku mengatakan maaf untuk kesekian kalinya, namun tidak akan menghapus kekecewaan di wajah Kak Doyoung. Sebelum aku sempat bereaksi, Kak Doyoung sudah berjalan meninggalkanku. Aku tetap diam di tempat dengan kesadaran bahwa kali ini aku tidak perlu mengikutinya. Ini saatnya untukku mengucapkan selamat tinggal kepada cinta pertamaku.

I'm Not CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang