Ketemu Ponsel

16 3 0
                                    

Di lain waktu, seorang gadis baru pulang dari sebuah toko kecil yang biasa disebut warung. "Terigu seperempat, minyak goreng seperempat, telur seperempat, sama apalagi ya?" mengecek benda-benda dibalik kantong plastik hitam khas itu. "Ding dong!" suara pesan masuk dari sebuah jalan buntu dekat tong sampah permukiman. "Suara apaan, tuh? Kaya handphone?" menghentikan langkah, sembari bertanya pada diri sendiri. "Ah! Gak mungkin banget, mana ada?" bergumam dengan bibir terangkat sebagian, menertawakan isi pikiran. 'Ding dong!' nada itu terdengar lagi dan semakin jelas. "Ah! Jadi penasaran," mengikuti insting pendengaran lalu, mengintip untuk memastikan tidak ada orang jahat atau hal buruk sedang mengintai. 'Derai berderai.... Angin ombak di pantai.... Bergema badai selatan....' sebuah cahaya memancar dari gawai seseorang. "Handphone siapa ini? Apa aku harus mengangkatnya? Sepertinya ini penting," pergulatan batin terjadi saat memungut benda tersebut. Ketika hendak diangkat, 'Nit...nit...' layar ponsel seketika mati. Pandangan remaja putri itu tetap terhanyut oleh hasil temuannya.

Beberapa saat kemudian, "Nov! Novia! Novia! Kamu dimana?" seseorang memanggil namanya. "Hey! Sebentar, bukankah itu Novia?" pemuda itu mengerutkan kening, sembari bertanya-tanya ketika pupil mata tertuju pada sosok yang dikenalnya. "Hey! Rupanya kamu di sini, cepat pulang! Ibuku mengkhawatirkan dirimu?" ia menepuk pundak Novia. "Siapa? Siapa yang disana?" mengeluarkan jurus-jurus andalannya sambil melompat, seakan mau menerkam pria yang berada di hadapannya. "Ini Usman, saudaramu. Kumohon jangan dibabat!" dia menggunakan kedua tangannya untuk berjaga-jaga. "Oh, kamu? Ngapain ke sini? gadis itupun mulai bertanya. "Menjemput kamulah, emang mau ngapain lagi? Ini juga karena, disuruh ibu," ketus Usman meski tidak bisa menyembunyikan tubuh yang gemetaran. "Ayo!" menarik lengan sang wanita tersebut.

Sesampainya di tengah jalan,"Bentar-bentar, kok ada Anton?". "Ia sedang menginap di rumah karena, ada masalah keluarga katanya," Usman menjelaskan. "Tapi, mengapa dia duduk di motor kamu?" menunjuk orang yang menunggang kendaraan saudaranya. "Udah, bro?" sorot mata Anton tajam mengarah ke Novia. "What? Naik motor bertiga? Yang bener aja?" perempuan itu menyimpulkan lengan sambil membuang muka. "Ya, bertigalah. Yang benar aja, orang bekas celaka harus pegang kemudi? Kan, gak mungkin," dengan ekspresi datar. "Padahal, mending jangan dijemput aja daripada begini," berbisik kepada lelaki di sebelah. "Ini lebih baik daripada, saya biarin kamu berdua bareng dia," intonasinya tegas. "Bisik-bisik apaan, sih? Malam-malam begini enaknya makan, nonton televisi, tidur, bukan rumpi!" sembari menghisap asap rokok di tangannya. "Berisik! Matiin rokoknya cepat! Bisa-bisa kena penyakit paru-paru barengan sama kamu!" Anton mendadak galak. "Ya, bawel!" mencela keras temannya sambil, membuang sepertiga rokok yang sudah ia matikan. "Buang sampah kok, dimana aja!" gadis tersebut kesal lalu, mengambil benda yang dibuang ke tempat sampah terdekat.

Setelah sampai di rumah, "Assalamualaikum! Bu, kami sudah sampai!" Anton mengetuk pintunya. "Iya, sebentar!" terdengar dari kejauhan suara wanita sedang mendekat. "Kenapa baru sampai?" sambil menatap satu persatu dari atas sampai bawah ke arah muda-mudi di depannya. "Yuk, masuk!" mempersilakan, sebelum mendengar jawaban dari keponakannya. "Saya menemukan ada ponsel tergeletak dan terus berdering di sudut jalan, dekat tong sampah permukiman," Novia meletakkan belanjaan di atas meja. "Oh iya, kapan Ramadan akan pulang dari Jambi? Biar Embok siapkan kamar buat kamu," memindahkan berbagai masakan sederhana dari arah dapur. "Ayah belum menghubungi lagi, Mbok," ucapnya lirih. "Tenang, kamu kan masih punya Embok dan Anton. Gak usah sedih dan ngerasa sepi begitu," mengusap-usap punggung anak semata wayang Pak Ramadan. "Anggap aja rumah sendiri meskipun, rumah kami kecil," terus wanita paruh baya itu sembari membagikan nasi beserta lauk pauknya. Spontan, gadis tersebut menggoreskan senyum simpul sebagai bentuk jawaban.

Mesin WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang