|~ n ~| Aan Het Wachten

186 34 5
                                    


| Licht van Liefde |

Di jam istirahat ini Chaeryeong enggan untuk melakukan apa apa, ia hanya diam dan memikirkan beberapa hal yang melintas di pikirannya saat itu. Seperti pelajaran, sekolah, teman, dan seorang murid baru dikelasnya.

Murid baru ya? Ouh, pemuda bernama Seungmin. Dari kemarin ia sangat penasaran akan pemuda itu. Chaeryeong serasa pernah mendengar nama itu, tapi kapan? Dimana? Chaeryeong berusaha mengingat semua hal yang berhubungan dengan nama. Dari mulai nama orang yang baru ia temui sampai nama nama semua orang yang ia kenal.

Hingga—

Kim Seungmin, sebuah nama melintas dalam benaknya. Sekarang Chaeryeong ingat. Itu adalah nama yang sama dengan yang tertera pada note didalam kado waktu itu. Tapi, apakah itu orang sama, bisa saja kan nama yang sama tetapi orang yang berbeda?

Disaat sibuk dengan pikirannya tentang 'Kim Seungmin', tiba tiba ponsel pintarnya bergetar menandakan ada sebuah notifikasi masuk, lantas Chaeryeong mengambil ponselnya yang berada dikolong meja, ternyata ada sebuah pesan. Pesan dari ibunya.


|Mamah

Ingat, jangan pulang terlambat ,

Mamah tunggu di kantor, ada yang harus dibicarakan.

Chaeryeong tersenyum tipis saat membaca pesan singkat yang dikirimkan ibunya. Hatinya menghangat saat bayangan saat sang ibu memperlakukannya dengan manis tadi pagi. Sungguh Chaeryeong sangat senang.

Ia sangat tidak sabar menunggu waktu pulang sekolah tiba, ia sangat sangat ingin segera menemui Sanaya. Entah kenapa, tapi setelah apa yang Sanaya perbuat tadi pagi, Chaeryeong menjadi ingin terus berada didekat ibunya.

Terimakasih Tuhan, kau telah mengabulkan permintaan Chaeryeong.

Chaeryeong tersenyum lembut sambil merapatkan ribuan kata syukur dalam hati kepada tuhan karena telah mengabulkan doa nya. Chaeryeong senang, amat sangat senang.

"

Chaer?!" Seseorang memanggil namanya. Chaeryeong tersadar dari lamunannya dan mendapati Seungmin yang sedang melambai lambaikan tangan didepan wajah gadis itu. "Jangan ngelamun, nanti kesambet." Ucap Seungmin, mengambil tempat di kursi kosong samping Chaeryeong, –kursi Chaeyeon.

"Ada apa?" Tanya gadis itu, tidak melirik sedikitpun pada orang yang ditanya oleh nya.

"Tidak ada," Seungmin tersenyum menjawab pertanyaan dari gadis disebelahnya, Chaeryeong ini tidak bisa diajak basa basi.

Chaeryeong menyandarkan punggungnya disandarkan kursi, "lalu?" Ia melirik sekilas pada pemuda hang sekarang tengah menatap kearahnya.

"Hanya ingin, eumm... mengobrol dengan kamu?" Seungmin sedikit menjeda ucapannya, "bagaimana?"

"Bagaimana apanya?"

"Kamu, mau mengobrol?"

"Entahlah."

"Entahlah itu, iya atau tidak?"

"Terserah kamu ingin mengartikannya seperti apa."

"Ya sudah, ayo!"

Chaeryeong menengok dan menunjukan ekspresi tanda tanya di wajahnya. Sungguh ia tidak mengerti sedari tadi ia dan Seungmin membicarakan apa?! Ini antara otak Chaeryeong yang tidak konek, atau author yang bingung ingin menulis apa!

Licht van Liefde | Lee Chaeryeong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang