Kepingan 07 - Gila

24 7 12
                                    

Semua yang kalian lakukan adalah kegilaan yang memuakkan.

Semua yang kalian lakukan adalah kegilaan yang memuakkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2017.
BULAN sudah bersinar terang, cahayanya menyelusup ke sela tirai. Kelopak mata Jihoon terbuka pelan, ia masih menyesuaikan penerangan lampu kamar yang terlalu terang. Kepalanya berdenyut nyeri, tangannya dengan refleks memegang rambutnya dan ia terkejut menyadari perban yang melilit di sekitar pelipisnya dan sebagian menutupi rambut. Netra itu mengedar ke sekeliling ruangan dan mengernyitkan dahi bingung.

Jihoon menyibak selimutnya dan melangkah ke arah pintu, tangannya sudah sigap akan membukanya tapi pintu itu tidak kunjung terbuka. Perasaannya panik, ia tidak tau apa yang terjadi dan Jihoon sadar bahwa ini bukan apartemen miliknya ataupun dorm Wanna Zone.

Pikirannya melayang pada peristiwa dimana ia duduk tenang di mobil dan setelahnya mobil itu menabrak pohon dengan ketukan kaca mobil yang diketuk sedikit kasar dari luar, yah Jihoon mulai menginggat semuanya dan ia merasa tidak aman. Pikirannya berkecamuk, beberapa persepsi buruk terus berdatangan. Apa ia tengah diculik?

Suara kunci yang diputar terdengar, Jihoon dengan tanggap membaringkan tubuhnya kembali pada ranjang dan menarik selimut dengan terburu. Ia harus pura-pura terpejam dan melakukan sandiwara untuk mengetahui tujuan apa yang membuat pelaku melakukan perbuatan ini.

“Apa kita harus selalu mengecek keadaannya? Lagi pula ia pasti masih tertidur damai,” ujar Zhenni sembari menahan lengan Junyi yang hendak membuka pintu.

“Aku takut dia kabur atau semacamnya dan aneh saja masa dia belum terbangun juga,” heran Junyi. Ia menatap Zhenni sekilas lalu tanpa ragu membuka pintu. Pemandangan yang pertama ia lihat adalah Jihoon yang masih terpejam.

“Sudah aku bilangkan dia belum sadar, mungkin kepalanya sangat sakit jadi dia belum bisa membuka mata. Ayolah, aku mengantuk,” sahut Zhenni. Ia menggoyangkan lengan Junyi dan menuntunnya untuk keluar kembali tapi Junyi malah menghampiri ranjang dan menyentuh tangan Jihoon.

“Apa dia baik-baik saja? Tangannya terasa dingin,” tukas Junyi.

“Sudah, sudah, aku yakin dia baik. Kita harus bersabar dan menunggu matanya terbuka,” jawab Zhenni, masih dengan menggoyangkan lengan Junyi dan mendorong tubuhnya untuk keluar dari kamar. “Kau duluan saja, aku ingin mengecek perbannya sebentar.”

“Ok baiklah… tapi jangan macam-macam kau!” peringat Junyi, Zhenni hanya menanggapinya dengan kekehan. Setelah Junyi benar-benar keluar, Zhenni perlahan menghampiri Jihoon dan terduduk di sisi ranjang.

🌻🌻🌻

“Aku tau kau sudah bangun, jadi berhenti berpura-pura,” ucap Zhenni tapi Jihoon masih enggan membuka mata. Ia berusaha menahan tubuhnya agar terdiam dan mengatur bola matanya supaya tidak bergulir ke kanan dan ke kiri.

“Park Jihoon, aku Sun Zhenni. Aku sudah berpikir matang tentang hal ini dan aku memutuskan untuk membantumu kabur. Mereka bertiga temanku tapi aku merasa perbuatan mereka sudah di luar batas dan keterlaluan. Aku berjanji akan membantumu,” tutur Zhenni dengan nada yang terdengar tulus. Perlahan Jihoon membuka kelopak matanya dan menengokkan kepalanya hingga pandangan mereka bertemu.

Beautiful Day [Pending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang