Keduanya terikat, sehidup semati. Ketika yang satu hidup, yang lainnya hidup. Ketika yang satu mati, yang lain pun akan mati.
Namun kali ini, ceritanya akan berbeda.
Bagaimana jika yang satu mati karena memberikan nyawa-nya secara percuma kepada san...
Derap langkah kaki terdengar jelas di lorong rumah sakit yang cukup sepi. Suaranya semakin kencang dan semakin cepat, menunjukan bahwa dia semakin dekat. Peluh membasahi dahi juga bajunya. Nafasnya memburu. Begitu sampai didepan pintu ia membukanya dengan kasar tanpa ba-bi-bu, membuat seseorang didalam ruangan terkejut akibat orang tersebut.
“YA!” pekiknya. “KIM MINGYU TOLOL MAU BIKIN GUE JANTUNGAN HAH?”
Yang diteriaki alias Kim Mingyu itu hanya menunjukan cengiran ala anak anjing andalannya. Ia melangkah mendekat kearah ranjang rumah sakit, mendekati pasien yang tadi meneriakinya. Ia menggaruk tengkuknya sambil terkekeh, membuat pasien itu terganggu akibat aksi anarkisnya saat masuk kedalam kamar.
“Kenapa? Kalo gaguna, gua tendang lo keluar lewat jendela.” desisnya. Ia mengancam, memberi peringatan.
Mingyu yang baru duduk langsung mengingat kedatangannya kesana, hingga ia panik sendiri dan hampir terjungkal dari kursinya. Ia meremat lengan pasien itu dengan kuat.
“GUE TAU SIAPA SOULMATE LO!”
Pasien yang dikenal sebagai Seungcheol itu hanya menatap sendu lalu menepuk lembut kepala pria itu. Seolah menenangkannya dari kepanikannya. Ia menenangkan gemuruh dadanya, lalu berbisik pelan.
“Gue udah tau.. Dari dokternya langsung.”
Rahangnya jatuh. Genggaman pada lengan berangsur melemah. Layaknya anjing yang paham betul duka sang majikan, Mingyu ikut tertunduk sedih. Tak berani berucap satu kata pun, takut menyinggung perasaan teman merangkap abangnya itu. Ia hanya meremat jarinya, bingung ingin berkata apa. Hela nafas berat lepas dari mulut keduanya, membuat keadaan semakin canggung.
Mingyu memutuskan untuk mengambil ponsel dari saku celananya. Jarinya sibuk, membuat Seungcheol yang melihatnya menjadi penasaran. Tiba-tiba, Mingyu mengarahkan layar ponselnya kedepan wajah Seungcheol, membuat pria itu terkejut dan hampir menepis tangan Mingyu. Untung saja Mingyu sigap menarik ponselnya lalu mengarahkannya lagi kedepan wajah Seungcheol.
“Liat!! Bukan pukul! Yang rambut blonde bang! Pake cardigan cream.”
Seungcheol membulatkan matanya, melihat jelas rupa dari sosok yang cirinya disebut oleh Mingyu. Di foto itu ada 3 orang, dan hanya satu dari mereka yang punya ciri seperti yang disebutkan oleh Mingyu. Seungcheol menatap rupanya, membuatnya terkagum— dan jatuh cinta pada pandangan pertama juga, sepertinya.
Tanpa disadari, senyumnya terbit. Jari telunjuknya perlahan mengusap layat ponsel Mingyu. Bibirnya bergumam, entah mengucap apa. Sepertinya sibuk mengagumi paras cantik dari pria dengan rambut blonde itu. Mingyu kembali menarik ponselnya, lalu kembali menyimpan benda itu kedalam sakunya. Kali ini, rautnya kembali menjadi serius, membuat Seungcheol bertanya-tanya saat melihat perubahan drastis anak itu.
“Ada apa, gyu?” tanya Seungcheol. Sejenak Mingyu terdiam, sebelum akhirnya mengambil keputusan untuk bertanya. Netranya menatap lurus kearah netra milik temannya.
“Lo, mau lakuin apa sekarang bang?”
Seungcheol mematung. Pertanyaan itu .. tidak ada jawabannya. Tidak, mungkin lebih tepat jika dikatakan kalau Seungcheol tidak punya dan tidak tau apa jawabannya. Ia ragu, takut salah langkah. Ia menunduk, namun seketika wajahnya kembali terangkat dengan raut yang lebih cerah.
“Mingyu.”
Mingyu menjawabnya dengan dehaman. Telinganya fokus, menunggu kalimat yang akan terlontar dari bibir tebal temannya itu.
Seungcheol memandang keluar jendela dengan pandangan kosong, sebelum akhirnya, sesuatu yang ada didalam pikirannya keluar dari bibirnya.
“Seseorang bisa menyerahkan nyawa ke soulmate-nya sendiri kan?”
yUHU GUYS. DIKIT LAGI TAMAT NI UEUE. NGGA SABAR UE UE.
sekalian gue nitip ini anjim.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.