Prolog

634 40 0
                                    

"Ca, kita ambil rumah aja ya"

"Loh? Kenapa gak ngekos aja bun?"

"Ya biar kalo bunda main kesana, bunda tau bakal tidur dimana"

"Oh gitu, ok"

"Yaudah bunda keluar dulu, kamu jangan tiduran mulu cari tau tuh tentang kehidupan anak yang tinggal sendiri di rantau"

"Mmh.. iya buuund"

Seketika saat bunda sudah berlalu dan menutup pintu kamar Qaysha. Ia pun melepaskan handphone yang sedari tadi berada di tangannya. Menatap langit-langit kamar dan menarik napas sedalam-dalamnya. Tak menyangka seminggu lagi ia akan sudah harus pindah ke rumah yang ada di Jakarta untuk melanjutkan study nya.

Dan tak menyangka lagi ia sudah semakin jauh dengan orang yang sudah menemaninya untuk semangat menjalani kelas 12 nya yang ditimpa berbagai macam kegalauan dari mana-mana. Terakhir kali mereka berkomunikasi itu pada hari pertama Ramadhan kemarin, dan itu hanya sekedar menanya keberadaan nya.

"Dia benar-benar gak punya perasaan yang sama kek gue ya?"

•~•

"CAA, BARANG-BARANG KAMU DICEK LAGI JANGAN SAMPAI ADA YANG KETINGGALAN"

"Iya bund"

Sudah 360x sedari kemarin bunda nya mengulang perkataan yang sama.

"Ca, kamu yakin bunda gak usah ikut aja nganterin kamu?"

"Iya bundaa, lagian sejak kapan bunda diri disana? Tadi kan masih teriak-teriak"

"Ya baru ini. Tapi kamu serius gakpapa?"

"Gakpapa apanya?"

"Gakpapa kalo sendirian kesana nya, nanti mesti bersih-bersih rumah dulu apa gimana gitu atau nanti pas perjalanan mau kesananya kamu nyasar lagi. Kan gak lucu, Ca"

"Ya kan ada taksi online"

"Tapi kan bahaya juga, Ca"

"Ya nanti kan bisa nelfon abang juga nyuruh dia jemput"

"Ih kamu mah"

"Iya ih aku mah"

"Cepetan ah kamu, ayah udah nunggu di luar. Angkat barang-barang kamu sendiri, bunda gakmau bantu. Bunda ngambek!"

"Lah?"

Qaysha hanya tertawa melihat tingkah bunda nya dan mulai mendorong koper-kopernya keluar dari kamar.

Hari ini adalah jadwal keberangkatan Qaysha menuju dunia barunya, dunia yang akan ia tata sendiri dan semoga mandiri. Dan kini ia sudah di mobil beserta Ayah dan Bunda nya menuju Bandar Udara.

"Barang kamu gak ada ketinggalan kan, Sha?"

"InshaAllah sih enggak, yah"

"Ok deh gakpapa, nanti kalau ada ketinggalan dikirim aja lewat ekspedisi"

"Ok yah"

Setelah semua barang nya keluar semua dari mobil. Tepat sekali nomor keberangkatan Qaysha sudah terdengar diimbau dari speaker.

"Itu nomor keberangkatan kamu kan, Sha"

"Iya yah, aku pamit dulu ya" Qaysha menyiumi punggung tangan si Ayah

"Bund—"

"Lah? Bunda ngapain nangis?"

"Ih kamu mah gak supportif suasana"

"Ya abis gimana, bunda gak usah nangis ini nomor pesawat aku udah kepanggil gak lucu kalo ketinggalan. Sekarang aku pamit dan aku mau ke dalam abis ini ya"

Qaysha mengambil tangan bunda nya dan menyalimi nya pula. Setelah itu ada pelukan kecil dari Ayah, sambil menangkup Qaysha dan Bunda secara bersamaan.

"Hati-hati ya nak"

"Iya yah, dah ayah dah bunda"

Qaysha meninggalkan kedua orangtua yang sangat ia sayangi itu dan ia akan balik dan membuat mereka bangga nantinya.

•~•

Hai guys, ini cerita baru ku yang latar nya itu muncul dari bayanganku jika aku memilih jalan hidup yang lain. Haha serius amat

Dan cerita ini juga untuk pelancar halu ku wkwk

Hope u like it🖤

#IndonesiaMembaca

Coba Cintaku | UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang