TABEL PERIODIK

2 0 0
                                    



"Tabel Periodik adalah susunan unsur kimia berdsarkan kenaikan nomor atomnya, unsur seperiode diletakkan dalam garis mendatar dan unsur-unsur segolongan diletakkan dalam kolom tegak."

Seperti biasa, Stanza memarkirkan motornya di depan rumah Melody. Kedekatan yang terjalin diantara dua insan yang saling jatuh hati tak dapat ditutupi. Tapi, kata cinta belum terucap dari mulut Stanza, ia terus mengulur waktu sampai menunggu waktu yang tepat.

Rumah bergaya minimalis dengan cat warna putih. Temboknya terlihat kokoh, juga batu-batu yang menempel di dinding sebagai ornament dan tiang besi kecil penyangga rumah di teras depan, semakin terasa kekhasan bangunan rumah jaman dulu kala.

Stanza duduk di teras depan, ada sekat anatara teras dan halaman rumah, biasanya ia duduk di sana sembari menunggu Melody keluar dari rumah. Sapaan hangat Ibu Melody selalu menghiasi pagi, apalagi minuman teh hangat yang disajikan bersama lontong dan gorengan. Meski sering menolak, tetap saja akhirnya Stanza tergiur untuk mencobanya. Perutnya yang sudah diisi nasi goreng dan telor di rumah, semakin terasa penuh.

"Tungguin dulu, ya, Nak. Neng Melody sedang masih bersiap-siap."

"Tak apa, Bu. Saya selalu sabar menunggu koq. Tak usah khawatir."

Setelah percakapan basa-basi yang sederhana, ibunya biasanya mengambil sapu lidi dari bawah pohon manga yang terletak di depan rumah. Ia menyapu halaman tiap pagi dan menyiram bunga dan tanaman yang mepet ke tembok.

Melody mengenalkan Stanza sebagai orang yang cinta lingkungan meski bukan anak pecinta alam. Ya, kejadian awal pertemuan di belakang sekolah dekat kantin seperti terekam jelas dalam ingatan Melody. Bisa dipastikan pendekatan ini sukses 80%. Namun, karena dikenalkan dengan sifat Stanza yang demikian, sejak saat Stanza seperti ditarik untuk menggantikan tugas ibu Melody setiap pagi saat menunggu kehadiran Melody untuk berangkat bareng sekolah.

"Yang nyapu halaman biar saya saja, Bu."

"Jadi merpotkan, Nak. Sudah duduk manis saja di sana. Masa tiap kali ke sini kamu yang nyapu halaman. Ibu kan jadi gak enak."

"Kasih aja, Bu. Dia emang orangnya suka bersih-bersih." Melody nyembul dari pintu rumah sambil tertawa.

"Sudah siap? Yuk!" ajak Stanza pada Melody yang pagi ini begitu cantic karena rambutnya dikepang, di sela rambutnya terselip jepit rambut bergambar shizuka. Jepit rambut hadiah dari Stanza saat bermain ke Gebu tempo hari.

"Katanya mau bantuin ibu, biar aku naik ojek aja." Seloroh Melody dengan sedikit tertawa. Guyonan melody mengundang tawa ibunya yang sedang menyapu halaman.

"Jangan gituh lah, Neng. Nak Stanza ini sudah nungguin dari tadi, masa gak jadi pergi bareng hanya karena bantuin ibu nyapu halaman dulu."

Kikuk, Stanza akhirnya berdiri dari posisinya. Ia meggamit lengan Melody yang kini posisinya berada dekat Stanza. Gamitannya disambut hangat Melody, tanpa penolakan.

"Kami pamit dulu, Bu." Pamit Stanza pada ibunya Melody, ia mencium punggug telapak tangan ibunya, setelahnya baru Melody yang salim.

Perjalan ke sekolah pagi ini, jika boleh meminta ingin lebih panjang, batin Stanza. Jika sajanya realativitas waktu yang dicetuskan Einstain berlaku, ia ingin ada waktu yang berbeda antara waktunya dengan Melody dan waktunya dengan alam sekitar.dunia terasa milik berdua, seperti orang sering menybutnya.

***

Tiba di sekolah, saat ia Melody menyusuri koridor kelas, ia terhenyak dengan berita tentang Stanza yang hampir setiap hari datang ke skolah dengan terlambat. Gosip itu ia dengar dari sekumpulan siswa yang saling mengobrol. Tentu, gosip tentang Stanza ini akan dikaitkan dengan Melody. Bagaimanapun, meski belum terikat dengan jelas dengan status pacarana, hubungan antara Melody dan Stanza sudah semakin dekat, apalagi secara terang-terangan, setaip hari Stanza mengantar jemput Melody ke sekolah.

"Kamu udah sampai sekolah belum?"

Pesan caht di aplikasi berlogo telepon dengan latar warna hijau terkirim setalah Melody duduk di kursinya. Ia masih tidak enak dengan perbincangan teman-teman sekolahnya tentang Stanza. Seingatnya, selama ini ia tak pernah memabawa orang lain kea rah engatif. Apalagi, Stanza dan Melody sedang duduk di kelas 12, di penghujung masa SMA.

Chat Melody masih centang satu, itu tandanya Stanza masih membuka pesan darinya. Apa ia masih di jalan, ya. batin Melody berbincang menenangkan hatinya yang sedag bimbang. Bel pun berbunyi, kekalutan Melody semakin jelas. Apakah Stanza beneran sering terlambat hanya karena mengantar dirinya?

Jam istirahat, pesan dari Melody baru dibalas Stanza.

"Aku udah sampai. Kenapa? Kangen, ya?"

"Kamu tadi terlambat masuk sekolah gak?"

"Ciee, perhatian banget. Tenang, gak usah khawatir. Aman, koq."

"Wakata."

"Gituh aja? Ada apa, sih?"

Melody tidak lagi membalas pesan chat dari Stanza, ia harus mencari tahu sendiri.

"p"

"Hai."

"Kamu kenapa?"

Pesan what up Stanza tak digubris Melody.

***

Seperti biasa, saat pulang sekolah motor Stanza sudah terparkir di depan gerbang, ia menunggu Melody keluar dari gerbang. Tapi setelah beberapa menit, Melody tak kunjung datang. Setengah jam. Satu jam. Dua jam. Taka da lagi terlihat anak PGRI yang keluar dari gerbang sekolah. Apa mungkin Melody ada kegiatan dulu disekolah? Atau ia pulang duluan karena ada sesuatu dengan kibunya? Batin Stanza.

"Pak, Melody udah pulang belum?" taya Stanza pada satpam penjaga sekolah.

"Sudah dari tadi, telat jemput, ya? atau sedang marahan?"

Stanza membiarkan pertanyaan itu tanpa jawab, ia pun pamit dan melajukan motornya. Ia harus segera menemui Melody ke rumahnya, pasti ada sesuatu yang terjadi dengan ibunnya Melody.

Melody pernah bercerita tentang kodisi ibunya yang asma. Penyakit itu suka kambuh jika dingin menyerang. Dan siang ini hujan begitu deras. Pasti Melody sangat mengkhawatirkan ibunya.

Tiba di halaman rumah Melody, Stanza mengetuk pintu. Ibu Melody membukanya dengan sigap. pertanyaan aneh pun menyelip di hatinya, jika bukan ibunya yang sakit, apa Melody ada les dadakan yang diundur waktunya?

"Cari Melody? Ada di kamar. Sebentar,ya, ibu panggilin."

Stanza duduk di kursi ruang tamu menunggu Melody, ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Melody.

"Kamu bohong, ya?" pertanyaan itu langsung keluar dari mulut Melody tanpa basa-basi.

"Bohong apa?"

"Kamu sering terlambat dan pulang paling cepat kan dari sekolah? Aku gak suka sama lelaki pembohong."

"Mel, aku bisa jelasin. Please, jangan ngambek dulu."

"Kamu tahu? Teman-teman sekolahku menyalahkanku karena hal ini. Dan tiu sangat menggangguku."

"Mengapa mereka menyalahkanmu? Ini kesalahanku."

"Sudah, cukup. Kiat fokus saja untuk persiapan ujian. Juga persiapan untuk melanjutkan kuliah. Ayah bilang, Om Hartono ingin kamu jadi dokter. Kamu jangan terlambat lagi datang ke sekolah."

"Tapi, Mel—"

Belumsempat melanjutkan penjelasannya, Stanza ditinggalkan sendiri di ruang tamu.

Stanza (Anak IPA Garis Kiri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang