Meninggalkan kantin dengan berlari-lari seperti maraton membuat Oliv, Safira dan Jena merasa kelelahan. Entah ketua geng mereka mau kemana yang jelas, Ziva ingin menjauh dari perkarangan sekolah.
"Huh... Huh... Huh..." Nafas ketiganya tersengal-sengal. Akhirnya mereka berhenti tepat di depan gerbang sekolah.
Kornea mata ketiga gadis itu melebar, melihat Ziva yang berdiri menyenderkan punggungnya di gerbang, mengepalkan kedua tangannya.
"Arrrggghhhhh...." Teriak Ziva dengan air mata yang sudah membasahi pipi. Salah satu tangannya memukul gerbang berbahan besi itu.
Bahkan Pak Satpam yang sedang istirahat jadi menghampiri ke empat gadis itu. "Ada apa ini?"
Oliv, Safira dan Jena dengan sigap menutupi tubuh Ziva. "Gak ada apa-apa kok pak..." Sahut Safira dengan gugup.
"Tadi saya dengar jeritan orang sama suara yang seperti memukul gerbang. Apa itu yang namanya tidak apa-apa?" Tanya Pak Satpam melihat gelagat aneh dari tiga siswi ini.
"Kayaknya bapak salah denger deh," alibi Jena.
"Iya pak!" Sungut Oliv ikut-ikutan.
Pak Satpam tersebut mengangguk. "Yasudah saya pergi dulu. Tapi kalau saya dengar lagi ada keributan. Saya langsung melaporkan kalian. Cepat masuk ke kelas, waktu istirahat hampir habis"
"Iya pak siap...."
Melihat Pak Satpam yang akhirnya menjauh, tiga gadis itu menghembuskan nafas lega. Semua murid memang takut pada mereka, tapi tidak dengan Guru, TU, ataupun petugas lainnya.
"Va! Lo kenapa?" Tanya Oliv.
"Hiks... Kasih..." Lirih Ziva menundukan kepalanya dalam-dalam. Sebagian wajahnya tak terlihat karna rambut panjangnya menutupi.
Ketiga gadis yang sedang menenangkan Ziva membulatkan matanya, terkejut.
"Kenapa lo sebut nama kasih?" Tanya Jena dengan hati yang was-was.
Ziva menyibakkan rambutnya dengan wajah yang sudah merah. "Gue... Ngeliat kasih..."
"Kok bisa? Kasih kan udah-" Safira menghentikan ucapannya. "Maksud gue, mungkin itu hanya halusinasi lo aja Va..."
Ziva menghirup udara dengan rakus. Nafasnya tiba-tiba menjadi sesak. "Gue ngeliat kasih dari wajah gadis itu..."
"Siapa yang lo maksud, Va?" Tanya Safira merasa bingung.
Ziva memejamkan matanya terasa pedih. "Gue gak tahu namanya,"
"Apa dia murid baru di XI-I itu? Yang sempet gue jambak?" Tebak Jena.
Ziva mengangguk pelan.
"Menurut kalian dia mirip sama kasih?" Tanya Jena pada Oliv dan Safira.
Kedua gadis yang di beri pertanyaan itu menggelengkan kepalanya.
"Itu karna kalian tidak memperhatikannya dengan baik. Sempat terjadi kontak mata gue sama dia, wajah kasih tiba-tiba muncul" ucap Ziva dengan dada yang naik turun, dia cukup shock dengan kejadian waktu di kantin.
Ziva melayangkan tatapan tajam pada ketiga itu. "Kenapa kalian membuat gue jadi monster, lagi?"
"Maksud lo apa sih, Va?" Tanya Jena tidak suka melihat tatapan Ziva saat ini.
"Semenjak kenal sama Kasih, gue gak pernah bully orang lagi, gak pernah sarkas sama orang. Tapi, dengan gabung lagi sama kalian kenapa hampir satu pekan ini gue berubah kaya dulu?" Sungut Ziva secara bergantian menatap Oliv, Safira dan Jena.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Ghost
אימהPernahkah kalian merasakan apa yang tidak pernah kalian rasakan? Atau mungkin tidak sama sekali kalian membayangkannya? Atau lebih tepatnya lagi kalian tidak akan mau merasakan hal itu. Aku harap, sesuatu yang tidak kalian inginkan tidak terwujud. C...