Pemuda itu diam ditempatnya, duduk diam dan tenang didalam kamarnya. Tampak sedang berpikir macam-macam tanpa ingin diganggu oleh siapapun. Kacamata jingga kebanggannya ia taruh begitu saja diatas meja tanpa ada niat untuk memakainya kembali. Jendela pun tidak dia buka sama sekali, sehingga tidak ada satu pun cahaya yang masuk menerangi kamar tersebut.
Tiba-tiba pintu dibelakang terbuka dan menampilkan sosok pemuda lain tengah menatapnya dengan mata hijaunya. Ia tengah ragu-ragu untuk berucap. "Solar, ayo pergi, sudah waktunya sekolah." Hanya kata-kata itu saja yang meluncur dimulutnya.
Pemuda beriris kelabu tadi terdiam sejenak. "Iya kak." Lalu memakai kacamatanya dan lantas pergi keluar menyusul kakak-kakaknya yang lain.
Seorang pemuda beriris biru tampak menyapanya dengan senyum lebar. "Pagi Solar!" Solar tak membalas, ia hanya tersenyum kecut.
Mereka pun berangkat didahului oleh si sulung yang sudah beranjak duluan mendahului mereka dengan langkah cepat. Adik-adiknya mengikutinya dibelakang dengan santai. Sesekali Gempa melirik kearah adik bungsunya itu, "tenanglah Solar, cerialah."
Bahkan ketika sampai disekolah pun, ia sama sekali tidak mengatakan apa-apa dan langsung memisahkan diri dari kakak-kakaknya. Duri selaku kembar yang paling dekat dengan Solar pun hanya bisa terus menemaninya dan berharap dia baik-baik saja. Sampai pelajaran berlangsung dan bunyi bel istirahat, Solar tetap saja muram dengan wajah takut-takut. Tetapi tetap saja Duri mengajak adiknya itu untuk menemui yang lain dan makan siang. Tapi Solar menolak, ia mengaku ingin sendirian saja.
Solar meninggalkan Duri begitu saja. Tapi kali ini Duri tidak mengikuti, Duri hanya diam ditempat sembari melihat punggung Solar yang hilang setelah keluar dari pintu kelas. Tidak apa, sebagai seorang kakak, Duri harusnya mengerti bahwa Solar ingin menyendiri.
Baru saja keluar beberapa langkah. Solar dihentikan oleh pemuda semirip dirinya dengan iris merahnya menatap Solar sambil tersenyum. "Yo, Solar! Duri mana?" Tanyanya. Pemuda serupa dengan iris aqua hanya diam melihat percakapan kakak-adik ini, tanpa berniat menganggu.
"Aku mau pergi sendiri, kalian makan saja tanpa aku." Selepas mengatakan itu, ia hendak pergi namun dihadang oleh Blaze dengan mata berkilat. "Kau sangat sedih, mana bisa begitu," ujarnya. "Ya kan Ais?" Ia menoleh ke adiknya yang dari tadi hanya diam disampingnya.
"Aku mana bisa ceria sepertimu atau kak Taufan. Sudahlah, aku ada urusan." Saat ia hendak lewat, lagi-lagi Blaze tetap menghadangnya. Ais kali ini buka suara, "Kalau kau sebegitu khawatirnya, kenapa tidak bantu kakak supaya sembuh?" Ujarnya yang membuat kedua tatapan beralih padanya.
Orang-orang disekeliling hanya berlalu melewati mereka tanpa peduli topik yang dibahas. Mereka juga tampak tidak peduli dengan kerumunan. Toh, kau tidak perlu takut jika pembicaraanmu kau batasi dengan kata-kata yang sulit dimengerti.
Sontak dahi Solar berkerut mendengar penuturan kakaknya yang hobi tidur ini. "Gimana cara--kau.. kau menyuruhku membuat ramuan penawar?" Solar langsung paham tanpa perlu Ais jelaskan lebih lanjut. Blaze mengangguk setuju dengan rencana adiknya namun tampaknya tidak begitu bagi Solar.
Pemuda itu memalingkan wajahnya, menghadap keramik petak berwarna putih yang tampak retak. "Aku... mana bisa membuat ramuan lagi. Ji-jika gagal gimana--"
"Tidak Solar! Kau pasti berhasil." Suara lain terdengar dibelakang Solar. Ternyata Duri yang baru mau menyusul mendadak terhenti saat kakak-kakak dan adiknya tengah membincangkan sesuatu. Membincangkan sesuatu didepan pintu kelas Blaze dan Ais. Tentu saja Duri ingin ikut, ia juga mau menyemangati adik satu-satunya itu.
"Kalau gagal bagaimana?" Tanya Solar dengan raut wajah sedih. "Yang membuat dia sekarat itu, ramuanku loh."
Duri menggeleng, "Tidak, itu semua bukan salahmu. Jika kakak bangun, mungkin dia akan mencubit pipimu karena mengatakan hal itu." Ia mengucapkannya dengan tegas. "Kakak itu kuat Solar, ia pasti menunggumu untuk membuatnya bangun. Seperti sebuah dongeng yang kubaca dibuku dongeng."
KAMU SEDANG MEMBACA
『 Save Them 』 BoBoiBoy ✔
Fiksi Penggemar【 Completed 】 『 BoBoiBoy x Reader as Cousin 』 ⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰ ➢ Kabar pahit datang, orang tua sepupumu menghilang dalam sebuah kecelakaan. Sebuah surat yang berupa wasiat terakhir dari sang paman itu pun meminta dirimu untuk mengurus ketu...