|~ I ~| Veranderd

129 32 3
                                    

"Semoga ini bukan hal yang sementara."






|~ Licht van Liefde ~|

Suara alarm yang berasal dari jam di atas nakas sebelah tempat tidur berbunyi, namun tidak lama, seseorang mematikan benda itu. Gadis yang sebelumnya akan tidur kembali itu terbangun, merasakan usapan lembut di pipinya, diikuti suara lembut memanggil namanya untuk bangun.

Dengan terpaksa gadis itu keluar dari alam mimpinya yang indah, namun sebuah senyuman terbit saat netra cokelat tua itu bertemu dengan netra lainnya. Ibu baru saja membangunkannya.

Ini adalah pagi pertama Chaeryeong dirumah orang tua barunya, ayah Pandu dan ibu Dewi. Dari mulai bangun Sampai sekarang Chaeryeong sedang bersiap siap pergi ke sekolah, senyum selalu terpatri di wajah cantiknya. Sungguh ia sangat senang, inilah keluarga yang selama ini ia inginkan!

Dia benar benar beruntung bisa bersama keluarga ini, ayah dan ibunya sangat perhatian dan sangat sayang pada Chaeryeong. Tadi malam saja ayah dan ibunya itu menemani Chaeryeong dikamar barunya, menunggu Chaeryeong tidur sambil membacakan dongeng, seperti anak kecil, tapi Chaeryeong suka itu. Dan di pagi ini, ibu sudah membangunkannya dan menyiapkan air hangat untuk Chaeryeong mandi, ahhhhh Chaeryeong senang sekaliii!!!!

Selesai mandi, gadis bersurai panjang itu segera bersiap siap untuk pergi ke sekolah. Semuanya sudah siap, seragam? Rapi, rambut? Rapi, buku pelajaran? Sudah siap, pr? Tentu saja sudah, apalagi yang belum?! Ah, sepatu! Chaeryeong belum memakai sepatu. Diambilnya kotak kado pemberian ayah dan ibunya, yup, Chaeryeong akan memakai sepatu baru pemberian orang tuanya.

Setelah selesai, Chaeryeong menyampaikan tas sekolah di bahunya, dan ia akan segera turun ke lantai bawah, untuk—

"Chaer? Ayo turun, ibumu sudah selesai menyiapkan sarapan!" Baru saja akan beranjak, ayah sudah menyembulkan kepalanya di pintu kamar. Chaeryeong tersenyum dan segera menghampiri ayahnya, "ayo!" Mereka pergi bersama menemui Dewi untuk sarapan.

"Pagi ibuuu!" Sapa Chaeryeong saat sampai diruang makan, memeluk ibunya dari belakang saat Dewi sedang menata makanan untuk sarapan suami dan putrinya di meja.

"Pagi juga, tuan putri!" Balas Dewi, tersenyum dan mengelus kepala putrinya sayang, "sekarang ayo duduk yang benar dan sarapan!" Lanjutnya.

Chaeryeong melepas pelukannya dan duduk dikursinya, "iya bunda ratuuu." Chaeryeong sedikit menyelipkan nada jahil pada kalimatnya. Dewi menyubit gemas hidung mancung sang putri, membuat gadis itu merengut, sedangkan sang ayah hanya tersenyum melihat interaksi anak angkatnya dan istrinya.

Suara tawa bahagia terdengar dimeja makan itu selama sarapan berlangsung, tanda bahwa keluarga kecil itu bahagia. Semoga akan selalu seperti itu.




🌙





Mendengar bunyi bell tanda pelajaran berakhir, Chaeryeong segera membereskan alat tulis yang berantakan diatas meja. Namun, sebuah notifikasi yang berasal dari ponselnya menghentikan kegiatan membereskan alat tulisnya.

Ia mengeluarkan benda pipih tersebut dari dalam saku kardigannya, membacanya sebentar, kemudian melanjutkan kembali kegiatannya yang tertunda.

"dari siapa, Chaer??" tanya Chaeyeon saat melihat adiknya memasukan kembali ponselnya kedalam saku kardigannya.

Chaeryeong menatap kakaknya itu, "ibu."

"Ibu? Kenapa?" Chaeyeon sedikit mengernyit mendengar kata ibu, mungkin yang dimaksud adiknya itu mamah.

Chaeryeong menggeleng, "gak apa apa, cuman ngasih kabar kalo ibu pergi kekantor." jelasnya.

Licht van Liefde | Lee Chaeryeong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang