🍒 - 05

45.6K 3.4K 274
                                    

    Bel istirahat berbunyi. Membuat seorang guru yang sedang menjelaskan materi di kelas XII-IPA 1 itu mendengus. Dia menatap murid-muridnya yang terlihat berbinar karena waktu belajar telah usai.

    "Baik anak-anak, sampai sini dulu pertemuan kita hari ini. Pekerjaan rumah yang tadi Ibu kasih, harus dikumpulkan besok ya. Walaupun tidak ada pelajaran Ibu dihari itu. Permisi." guru itu pun berpamitan. Meninggalkan murid-muridnya yang menggerutu sebal karena ucapannya tadi.

    Genta misuh-misuh seraya berdiri dari kursinya. "Ah, ngeselin tuh guru. Padahal nanti malem gue udah niatan mau ngajakin Maya main."

    Tara menatap cowok satu itu dengan malas. Mengerti apa arti sebenarnya dari kata 'main' yang diucapkan Genta. Yang tentu saja bukan main dokter-dokteran.

    "Bacot, lo."

    Genta mendelik pada Tara. Merasa tak terima.

    James yang ada diantara mereka hanya bisa menghela nafas. Cowok itu keluar lebih dulu meninggalkan kedua temannya. Kemudian tak lama kemudian Genta mengekori James, diikuti oleh Tara.

    "Ayang James nih main ninggalin aja," Genta berjalan disamping James, merangkul cowok itu dengan sok manja.

    Tara memandang cowok itu dengan jijik. Sementara James mendecakkan lidah. Dan dngan segera, dia menepis kasar lengan Genta yang melingkar dibahunya.

    "Jauh-jauh, lo!" sentaknya.

    Genta manyun, kemudian melepaskan tangannya dari bahu James sembari misuh-misuh. Tara sudah tidak tahan dengan kelakuannya. Hingga akhirnya, cowok itu menggeplak kepala Genta dari belakang dengan keras.

    "SAKEEET!!" teriak Genta murka. Cowok itu membalas dengan menendang betis Tara dengan kencang, membuat Tara mengaduh.

    "BISA DIEM NGGAK?!"

    Tara yang hendak membalas perlakuan Genta jadi terdiam karena mendengar bentakkan James yang menggelegar disepanjang koridor. Para murid berjengit kaget mendengar bentakkan itu. Genta pun langsung mengkerut dibelakang tubuh Tara.

    James yang menyadari kalau dirinya sudah kelepasan langsung mengatupkan bibir rapat-rapat. Cowok itu berdehem. Lalu kembali berjalan dengan cool, meninggalkan koridor yang kini tampak hening karena orang-orangnya masih terpaku dan terkejut.

    James menarik nafas dan menghembuskannya dalam sekali hentakkan. Dirinya ... Malu sekali. Rasanya James ingin menenggelamkan wajahnya ditanah agar tak dilihat orang lain.

    Langkah kaki James tiba-tiba saja berhenti diundakkan tangga terakhir. Matanya menatap pada seorang gadis yang tengah berjalan bersama satu orang temannya. Mata James berubah sayu. Apalagi saat tatapan mata mereka bertemu.

    Nadine menatap James dengan dingin. Kemudian, beberapa detik setelahnya, gadis itu membuang muka dan mengajak Rara berbalik badan kearah sebaliknya. Niatnya untuk ke toilet dia urungkan karena ada James.

    Rara menjadi bingung karena tiba-tiba Nadine menariknya untuk pindah haluan. Dia menoleh kebelakang dan mendapati James tengah memandang kearah tempat dimana dia dan Nadine tengah berjalan.

    Rara berfikir, mungkin Nadine berbalik karena takut pada James perihal masalah kemarin.

    Sedangkan disisi lain, tatapan James semakin menyendu. Menatap pada punggung Nadine yang tampak rapuh dari belakang. Gadis ringkih itu, gadis yang telah dia hancurkan. Harapannya yang setinggi langit, dengan hebatnya James jatuhkan.

    Entah seberapa besar penyesalan yang James rasakan sekarang. Rasanya, tak terhitung.

***

MISTAKE - 2020 | END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang