🔛Bisa dibilang semesta sedang berada di sisi seorang Mark Siwat. Beberapa waktu yang lalu dia cuman bisa ngincer buat deket sama adik tingkatnya yang sukses bikin dia senyum terus-terusan. Sekarang? Bisa dibilang nempel terus kayak perangko.
Buktinya sekarang dia lagi nungguin Perth buat latihan main gitar. Iya Perth mau unjuk bakat dan dia bakal main gitar gitu. Acara pemilihannya seminggu lagi.
"Lo udah lama suka main gitar?" tanya Mark saat Perth berhenti sebentar dan menyetel senar kuncinya.
"Dari kecil" jawab Perth terus dia mencoba memetik senar itu lagi. Agak sumbang pikirnya. "Tapi gue dulu suka nangis kalau disuruh nyanyi di depan banyak orang"
"Kenapa? Takut?"
Perth masih sibuk menyetel senar gitarnya, "Pas gue kecil abis nyanyi, tiba-tiba semua tepuk tangan, waktu itu lagi reuni keluarga. Gue langsung diem karena kaget, terus nangis"
Mark ketawa denger jawaban Perth, "Apaan begitu nangis. Lo aneh deh"
Perth balas tersenyum, "Lo bisa main juga kak?"
Mark mengangguk, "Bisa. Gue dulu anak band waktu SMP"
Perth menghentikan aktivitasnya sejenak.
"Wajah lo menunjukkan ketidak percayaan yang hakiki ya" komentar Mark
Perth tersenyum sekilas. Sebenernya nggak kaget sih. Mark keren anaknya. Jadi ya mungkin aja dulu anak band. "Percaya gue"
Perth kembali memetik gitarnya. Entah dia memainkan lagu apa Mark juga tidak tahu. Dia hanya menikmati pemandangan indah di depannya ini.
Setelah satu lagu yang Mark nggak tau lagu apa, sekarang Perth memainkan lagunya Ed Sheeran, Photograph. Perasaan Mark aja atau emang Perth seakan menghayati banget lagu ini. Bikin Mark yang nggak biasanya kebawa sama lagu ini jadi agak merinding.
Petikan gitar terakhir dari Perth mengundang tepuk tangan Mark. Kapan sih Perth nggak terlihat keren di mata Mark.
"Perth" Mark memanggil Perth. "Lo ada kenangan ya sama lagu barusan?" tanya Mark to the point.
Perth menaikkan alisnya, "Kenapa Kak?"
"Nggak sih, tapi- gue rasa lo menghayati banget"
Perth hanya tersenyum terus membereskan gitarnya. Lalu membereskan barang-barangnya yang lain.
"Gue balik dulu ya, Kak. Makasih udah nemenin gue latihan hari ini" kata Perth lalu beranjak dari duduknya.
Mark mengangguk lalu mengantarkan anak itu ke pintu. "Kalau lo butuh bantuan, kabarin gue"
Perth mengangguk memberi isyarat mengerti lalu meninggalkan Mark.
-
"Lo masih berantem sama Nanon?" tanya Bright saat Ohm datang ke cafe.Ohm mengangguk. Lalu meminum kopi pesanannya. Menghembuskan nafasnya pasrah. "Dia beneran marah sama gue kayaknya"
"Ya jelaslah beneran marah. Orang udah berapa hari juga berantem" kata Bright agak emosi.
"Temen gue masih galau nih" Mark dateng langsung duduk di sebelah Ohm. Diikuti Blue yang juga duduk di sisi lain.
"Lo ada temen lagi kena masalah malah asik mepetin adik tingkat. Durhaka lo" omel Ohm ke Mark. Memang akhir-akhir ini Mark lebih sering ngikutin Perth. Bahkan yang biasanya nempel sama Blue aja juga jarang akhir-akhir ini.
"Aduh ngambek nih" Mark malah ketawa, "Lo jelek banget kalau lagi galau"
"Tolong prihatin dong, bego. Awas aja lo gue doain galau sendiri"
Mark malah meleng nggak peduli. Doa jelek nggak bakal dikabulin, prinsip Mark.
"Lo udah coba nemuin Nanon langsung, Ohm?" tanya Blue.
Ohm menagngguk, "Gue udah nyamper ke rumah. Dia kagak mau keluar. Gue samper ke kelas, udah kabur"
"Lo sih pake acara boong" timpal Mark.
Blue mengangguk, iya juga sih. Ohm nggak ada cerita apa-apa. Tau-tau udah berantem aja.
"Sebenernya gue sama Bright udah liat pas lo cabut sama adek kelas lo itu." kata Siwat. Bright mengangguk. Iya kejadiannya pas mereka lagi kerja kelompok di gazebo waktu itu. Yang mereka lihat Ohm boncengan sama seseorang. "Tapi kata Bright jangan suudzon. Eh taunya malah berantem"
"Tumben lo nggak kepo ke gue?" tanya Ohm. Soalnya anak-anak pasti bakal nanya to the point kalau ada yang mencurigakan gini.
"Gimana mau nanya lo aja juga ilang-ilangan" jawab Bright.
"Yaudah deh, Ohm. Mending lo pikirin gimana ngomong ini masalah sama Nanon" saran Blue. Emang anak ganteng satu ini yang paling bijak dari tiga bocah labil lainnya.
"Chat gue aja kagak dibales sampe sekarang, Blue" ucap Ohm lemes.
"Tungguin aja di kelas dia" saran Blue.
"Nah iya bener, Ohm. Besok kita kelas pagi nggak sih, kelas Nanon baru selesai jam dua belas. Kesempatan tuh" tambah Mark.
Kadang Ohm bersyukur juga punya temen begini. Bobrok-bobrok gini pun masih berguna.
"Lo apal banget jadwal kelas orang?" tanya Bright heran. Padahal Mark jadwal kelas sendiri suka lupa atau ketuker.
Anaknya malah senyum-senyum, "jadwalnya kan sama kayak Apon"
YAELAH BUCIN LAGI.
"Yaudah besok gue bakal stand by depan kelas Nanon. Doain gue deh ya biar berhasil"
Ketiga temennya nahan ketawa banget. Apaan Ohm ujian aja kagak ada ritual minta doa, giliran masalah cowoknya doa kenceng.
"Makanya kalau mau jalan sama mantan itu ijin yang jelas. Nggak peka banget lo" kata Blue.
"Dengerin tuh nasihat, Blue. Walaupun orangnya sendiri nggak punya mantan alias jomblo terus bro hahahaha"
Kulit kuaci sukses nyangkut di rambut Bright. "Mohon ngaca"
"Gue ada ya mantan, cih kalah lo" ok Bright menang.
"Lo berdua ributin hal yang nggak penting sumpah" komplain Mark.
"Tapi Blue paling kasin dia juga sih" Bright nunjuk Mark, "Udah niat pdkt eh dighosting HAHAHAHA"
Sejak kapan sih Bright Natthapat jadi titisan iblis begini.
Blue dan Ohm ikutan ketawa ngakak. Ampun kalau flashback kisah Mark dulu pingin ngetawain banget tapi kasian.
"Lo semua BANGSAT"
"Ati-ati, Mark. Jangan sampe ke-ghosting untuk kedua kalinya" kata Bright.
"DIEM"
Blue menimpali, "Yang kemarin mah mending di-ghosting kating, ini adik tingkat ya ampun"
Padahal yang lagi bersusah hati Ohm. Tapi kenapa habis pulang dari sini Mark yang kena darah tinggi.
🌑🌑🌑
🔜
hi i'm back :)
draft chapter ini udah aku buat dari pertengahan januari tapi baru ada kekuatan buat bukan lagi sekarang 🤣
saking enaknya liburan semester sambil rebahan jadi lupa sama tanggungan di sini 😁c u soon on the next chapter ✨✨✨
KAMU SEDANG MEMBACA
LABYRINTH | PerthMark [Discontinued]
FanficSeperti terjebak dalam "labyrinth" yang sama, namun apakah akhirnya juga akan sama? ⚠Warning⚠ boyxboy slight harsh word