✰ ╱ Jeonghan side.
─────────────“So, mau cabut kemana?” Jeonghan bertanya pada kedua temannya sambil menaikan sebelah alisnya. Berharap salah satu dari mereka mempunyai rencana melarikan diri supaya 'kegiatan membolos nan menyenangkan' itu benar nyata adanya dan bukan wacana semata. Karena Jeonghan sudah benar-benar jenuh.
Sikutan pada lengan diterima oleh Wonwoo, membuatnya menoleh pada Jun seolah bertanya 'apa?' pada temannya itu. Jun menunjuk ponsel Wonwoo yang tergeletak diatas meja. “Coba liat, Jeonghan ada jadwal check up atau beli obat ga?”
Mendengar itu, Jeonghan melipat kedua lengannya didepan dada lalu menekuk kedua alisnya ketengah. Merasa jengah karena kedua temannya terlalu posesif. Ia jengkel.
“Guys, please? Hari ini gue bebas. Obat udah diminum. Kalian juga selalu bawa obat cadangan gue kan?”
Jeonghan mendengus pelan lalu merapihkan seluruh barangnya. Ingin cepat-cepat beranjak dari sana. Jun menatap Wonwoo yang kini menunjukan layar hp-nya pada Jun. Benar kata Jeonghan, ia tidak ada jadwal hari itu. Mereka bebas bermain.
“Ya, oke. Kita cari outbound buat main.”
Senyum secerah mentari langsung terbit di wajah Jeonghan. Kedua tangannya terangkat diudara, dan teriakannya menggema memenuhi kantin.
“Ayoo!”
─ ๑๑๑ ─
Kini ketiganya sudah sampai di sebuah adventure park di pinggiran kota. Tempatnya cukup sejuk meski matahari cukup terik dan membakar kulit. Adventure park itu tidak terlalu ramai karena hari itu adalah weekdays, bukan weekend.
Ketiganya sudah memesan tiket yang memasuki arena adventure park. Peralatan keamanan sudah dipakai oleh mereka, Wonwoo juga membawa tas kecil yang ia sampirkan dipunggungnya. Tas itu berisi obat Jeonghan juga ponsel mereka bertiga.
“Sumpah! Gue seneng banget! Mau main disana dong!” pekik Jeonghan begitu bersemangat sambil menunjuk kearah arena ninja course. Disana arena itu terdapat unstable bride, triangle steps, tic tac, cargo net dan floating doors.
Wonwoo dan Jun jelas menyetujuinya. Apapun yang membuat Jeonghan senang, akan mereka lakukan. Kini ketiganya memilih, siapa dari mereka yang akan menjadi penjahatnya dan siapa yang menjadi ninjanya.
Seperti anak-anak memang. Tapi kalau itu caranya menjadi bahagia, kenapa tidak?
Setelah berunding, Jun dan Jeonghan yang menjadi ninjanya, sedangkan Wonwoo menjadi penjahatnya. Kini Wonwoo sedang menyusuri unstable bridge dan berusaha melarikan diri dari kejaran Jeonghan. Sedangkan Jun berusaha menuju ujung jembatan itu meski sedikit kesulitan memanjat tangga dan menyusuri jembatan gantung yang terlihat rapuh.
“Diem lo Wonwoo! Kena lo bentar lagi!”
Wonwoo menjulurkan lidahnya, berusaha membuat Jeonghan kesal karena ia yakin kalau dirinya tidak akan tertangkap oleh Jeonghan. Jeonghan mendecih dan berusaha berjalan diatas unstable bridge itu. Namun tiba-tiba, kepalanya terasa sangat pusing. Segalanya terasa berputar dan nafasnya sesak.
Jun yang baru sampai di ujung jembatan, juga Wonwoo, panik melihat tubuh Jeonghan yang mulai limbung. Wajahnya terlihat pucat dan tubuhnya begitu lemas. Nafasnya tidak beraturan dan keringat membasahi dahinya.
“Jeonghan!”
Pekikan Jun tepat terdengar saat tubuh Jeonghan terjatuh keatas jaring pengaman dan kehilangan kesadarannya.
─ ๑๑๑ ─
✰ ╱ Seungcheol side.
───────────────Tepat setelah seorang office boy mengantar berkas pekerjaan milik Seungcheol yang baru saja di print, Seungcheol berpindah dari meja kerjanya menuju ruangan milik Mingyu. Ingin bertanya apa Mingyu ingin menitip berkas atau tidak.
“Tumben baik lo nawarin begini bang.”
Tentu saja Seungcheol mencibir ucapan Mingyu tadi.
“Nitip dong, minta tanda tangannya GM Hong.”
“Yaudah mana gyu?”
Seungcheol mengulurkan satu tangannya hendak menerima berkas yang Mingyu berikan kepadanya. Namun tiba-tiba saja, kepala Seungcheol berputar dan dadanya menjadi sesak. Berkas ditangannya berjatuhan, membuat Mingyu panik melihatnya.
“Bang! Woi lo kenapa?! Anjing! Panggil ambulans buruan!”
Berakhir seperti Jeonghan, Seungcheol jatuh tak sadarkan diri tepat disebelah meja kerja Mingyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
soulmate. ✓
FanfictionKeduanya terikat, sehidup semati. Ketika yang satu hidup, yang lainnya hidup. Ketika yang satu mati, yang lain pun akan mati. Namun kali ini, ceritanya akan berbeda. Bagaimana jika yang satu mati karena memberikan nyawa-nya secara percuma kepada san...