BLACK HOLE

1 0 0
                                    



"Black hole (lubang hitam) adalah bagian dari ruang waktu yang merupakan gravitasi paling kuat, bahkan cahaya tidak bisa kabur. Teori relativitas umum memprediksi bahwa butuh massa besar untuk menciptakan sebuah lubang hitam yang berada di ruang waktu."

Sduah hampir seminggu Stanza mengikuti bimbel. Waktu bimbel Stanza sama dengan waktu yang diambil Melody. Rasa sakit hati yang belum usai kembali terbuka. Jika bukan karena permohonan papanya, ia memilih pergi. Memang ini bukan akibat mutlak dari penolakan Melody, tapi penolakannya seperti luka yang disiram air garam. Semakin perih. Apalagi melihat kedekatan Melody dengan Pramudya, teman Melody yang dulunya aktif di eksskul yang sama, KIR.

"Gaes, hari ini kalian ngumpul di mana? Ada yang ingin aku sampaikan pada kalian?"

Pesan singkat dikirim melalaui wa grup BASIS, sudah lama sekali ia tidak berkumpul dengan sahabat-sahabatnya, sahabat yang tahu keinginan, cita-cita, dan tujuan Stanza. Sejak kejadian dipanggil ke ruang BK, selepas sekolah Stanza pergi ke tempat bimbel. Tidak ada lagi ngumpul-ngumpul di ruang seni, rumah kedua mereka, tempat ternyaman dari seluruh bagian sekolah yang ada. Ruangan ini tertutup atas permintaan Pak Hartono selaku ayah Stanza. Taka da lagi acara bolos saat jam pelajaran, semuanya tertib, karena setiap pekan Pak Hartono meminta laporan perkembangan Stanza.

"Napa, Za?"

Balasan dari Meza mendarat di HP Stanza, segera ia membalas chat dari sahabtnya itu.

Stanza : Kita ngumpul lagi, ada proyek besar.

Rama : Apaan?

Stanza : Entar gue kasih tahu. Sabar dikit, Bos.

Cio : Orangtua lu gak bakal marah?

Zello : Nah bener, papa lu gimana? Aman gak?

Stanza : Abaikan, pokoknya ini proyek besar. Lu pada bakal suka dah.

Meza : Yodah, tempat biasa. Lagi kosong katanya, kita bisa latihan.Gimana?

Zello : Ok

Rama : Oce

Cio : Sip

Stanza : Makasih Gasss. Lu pada emang sahabat gue.

Kenal hampir dua tahun, tapi rasa persaudaraan berasa utuh dan kokoh, kesamaan visi dan misi melewati masa terslit di kelas IPA menajadikan persahabatan mereka sangat kuat.

Selesai bimbel, Stanza segera ke tempat parkiran, dari kaca spion terlihat jelas senyum si lesung pipi, Melody. Sayangnya senyum itu kini bukan untuknya, tapi untuk Pramudya. Entah benar mereka sudah pacarana atau tidak, tapi dari informasi yang didapat adiknya, Melody menolak pacarana dengan Pramudya. Tragisnya, Pramudya nembak di tengah lapang upacara dikelilingi banyak siswa, dan harus potek hatinya karena ditolak. Namun apapun yang terjadi, hati Stanza tetap tidak terima jika Melody dan Pramudya bisa sedekat itu. Bukannya posisinya sama, Pramudya ditolak, Stanza ditolak.

Menghindari pemikiran yang semakin semtraut karena memikirkan Melody, Stanza memilih tancap gas meninggalkan tempat bimbel. Ada proyek besar yang jika berhasil, ia akan mencapai cita-citanya. Dan untuk mencapai proyek tersebut, ia membutuhkan sahabat-sahabatnya. Sahabat sejati yang setia dikala suka maupun duka.

Di teras studio music Gozila, Meza dan Zelo sudah anteng duduk di kursi, dengan hp di tangan masing-masing. Sudah dapat dipastikan mereka bermain game onlen. Apalagi yang diperbuat, pacar aj akagak punya. Jomlo akut.

"Cio sama Rama mana?" tanya Stanza sambil membuka helm yang dipakainya.

"Lu tau kan, selain lu, Mr. Comelate itu disematkan ke mereka. jadi amnesi lu seminggu gak ketemu aja." Meza melakukan tos ala gengs mereka.

"Woy, serius amat lu?" Stanza sengaja menutupi layar HP Zelo, orang yang punya HP marah dan pergi ke pojokan.

Tawa Stanza dan Meza terdengar. Renyah. Ini yang sangat dirindukan Stanza. Keramaian.

Setelah kedatangan Cio dan Rama, Stanza memulai rapat terbatas di studio 4. Dengan duduk bersila mereka melingkar di tengah studio.

"Ini Gaes, event besar! Kita harus ikut. Dan lu pada tau hadiahnya? Bikin ngiler. Baca dah di akun instagramnya." Stanza menejelaskan secara singakat dan jelas dan dalam tempo sesingkat-ssingkatnya pada meraka.

"Sebenarnya gue gak ngiler ma hadiahnya, gue punya target lain, Za." Meza yang ingan jadi insinyur mengomentari usulan Stanza.

"Lu jadi kuliah insinyur?" Rama mengomentari omongan Meza.

"Iya lah. Lu mau lanjut ke mana?" Meza bertanya balik pada Rama.

"Palingan cari kerja."

Obrolan mengalir santai, Stanza mulai menciut, sahabat yang dikira bisa membantunya menggapai cita-cita tidak setuju dengan usulan Stanza.

"Kalem, Vroh. Kita-kita pasti bakal bantuin lu, Lu mau dapet hadiahnya kan?" Cio menenangkan hati Stanza yang aura hitamnya mulai tampak ke permukaan.

"Kiat mulai susun jadwal latihan, lagu dan lirik juga harus segera dibuat." Zello mulai membuka note HP menuliskan segala persiapan untuk event besar yang sangat diincer Stanza.

Sore itu juga, mereka memainkan sepuluh lagu tanpa henti di studio music Gozila, melepas rindu dengan alat music yang biasa mereka maikan selama dua tahun terakhir. Hanya seminggu, tapi rasa rindu begitu berat, suara serak, rasa capek dan lelah tak terasa, karena rasa bahagia bisa berkumpul bersama.

Bagi Stanza msuik adalah segalanya, seperti massa besar yang membetuk black hole dan bisa menyedot segala yang ada di sekitar.

"Rencana ini jangan sampai bocor, ya. gue gak ingin papa gue tahu. Gue nurutin kemauannya untuk bimbel, gue jadi anak yang baik yang tak bolos saat jam pelajaran. Tapi gue gak bisa ingkarin, music itu seperti memanggil nama gue secara berulang hingga gue gak bisa menghindar, dan jika menghindar jasad gue seperti tak bernyawa, hampa." Terang Stanza sebelum mereka membubarkan diri dari parikran studio music gozila yang terletak dekat makanan resto Jepang.

"Sellow, Bro. kita ini sahabt lu.Gak usah sungkan gituh. Kagak cakep lagi lu. Haha." Rama mewakili sahabatnyamenjawab keresahan hati Stanza.

Stanza (Anak IPA Garis Kiri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang