#19 - Makan Malam

2.3K 350 31
                                    

SHADING FATE

19

Makan Malam

Setelah keluar dari Starbucks, Fugaku tidak langsung menyalakan mesin mobilnya. Dia terdiam selama beberapa saat ketika melihat istrinya tampak murung setelah bertemu Sakura.

"Kau baik-baik saja? Aku tidak tahu kalau Sakura bisa berkata seperti itu," katanya memecah keheningan.

Tatapan Mikoto semakin bergetar. Hatinya sesak dengan kekecewaan.

"Aku memercayainya bahkan aku rela mendesak Sasuke. Tapi rupanya dia cuma memanfaatkan kelemahanku." Mikoto mendengkus. Dia menertawakan kebodohannya.

"Aku juga sangat kecewa padanya," kata Fugaku.

Saat kembali menoleh, Fugaku melihat mata istrinya berkaca-kaca. Lantas, dia segera menggenggam telapak tangan Mikoto yang masih bergetar. Wanita itu memang belum sembuh total dari depresinya. Dan itu membuat rasa bersalah kembali menyeruak dalam dadanya.

"Semua orang sepertinya senang sekali membuatku tertekan. Aku bahkan tidak tahu kenapa aku layak mendapatkannya." Mikoto bergumam. Suaranya bergetar dan penuh kesedihan.

Fugaku mengeratkan genggamannya. "Sekarang ada aku di sini, Mikoto." Dia tidak tahu ini sudah terlambat atau tidak. Tapi dia ingin melihat istrinya selalu baik-baik saja. "Aku ... akan menebus dosaku."

Mikoto memejamkan matanya hingga air mata yang sebelumnya membendung, meleleh melewati pipi tirusnya yang sedikit keriput.

Rasa sakit itu, kekecewaan itu. Bekas luka yang ditinggalkan Fugaku, kini kembali basah dan menganga. Mikoto sendiri bahkan lupa bagaimana Fugaku berbicara padanya. Apa pria yang berada di sampingnya adalah pria yang dulu mencintainya atau pria yang telah menghancurkan kepercayaannya. Itu membingungkan dan menyesakkan.

Tak lama, Fugaku menyalakan mesin mobil, meninggalkan kedai kopi tersebut dan berkendara pulang ke rumahnya.

Seharian itu, ia menemani istrinya beristirahat meski Mikoto tetap menjadi wanita pemurung. Hari ini auranya bahkan jauh lebih mendung dari hari-hari sebelumnya.

.

.

.

Pukul 7.30 malam Sasuke tiba di rumah orangtuanya. Bersama Hinata, pria itu berjalan menuju pintu.

Sebelum masuk, Sasuke menyempatkan untuk melihat kekasihnya. Wanita itu tampak sangat gugup dan ada gurat cemas di wajah cantiknya. Bahkan sejak keluar dari mobil, Hinata menggenggam tangan Sasuke erat-erat untuk meringankan kekhawatirannya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Sasuke. Suara beratnya terdengar lembut.

"Aku takut," aku Hinata. Kecemasan masih belum luntur dari wajahnya.

Sasuke menarik napas dalam-dalam. Sejujurnya, dia juga merasa sedikit gugup. Karena ini berurusan dengan ibunya. Dia tahu kondisi Mikoto dan dia khawatir jika sang ibu tidak menyetujui hubungannya dengan Hinata. Namun, Sasuke sudah berjanji untuk menyelesaikan semuanya dan melindungi Hinata. Dia tidak ingin kejadian di masa lalu kembali terulang.  Tidak ingin kembali kehilangan kesempatan untuk bersama Hinata.

Sasuke menggenggam kedua tangan Hinata dan berkata, "Aku juga takut. Tapi sebagai pria, aku juga ingin menunjukkan kesungguhanku atas hubungan kita, Hinata. Dan ini adalah salah satu bagian dari permintaan maafku yang telah menyulitkanmu."

Hinata merasa sedikit lega. "Terima kasih karena sudah mau berusaha, Mr. Uchiha," katanya dengan senyum kecil.

Sasuke membalas senyuman kekasihnya. "Ayo masuk."

SHADING FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang