[2] Uitvaartcentrum

451 85 35
                                    


Ayahku bernama Encep Dewawarman, bekerja di sebuah konsultan arsitektur besar di Bandung—ya, barengan dengan Dirga Nataprawira, kepala keluarga rumah nomor 6. Ayahku menikahi Fauziah dan dikaruniai empat orang anak. Tiga di antaranya laki-laki, aku menjadi satu-satunya anak perempuan.

Anak pertama bernama Martin, bekerja di Jakarta, di sebuah grup kapitalis besar Indonesia, Hadiputra. Aku tak pernah tahu pekerjaan Martin seperti apa. Karena kalau ditanya semua orang pun dia selalu bingung menjelaskannya. Dengan bercanda Martin selalu menjawab, "Jadi babu." Padahal, gajinya besar. Jadi tak ada yang percaya dia betulan menjadi babu mengepel rumah atau menyajikan kopi untuk para bosnya.

Namun untuk membuat Nataprawira terkesan, tentu saja ibuku berkata, "Si Martin itu, di Hadiputra jadi manager gitu, lah. Gajinya tiga digit. Ibu-ibu tahu, kan Hadiputra? Yang perusahaannya di mana-mana. Yang sering nongol iklannya di TV." Segala jenis tukang sayur yang pernah lewat di Jalan Orchis Italica sudah diberitahunya informasi soal Martin.

Martin akan tiba di rumah duka sekitar pukul sembilan pagi, menyusul langsung ke sana. Karena dia sedang di Jakarta, dia menggunakan helikopter perusahaannya agar bisa segera sampai ke Bandung. (Tentu saja hasil pengaruh ibuku agar menaiki helikopter—kalau bisa mendarat di halaman parkir rumah duka.) Kepergian Ny. Esmee menjadi kehilangan terbesar bagi Martin. Yang kutahu, Ny. Esmee adalah sahabat terbaik Martin di kompleks ini.

Anak kedua bernama Markus, tinggal di rumah karena terlalu introvert sampai-sampai tak sanggup mengekos. Profesinya adalah fotografer. Dia bekerja di sebuah studio foto. Koleksi kameranya bejibun dan beragam jenis. Aku tak pernah boleh masuk ke kamarnya karena Markus percaya sentuhan tanganku akan merusak segalanya.

Markus tak suka bersosialisasi. Pergi ke rumah duka adalah bersosialisasi baginya. Karena meski kegiatan kami adalah duduk sambil merenungi kepergian Ny. Esmee, kehadiran semua manusia lain dalam satu ruangan membuat Markus tertekan.

Aku anak ketiga, mahasiswa tingkat akhir. Cerita soal diriku akan kamu temui sepanjang mengikuti kisah ini, jadi tak perlu kukenalkan secara singkat tentangku, oke.

Anak paling bungsu adalah Maru, masih SMA. Kerjaannya hanya komplain dan mengeluh. Dia selalu merasa berhak mendapatkan perhatian setiap orang karena dirinya anak bungsu. Hobinya membanding-bandingkan diri dengan anak seusianya agar setiap permintaan dikabulkan. Aku sudah berhenti menganggapnya manusia. Bagiku, setiap dia bicara, dia hanyalah seekor anjing yang menggonggong dan aku tak mengerti apa yang diinginkan oleh anjing tersebut.

Pagi itu, kami berlima menaiki Honda CR-V ayahku, membuntuti rombongan Mang Dadang menuju rumah duka. Lokasinya masih sekitaran Dago, jadi kami tiba dengan segera. Karena ini hari Sabtu, semua kepala keluarga sedang tidak mengantor. Aku dapat menemukan penghuni rumah nomor 1 sampai 9 berada di rumah duka—termasuk Ny. Esmee yang terbujur kaku di dalam sebuah peti kayu besar berwarna putih.

Ketika kami tiba, tak ada yang bersenda gurau atau menyapa satu sama lain dengan ceria. Bu Merry dari rumah nomor 3 langsung menyambut ibuku dari lorong. "Yuk bareng, Bu Fauziah. Sama saya masuknya. Saya bawa croissant nih buat tamu. Cukup enggak, ya?"

"Cukup, lah segitu mah. Saya juga udah bawa jajanan pasar favoritnya si Nyonya, nih." Ibuku menunjukkan sekotak besar jajanan pasar yang tadi dikirimkan mendadak dari pasar terdekat. Memang jajanan itu kesukaannya Ny. Esmee. Kalau beliau pergi ke pasar, beliau selalu membawa pulang sekantung besar kue-kue tradisional dari pasar yang nantinya dibagikan ke tetangga.

"Lumayan, lah ya, cukup segitu mah." Bu Merry mengangguk-angguk lega.

"Eh, Bu Merry udah lihat cheesecake-nya Bu Citra? Beneran enggak itu cheesecake-nya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Familie De JongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang