0.7

394 53 9
                                    

🔛


Setengah jam lalu Siwat masih malas-malasan untuk beranjak dari kasurnya. Tapi sejak mendapatkan sebuah telfon, dia jadi kayak dikejar maling. Berlari menuju kamar mandi, bersiap dan sekarang sudah siap untuk pergi ke kampus.

Penyebab semua itu adalah Perth. Saat Mark masih tenang bersembunyi dalam selimutnya sebuah panggilan masuk mengusiknya. Kalau panggilan itu dari Bang Mix, Pawat, Blue atau temannya yang lain sudah pasti bakal kena bacotan seorang Mark Siwat. Tapi, saat membaca nama sang pemanggil, mata Mark langsung terbuka lebar. Rasa kantuknya sudah menguap entah kemana.

Sekarang dia sudah di lobby, saat netranya melihat mobil yang sangat dikenalnya memasuki area apartemennya. Dia pun berjalan menghampiri mobil itu. Mark mengetuk kaca mobil dan melihat Perth memberinya isyarat untuk masuk.

Bilang aja Mark lagi beruntung karena pagi ini Perth sangat tampan. Tapi kapan sih Perth Tanapon keliatan jelek di mata Mark Siwat? Jawabannya pasti tidak pernah.

Saat Mark udah masuk, Perth megulurkan dompet Mark.

Mark awalnya bingung, tapi kemudian sadar kalau itu memang dompetnya, "Kok bisa sama lo, Perth?"

"Ketinggalan di kamar" jawab Perth. "Jangan bilang lo nggak sadar kalau dompet lo ketinggalan, Kak?"

Mark menggeleng. Dia emang nggak ingat. Setelah pulang dari tempat Perth, dia hanya di rumah diam dan nggak ngapa-ngapain.

Perth menggeleng, "Tau lo nggak inget mending nggak gue balikin, gue tilep aja duitnya"

"Kurang ajar lo" sahut Mark, "Tapi sumpah gue nggak inget kalau dompet gue nggak gue bawa. Gue emang suka pikun sih"

"Oh ya, lo kelas jam berapa?" tanya Mark.

"Sembilan"

Mark melihat jam tangannya, sekarang jam setengah delapan, "Gue traktir dah yuk, itung-itung makasih dompet lo gue balikin, tapi sebenernya lo nggak perlu nganter kesini juga Perth"

"Gue makannya nggak dikit"

Mark menoleh, matanya melihat ke arah Perth. Berarti Perth mau dong makan sama dia? Satu langkah yang bagus, Siwat.

"Lo jadi nraktir nggak? Malah bengong"

Mark langsung tersadar, "Jadilah, tapi yang murce aja nih. Dompet gue tipis begini"

Perth hanya tersenyum lalu menjalankan mobilnya keluar dari area apartemen Mark.

"Lo tau bubur ayam deket rumah sakit nggak?" tanya Mark

Perth menggeleng.

"Hah? Lo kok bisa nggak tau bubur ayam ter-legend sih, Perth. Kemana aja lo" ejek Mark. "Eh atau lo nggak suka bubur ayam ya?"

"Suka kok. Ya cuman gue jarang makan di luar selain kantin kampus atau deket apart"

Mark mengangguk paham, "Bisalah gue jadi pemandu kuliner buat lo. Tempat rekomendasi gue top markotop semua nggak ada yang jelek. Harganya oke badai, rasanya bikin gonjang ganjing saking enaknya" kata Mark dengan bangga.

"Gue catet ya kak, awas lo lupa" balas Perth setengah tersenyum karena semangat Mark yang udah mirip SPG waktu ngenalin produk ke pembeli.

Tapi, yang ditangkep Mark beda. Dengan Perth mengiyakan, berarti ada kesempatan jalan lagi dong.

"Anjir mau jadi asap knalpot aja gue, nggak kuuuat" batin Mark

Setelah makan bubur ayam rekomendasi Mark yang ternyata enak juga kata Perth. Mereka langsung cabut balik ke kampus. Kelas Perth lima belas menit lagi mulai, Nanon juga udah nelfonin dari tadi karena mereka mau presentasi.

Pas mereka mau jalan ke gedung, ternyata ada Blue juga yang baru dateng.

"Perth- lah kok sama lu anjir" kata Blue kaget saat melihat Mark jalan sama Perth.

Mark hanya tersenyum bangga.

"Lo kelas selesai jam berapa, Perth?"

"Jam 1 paling kak, kenapa?"

"Bagus deh. Nanti abis kelas gue tunggu lo di gazebo ya" jawab Blue.

Perth memasang wajah bingung. Mark juga.

"Entar aja gue jelasin"

Perth hanya mengangguk, "Oke, Kak. Kalau gitu gue ke kelas dulu" balas Perth, "Oh ya, makasih buat tadi, Kak" kata Perth ke Mark.

"Sama-sama, Perth. Dah buruan cabut lo, keburu digantung Nanon"

Perth pun meninggalkan dua kakak tingkatnya itu. Berlari menuju kelas, karena Nanon tak henti menerornya.

Blue melihat ke arah Mark yang masih setia senyum ke arah Perth padahal anaknya udah masuk gedung dari tadi.

"Awas gigi lo kering senyum mulu" sindir Blue.

Mark memukul lengan Blue, "Lo sirik resek jadinya" katanya lalu jalan lebih dulu.

"Kok lo bisa berangkat bareng, Perth?" tanya Blue.

"Panjang"

"Apanya yang panjang?"

Mark berhenti, "YA CERITANYA AH ELU"

"Pantesan lu kagak neror gue pagi-pagi ternyata udah bareng sama Perth. Tapi gue masih penasaran kok lo bisa bareng"

"Kepo lo"

"Sombong banget anjir ditebengin sekali aja main rahasia" kata Blue menyindir.

Mark ketawa ngakak, sampai matanya jadi nyipit. Blue lucu banget kalau digodain begini, "Ya ampun iya, lo mah gitu aja ngambek"

"Btw, makasih Blue lo kemarin mabok pas party"

Blue pun jadi ingat kejadian kemarin. Dia niatnya mau nanyain Mark soal ini, tapi lupa. "Nah gue mau nanya ke lo, lo balik gimana? Gue sadar-sadar udah tidur di apart aja"

"Dianter Perth" jawab Mark bangga.

"Demi?!?!?"

"Beneran ege. Pawat bawa motor anjir gimana mau bonceng tiga sama gue sama Nanon"

Blue masih menyimak cerita Mark.

"Jadi Nanon minta tolong Perth. Lo percaya nggak kalau gue tidur di apart Perth?"

Blue menggelengkan kepala. "Gue rasa Perth ogah juga ngasih tumpangan manusia kayak lo"

Mark menepuk bahu Blue, "Sorry aja nih, gue udah ngerasain tidur di kasurnya Perth" kata Mark terus lanjut jalan ninggalin Blue yang masih kaget.




❤🌸❤🌸❤


🔜




Hi, how's your day guyssss??

Labyrinth update lagi yeaayyy

Thanks buat kalian yang masih mau baca dan setia buka update-an cerita ini ❤

Vote dan komen kalian aku tunggu ya, if you have any feedback regarding to this story feel free to tell me 👌

Have a nice day and happy weekend


see you next chapter

see you next chapter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



LABYRINTH | PerthMark [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang