Nadine duduk di samping Rara yang sedang fokus menyetir. Rara memang menginap beberapa malam untuk menemani Nadine dan juga sedikit menasehati calon ibu itu untuk jangan keras kepala.
Sebenarnya, Rara juga tidak menyalahkan sikap Nadine yang seperti enggan bertemu James. Karena, kalau Rara ada diposisi Nadine, dia juga akan melakukan hal yang sama.
Hanya saja, Rara sedang mencoba berfikir jernih. Dia ingin rumah tangga sahabatnya kembali seperti semula. Pernikahan mereka belum lama terjadi. Dan juga, tolong pikirkan Bayi yang ada di kandungan Nadine.
Selama perjalanan menuju Rumahnya dan James, pandangan Nadine tak pernah lepas dari pemandangan di jendela mobil. Tidak ada apa-apa, hanya pemandangan barisan ruko dan berbagai pedagang kaki lima yang menjual banyak Jajanan.
Pikiran Nadine tidak disini. Pikirannya melayang memikirkan James. Sedang apa Laki-laki itu sekarang? Apa James sudah makan? Apa dia baik-baik saja setelah dia tinggalkan beberapa hari ini?
Nadine menghela nafas dengan tatapan sendu. Dia... Merindukan James. Tapi Nadine belum siap bertemu laki-laki itu.
Entahlah, Nadine sendiri bingung dengan apa yang dirasakannya. Dia merindukan James, namun dia juga tidak ingin bertemu dengan James. Rasa benci dan rindu seakan tengah bertarung dalam dirinya. Membuat dirinya bingung.
"Nadz ...,"
Nadine menoleh pada Rara yang juga menoleh kearahnya dari kursi depan. "Hm?"
"Lo kenapa? Kok diam aja dari tadi?"
Nadine tersenyum sembari menggeleng. "Aku nggak pa-pa, kok."
Rara menghela nafas. Tahu bahwa Nadine tengah berbohong padanya. Rara kembali menoleh ke arah depan, begitupun Nadine yang kembali pada pemandangan disampingnya.
"Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan Nadz. " ucap Rara tiba-tiba.
Nadine yang mendengarnya hanya mengerutkan kening tak mengerti.
"Termasuk James." lanjut Rara. Nadine langsung membuang pandangannya kembali pada pemandangan di samping mobil. Sudah tahu apa yang akan sahabatnya itu bahas.
"Inget apa yang pernah Bibi Yana bilang ke lo? Dia pernah bilang sama lo, kalau semua yang terjadi pasti ada alasannya kan?" suara Rara terdengar tenang.
Nadine masih membisu. Namun matanya berkaca-kaca. Ya, Bibi-nya pernah bilang seperti itu saat kedua orang tuanya meninggal. Bibi Yana bilang padanya bahwa, kepergian orang tuanya itu karena kemauan Tuhan. Tuhan sudah sangat merindukan orang tua Nadine. Makanya Tuhan memanggil orang tua Nadine dengan cepat. Karena alasannya adalah, Tuhan tidak ingin jauh terlalu lama dari orang tuanya. Itu yang Bibi Yana katakan padanya dulu.
"Beberapa hari lalu gue juga udah kasih tau lo alasan kesalahpaman dihubungan lo sama James 'kan? Gue rasa, lo juga harus tanya sama James, apa alasan dia merubah sikapnya sama lo."
"Seharusnya, permasalahan lo sama James bakalan selesai kalau lo mau dengerin penjelasan langsung dari dia sih. Atau emang lo yang enggak pernah mau dengerin penjelasan dia?" pertanyaan Rara yang satu itu benar-benar membuat Nadine bungkam. Gadis itu tertunduk dalam dengan kedua tangan terkepal diatas perutnya. Dia menggigit bibir menahan tangis saat mengingat kejadian dimana dia dan James bertengkar hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTAKE - 2020 | END✔️
FanfictionIni cerita 4 tahun yang lalu, jadi maaf kalau agak menggelikan :") "A mistake, which made Me and You, become Us." ©by saturfive_2002 2020/2021 Allright reserved