8| Benci, Cinta, dan Tanya Yang Mengangkasa

867 110 43
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HINGGA detik ini, mungkin pertanyaan-pertanyaan yang beberapa waktu lalu sempat ia lontarkan masih belum memiliki jawaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HINGGA detik ini, mungkin pertanyaan-pertanyaan yang beberapa waktu lalu sempat ia lontarkan masih belum memiliki jawaban. Terkait dengan rencana Tuhan mencampurbaurkan manusia dalam satu kesatuan yang sebenarnya saling tidak berkolerasi dengan persifatan tiap manusianya. Baik, buruk, semuanya menjadi satu dalam wadah yang dinamakan kelas sosial yang kadang justru menimbulkan serentetan tekanan-tekanan tersendiri yang amat sulit dia jabarkan.

Perspektif manusia itu jahat. Dia sempat menyinggungnya dulu entah di halaman berapa saat ia mulai bercerita. Ketika wanita yang sempat ia puja dengan teramat sangat jatuh dalam kubangan keterpurukan yang digali oleh perspektif manusa terhadapnya. Dia sempat mempertanyakan itu dan hingga hari ini, tak ada satu pun yang mampu menjawabnya. Memuaskan tanyanya.

Pertanyaan-pertanyaan itu justru kian bermunculan. Menyembul dalam cerebral frontalnya yang belakangan, dia rasa, sedikit terganggu karena persepsi manusia terkait kehidupannya. Dia tidak menyangka jika tujuan awalnya membantu wanita yang dulu teramat ia puja justru berakhir dengan terseretnya namanya ke dalam lingkaran orang-orang yang semaunya saja. Bahkan hari ini, namanya menjadi trending topik nomor satu di aplikasi burung biru.

Mari ucapkan selamat tinggal pada kehidupan Vito yang damai itu.

"Obatnya udah di minum belum?"

Vito tersentak ketika seseorang membuka pintu dengan tiba-tiba. Sesaat sebelum menghela napas lega ketika tahu jika yang masuk ke dalam kamar adalah kakaknya—Aninditha.

"Belum," cicitnya pelan. Dia berangsur duduk, menggerakan lehernya beberapa kali yang terasa pegal sebab terlalu lama ia gunakan untuk berbaring, "Mbak yang buat?"

Anin menggeleng. "Mas Vino yang beli"

"Ke sini?"

Anin mengangguk. Mengambil termometer yang melekat di lengan Vito. "Panasnya udah turun, kok. Mbak telepon Ci Shani suruh lepas infusnya, ya?"

"Iya, Mbak. Enggak enak juga diselang gini"

"Makanya jangan bandel. Tubuh manusia juga punya limit, Vit" Anin menyuapkan sarapan ke mulut Vito, "Tadi Zahrain udah ke sini. Branch baru di BSD udah mulai diurus hari ini sama dia sama Zee"

Someone Who Loving You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang