|~ Licht van Liefde ~|
"Mah, kok baru pulang?" Chaeryeong dengan senyuman manisnya menyambutku yang baru saja pulang dari kantor, aku terpaksa lembur karena ada beberapa berkas penting yang harus aku urus, dan berakhir pulang larut seperti ini.
Chaeryeong beranjak dari tempatnya, mengambilkan air hangat untuk ku minum, senyuman manis itu masih saja menghiasi wajah cantiknya, bodohnya aku yang menolak air pemberian gadis kecil ku, bahkan marah padanya dengan alasan yang tidak masuk akal, membuat senyum itu luntur seketika.
Ku lihat pundaknya bergetar menahan tangis, bergumam maaf, gadis kecilku lari menuju kamarnya. Menghela nafas, satu lagi catatan buruk ku di ingatan Chaeryeong. Maaf, walaupun aku tidak bisa mengucapkan kata itu secara langsung, tapi aku ingin mengucapkan kata itu kepadamu.
Tidak terasa pipinya sudah basah oleh air yang menerobos begitu saja dari matanya, Sanaya kembali mengenang hal yang ia lewati bersama gadis kecilnya, itu bukan hal yang baik, ia sangat mengetahuinya, ia sangat bersalah dan sekarang ia sangat menyesal.
Sudah lima tahun berlalu sejak Chaeryeong pergi, Sanaya sangat merindukan putri kecilnya, amat sangat merindukan Zharaina-nya. Bisakah Chaeryeong kembali lagi kepada dirinya? Ia tahu ini sudah sangatlah terlambat, tapi apa salahnya jika ia berharap?Sanaya menghapus jejak air mata di pipinya, ia harus bekerja.
Ya, hari ini tepat lima tahun Zharaina Rheysastra putrinya pergi, dan juga hari ini tepat ulang tahun putrinya yang kedua puluh dua tahun. Ah, Zharaina-nya sudah dewasa, tapi Dimata Sanya gadis itu tetaplah Puri kecilnya.
Ingatkan Sanaya agar pulang nanti ia membeli hadiah untuk putrinya. Yup, hadiah, setiap tahun ia akan memberikan hadiah ulang tahun pada putrinya. Pandu dan Dewi sangat baik, mereka membebaskan Chaeryeong untuk bertemu Sanaya kapan saja, namun tentu saja Sanaya tidak bisa membawa pulang Chaeryeong. Entahlah, sebenarnya orang tua Chaeryeong sekarang memperbolehkan Chaeryeong menginap di rumah Sanaya, namun wanita itu tidak berani membawa pulang Chaeryeong kembali ke rumahnya.
Sudahlah Sanaya mari fokus bekerja agar nanti sore kau bisa pulang cepat, merayakan ulang tahun Chaeryeong dengan makan bersama diluar berdua bersama gadis itu.
🌙
~° 🥀 °~
🌙
Menunggu lampu merah itu menurut Chaeryeong sangat menyebalkan, ia harus berdiri sambil melihat mobil berlalu lalang, tidak ada kegunaannya, tapi ya mau bagaimana lagi.
Beberapa menit berlalu, gadis itu bernafas lega saat lampu lalu lintas itu berubah warna, baru saja ia selesai menggerutu, eh si lampu sudah berganti warna saja, seakan tidak ingin lama lama membiarkan Chaeryeong menggerutu padanya. Dengan perlahan tapi pasti, tungkai beralaskan sepatu cantik itu melangkah.
Berada di ujung jalan pandangan gadis itu mengedar, entahlah, tetapi seperti ada suatu yang ingin menarik perhatiannya.
Manik cokelat kelam itu bertemu dengan manik lain yang tengah menatapnya juga, Chaeryeong tidak berkata kata saat menemukan sesosok manusia yang berada tidak terlalu jauh dari tempatnya sekarang berdiri. Seseorang di seberang sana tersenyum padanya, mulai berjalan untuk menghampirinya, dan tentu saja Chaeryeong membalas senyuman itu, tetap berdiri ditempatnya, menunggu wanita cantik itu menghampirinya.
Namun, senyuman manis itu lenyap seketika. Ujung mata gadis cantik itu menangkap sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi menuju tepat ke arah mamanya, -Sanaya. Dengan perasaan panik, gadis itu berusaha lari secepat mungkin menuju wanita cantik di ujung sana, dalam pikirannya tidak ada hal lain selain mencoba untuk mendorong ibunya agar tidak tertabrak oleh benda melaju dari arah samping itu.
Dug.
Berhasil.
Chaeryeong berhasil mendorong Sanaya, hingga sekarang wanita cantik itu sudah terjatuh di trotoar dan di tolong oleh beberapa pejalan kaki yang lewat. Namun, -
"CHAERYEONG!!!!" Wanita itu berteriak, kemudian menangis histeris saat netra nya mendapati tubuh putrinya yang tergeletak cukup jauh darinya. Ia berlari menghampiri Chaeryeong yang kini sudah bersimbah darah di sekitar tubuhnya.
Chaeryeong tersenyum kecil saat merasakan usapan lembut tangan sang mama pada pipi, mengangkat tangannya untuk menghapus butiran kristal yang turun di pipi sang mama, gadis itu berkata, "Chaeryeong sayang mama."
Kalimat indah yang terdengar menyakitkan disaat bersaman, membuat Sanaya kembali menangis, apalagi saat melihat kelopak manik indah sang putri perlahan lahan menutup, wanita itu langsung berteriak histeris sambil terus memanggil nama Putrinya.
Semuanya sudah berakhir. Sanaya kehilangan putrinya untuk kali kedua, namun bedanya saat ini untuk selamanya. Sanaya hancur. Sangat sangat hancur. Zharaina Rheysastra Adyathama, putri kecilnya sudah pergi.
|~ Dit is Het Einde ~|
KAMU SEDANG MEMBACA
Licht van Liefde | Lee Chaeryeong
Teen Fiction[COMPLETE] [HET VERHAAL IS VOORRBIJ] 🎼 "Misschien gewoon een gewoon verhaal, vertelt alleen het leven van een meisje genaamd Zharaina die als absurd en saai kan worden beschouwd." "Soms is het leven triest, maar...