Special 2wish 2nd Anniversary💙💚🌃
.
.
.
.
.
Tujuh belas. Mean bertemu dengan seseorang yang ternyata adalah cinta pertama-nya pada usia tujuh belas tahun. Mean tengah berada di akhir tahun kedua SMA, bersiap menghadapi beberapa ujian tengah semester ketika ia bertemu dengan seorang pria yang tak terlalu tinggi itu. Seorang mahasiswa yang sedang melakukan praktek kerja lapangan di sekolah-nya. Mean pernah sekali mengejek pria tersebut karna tak terlihat seperti seorang mahasiswa, memiliki tubuh yang kecil mungil, juga wajah awet muda itu membuat pria yang Mean ketahui bernama Plan menjadi seseorang yang lumayan populer. Apalagi di kalangan siswa laki-laki.
Plan. Nama itu sudah terpatri dengan jelas di dalam kepala Mean di hari pertama pria manis tersebut memperkenalkan diri sebagai salah satu guru praktek di kelas-nya untuk setiap hari Rabu dan Jum'at sampai tiga bulan kedepan. Menurut kabar burung, Plan adalah salah satu siswa akselerasi sejak menengah pertama, itulah mengapa Plan merupakan satu-satunya mahasiswa paling muda yang tergabung dalam praktek lapangan di sekolah Mean. Plan laki-laki yang cerdas rupanya. Berbeda dengan Mean yang termasuk bandel di sekolah, sesekali akan menjadi sangat usil
layaknya siswa laki-laki pada umumnya.Cerita berawal dari Mean yang mendapat bagian satu kelompok dengan kawan-kawan satu geng-nya. Kumpulan siswa bandel, usil, dan sering membolos juga tak pernah mengerjakan tugas. Mean berpikir bahwa Plan benar-benar sial karna harus menjadi guru pembimbing kelompok yang hanya berisikan bocah-bocah tak berotak itu untuk membantu salah satu dari beragam tugas praktek-nya. Mulai dari berkumpul setiap akhir pekan di café milik paman Zanook depan sekolah, yang sempat membuat Plan ingin menangis dan memohon untuk bertukar tempat dengan Kak Tonnam karna tak ada satupun yang serius dalam bekerja. Lalu berpindah di rumah mewah milik Mean yang memiliki empat lantai itu, yang juga kembali membuat Plan harus naik pitan dan berakhir menangis di beranda belakang. Kalau tak salah ingat, sejak kejadian itu, Mean berubah menjadi lebih rajin. Minggu-minggu berikutnya, Mean menunjukkan banyak perubahan, mulai dari ia yang rajin mengerjakan tugas-tugas kelompok bahkan membantu Plan mencari materi di perpustakaan dekat balai kota. Mereka sering menghabiskan waktu istirahat bersama, dan waktu luang mereka di akhir pekan. Sampai pada keduanya yang mulai memenuhi sosial media masing-masing, dan obrolan sederhana setiap malam yang hampir selalu mereka lakukan.
Mereka mulai dekat, dan Mean sudah jatuh cinta.
Plan manis. Plan begitu baik, dan tulus. Plan selalu merawat Mean dengan baik, Plan yang merubah Mean menjadi lebih baik. Plan adalah sebuah hal baru yang Mean gemari kala itu.
Sayangnya, waktu tiga bulan terasa begitu singkat. Mean masih sangat naif dengan perasaan-nya sendiri waktu itu. Hanya bocah tujuh belas tahun. Plan tiba-tiba saja tak terlihat dimanapun lagi di seluruh penjuru sekolah, batas praket kerja mereka sudah berakhir dua hari yang lalu. Plan mengucapkan salam dari sebuah pesan singkat yang dibalas dengan satu kalimat pendek oleh Mean.
Hari berganti minggu, semakin lama, entah karena apa, mereka yang dulu sering bertukar kabar lewat sebuah pesan singkat itu tak lagi mereka lakukan. Mean masih sering melihat Plan di sosial media milik pria itu, tak jarang Plan meninggalkan sebuah komentar. Berganti bulan, mereka seperti seorang yang tak saling mengenal. Mean sibuk dengan ujian kenaikan dan persiapan kelulusan, dan Plan yang semakin tak berkabar.