Kepingan 01 - Misi

38 11 21
                                    

Padahal kebahagiaan bisa berawal dari diri sendiri setelah itu dari orang lain.

Padahal kebahagiaan bisa berawal dari diri sendiri setelah itu dari orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruang Pemotretan.
SUARA hiruk pikuk manusia berbaur menjadi satu, orang yang sibuk hilir mudik dari satu tempat ketempat lainnya. Penata busana juga penata rias sudah diam ditempatnya masing-masing sambil terus memperhatikan penampilan orang-orang yang akan melakukan pemotretan. Di pojok sana,  seorang pria memegang ponselnya dengan diam, tangannya sibuk memainkan permainan. Tidak peduli pada keadaan sekitarnya yang bising, Jihoon seolah menikmati waktunya sendiri. Toh, jadwal pemotretannya ditunda akibat pasangannya terlambat.

Minhyun yang melihat kelakuan Jihoon hanya menghela napas tidak heran. Memutuskan menghampiri Jihoon sebelum suara Yena menyapa pendengarannya. Wanita itu menepuk bahu Minhyun dengan kuat sampai si empunya meringis pelan.

“Oy! Ini untukmu," ujar Yena seraya menyerahkan minuman isotonik pada Jihoon yang malah mengabaikan Yena. Gadis itu merebut ponsel Jihoon, mematikan layarnya seraya menatap sengit Jihoon yang malah terbengong. Dengan paksa menyerahkan minuman pada tangan Jihoon yang sudah terbebas dari barang apapun.

“Yak! Kau menganggu rekor yang aku buat," pekik Jihoon sembari menatap Yena dengan jengkel. Minhyun yang dari tadi mengawasi mereka segera menghampiri keduanya sebelum umpatan akan keluar dari mulut Yena. Buru-buru menjitak kepala keduanya dengan botol minuman.

“Sudah, sudah,” lerai Minhyun dengan tenang. “Harusnya kau membiarkan Jihoon bermain lebih lama, lagipula jadwal pemotretannya di mundurkan dan waktu luang itu ia pakai dengan kesenangan,” cerewet Minhyun pada Yena. Tangannya sudah berkacak pinggang seraya menatap Yena. Mereka bersitatap dengan sengit.

“Jika kau bukan temanku sudah aku buang kau!” kesal Jihoon pada Yena.

“Jika kau tidak menghasilkan uang akan kubuang juga kau!” pekik Yena yang membuat Jihoon memelototkan matanya tidak percaya. Memilih mengabaikan ucapan wanita itu yang menohok hatinya.

“Suruh siapa menjadi penanggungjawabku!” tukas Jihoon dan berdiri dari kursinya.

Suara langkah kaki menghampiri mereka bertiga, di sana sudah berdiri Miyawaki Sakura sebagai pasangannya hari ini. Wanita itu tersenyum ramah pada Jihoon yang dibalasnya dengan delikan. Sakura menepuk bahu Jihoon pelan.

“Kau harus lebih ramah padaku, sunbae,” kekeh Sakura.

“Bisa-bisanya kau terlambat, dasar orang sibuk!” sahut Yena menghampiri Sakura. Menatap nyalang pada wanita yang satu tahun lebih muda darinya itu. Yena dengan berbaik hati menyerahkan sebotol minuman pada Sakura yang langsung ditolak oleh wanita itu.

“Maafkan aku… aku hanya meminum minuman herbal yang dibawa Eunbi eonni,” ucap Sakura yang mengambil alih botol minumnya yang berada dalam genggaman Eunbi.

“Oh seperti itu, syukurlah… eh, kuingatkan kau, jangan pernah terlambat lagi. Kau membuatku harus memundurkan jadwal Jihoon berikutnya dan itu membuat orang kesusahan tau,” sinis Yena sembari menyunggingkan senyuman. “Waw, kau selalu terlihat cantik~” goda Yena. Minhyun yang mendengar pujian Yena menggidik geli, sungguh perubahan mood seorang Choi Yena menyeramkan.

Beautiful Day [Pending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang